Mohon tunggu...
Rahmi Wati
Rahmi Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumbawa Barat, Tradisi “Sedekah Lang” dan Nilai Pemersatu

6 April 2016   06:29 Diperbarui: 6 April 2016   06:37 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi : kobarksb.com"]Oleh : Rahmi Wati

[/caption]Suku Sumbawa tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat yang meliputi kecamatan Empang di ujung timur hingga kecamatan Taliwang dan Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau, termasuk 38 pulau kecil di sekitarnya. Masyarakat suku Sumbawa pada umumnya hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam padi di sawah dengan menggunakan peralatan tradisional berupa cangkul atau bingkung, rengala, dan kareng sebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau. Dalam menggarap ladang mereka masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan membakar lahan pertanian agar mempermudah proses penanaman beberapa jenis tanaman pangan.

Beragam tradisi tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya mulai dari tradisi perkawinan yang unik, bahasa lisan (rabalas lawas dan sakeco) yang terdengar sangat asing tetapi syarat makna dan acara hiburan yang menguji adrenalin (barapan kebo, barempuk dan main jaran,dll).

Namun kali ini saya tidak akan membahas tradisi diatas tetapi mari sedikit berbicara dari sudut penghidupan masyarakat Sumbawa. Seperti sebelumnya masyarakat Sumbawa adalah msyarakat yang hidup pada bidang pertanian kondisi tanah yang subur meski panas Sumbawa tetap mampu rupanya menghasilkan hasil pertanian yang melimpah.

Terlepas dari itu, ternyata ada juga loh tradisi dari bidang pertanian yang sering dilakukan oleh masyarakat Sumbawa Barat salah satunya yaitu “SEDEKAH LANG”. “Sedekah” yang artinya berbagi/syukuran dan “Lang” artinya hamparan sawah, Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum dan setelah panen, dimana dalam tradisi ini masyarakat akan berbondong-bondong berdatangan membawa segala macam makanan mulai dari yang berkuah hingga yang kering dalam sebuah nare yang terisi penuh. Setelah itu akan ada dzikiran dan do’a bersama kemudian diikuti santap sajian yang disuguhkan ini beragam caranya ada yang begibung (makan bersama dalam . satu nare ) dan kadang mengunakan  piring. Meretas perbedaan dan membangun silaturrahmi disinilah letak persatuan yang coba di bangun mereka akan berbaur satu sama lain tanpa melihat strata social yang ada.

Makan Enak?? nilainya bukan letaknya di enaknya makanan yang ada, ternyata di dalam tradisi “Sedekah Lang” ini banyak sekali nilai dan makna yang terkandung di dalam pelaksanaannya diantaranya :

  1. Mengajarkan setiap orang untuk bersyukur atas kesempatan yang diberikan sehingga bisa menanam di sawah mereka
  2. Mengajarkan setiap orang untuk bersyukur atas kesempatan yang diberikan sehingga bisa memetik hasil panen mereka
  3. Mengajarkan setiap orang untuk saling berbagi rasa
  4. Memupuk rasa persatuan masyarakat membangun daerah
  5. Menjunjung tinggi nilai keberagaman

Satu lagi yang unik dalam Tradisi ini yaitu setelah semua selesai makan setiap orang yang ikut makan di harapkan mencuci tangan di dalam sebuah wadah kalau perlu di dalam nare yang ada karena menurut kepercayaan masyarakat Sumbawa Barat bahwa air tersebut mampu menyuburkan tanah mereka dan membawa keberhasilan panen. Sedikit aneh bukan?? Tapi itulah kepeyaannya yang berkembang dalam masyarakat Sumbawa.

Nah, Itu dia tujuan yang diharapkan dari tradisi “Sedekah Lang” ini, bagus juga kan kalau konsep sedekah lang ini mulai dikembangkan dalam pendidikan formal tetapi sedikit dicarikan yang kaitannya dengan sekolah tetapi nilai-nilai yang da tidak hilang.

Lebih lanjut, Sedekah Lang sendiri jarang terekspost ke masyarakat luas. Banyak tradisi yang justru menyimpan nilai-nilai pendidikan mulai hilang dan hanya berkembang di kalangan orang tua saja, sehingga jangan heran ketika anak-anak di Tanya tradisi apa yang kamu miliki? Mereka justru akan binggung sendiri.

Yang terlihat hari di dalam pendidikan pengembangan kearifan local di daerah saya sangatlah kurang dan bisa di bilang tidak ada yang berbau budaya asli daerah. Oleh karena itu perlu kiranya hal ini di cek kembali, mengingat pengaruh budaya luar mulai berdatangan dalam perkembangan masyarakat Indonesia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun