Mohon tunggu...
Rahmi Wati
Rahmi Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Gratis: Murahnya Atau Kualitasnya?

20 Maret 2016   14:47 Diperbarui: 21 Maret 2016   06:51 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Fkammi-komisariat-upi.blogspot.com"][/caption]Disadari atau tidak, pendidikan adalah salah satu program yang bernilai tinggi (High cost). Dari dulu hingga sekarang pendidikan adalah suatu yang dicanangkan untuk membangun generasi berdaya saing. Tak khayal pendidikan dijadikan sebagai modal untuk pembangunan suatu bangsa.Esensi pendidikan yaitu untuk membangun generasi yang berkualitas?? Jelas ini menjadi suatu pertanyaan besar, ensensi yang seharusnya berjalan dijalurnya jauh terpental dari yang seharusnya.

Saya tidak akan berbicara jauh tentang pendidikan secara umum, tapi cukup tertarik dengan implementasi pendidikan gratis yang digadang-gadang menjadi salah satu alternative pembangunan generasi berkualitas.

Mari berbicara sedikit tentang PENDIDIKAN GRATIS??

Berbicara masalah ini ada sisi positif dan negartif yang didapat. Positifnya yaitu social kemasyarakatan contohnya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengenyam pendidikan yang murah dan terjangkau. Oke saya rasa hal ini bisa diterima !!

 “Hanya menjual populeritas instiusi, mutunya diabaikan dan hanya mencetak lulusan yang tidak siap pakai, sehingga setelah lulus tidak dapat mengaplikasikan keahlian sesuai dengan ilmu pendidikannya”, ungkap ajinatha.

Saya pikir ini memang masalah krusial dalam konsep pendidikan gratis yang dicanangkan hari ini karena tidak di dukung dengan penyempurnaan konsep yang strategis. Di berbagai daerah , khususnya di desa-desa kecil pendidikan gratis tidak henti di jadikan sebagai konsep yang sangat strategis yang di angkat oleh calon- calon pemimpin untuk memperoleh banyak dukungan dari masyarakat.

Implementasi pendidikan gratis juga tak kalah miris dimana sekolah-sekolah di desa seperti terbelakang dan jauh tertinggal dari sekolah-sekolah di kota. Baik berbicara sarana dan prasarana terlebih lagi berbicara masalah mutu pendidikan yang dibangun. Mungkin kita tidak bisa membandingkan antara kualitas yang akan di dapatkan pendidikan di desa dan di kota karena jelas anak-anak di kota mengeluarkan dana lebih sedangkan di desa kalau pun ada tidak sebesar anak-anak dikota.

Sehingga hal ini perlu di pertanyakan lagi tentang konsep pendidikan Gratis yang ada, kalau memang dari pendidikan gratis tidak memberikan konstribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Mengapa hal ini tidak coba di tinjau kembali?  Karena bila di biarkan  kondisi riil yang saya lihat di lapangan, anak-anak yang berasal dari sekolah di desa, mereka cendrung minder dan merasa sangat jauh tertinggal.

Oleh karena itu,kondisi di atas tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dapat membunuh semangat belajar dan partisipasi anak-anak untuk menjadi bagian dari peningkatan kualitas dan  daya saing seperti yang di inginkan.

Kalau bisa memilih setiap orang pastinya pendidikan yang berkualitas bukan??

Terlepas dari hal di atas, kedepannya semoga kondisi pendidikan dapat sedikit dibenahi dan harapan anak-anak desa terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun