Di saat sendiri. Apakah aku benar-benar sendiri? Â Ingin sekali aku merangkai kembali cerita kita, tapi aaahhhh semua sudah berakhir. Ingin sekali aku menghubungi mu, tapi ego ku menghalangi.Â
"Kamu tidak mungkin melupakan ku. Aku tahu kamu akan selalu memperhatikan. Walaupun tidak terlihat oleh mata, kamu akan menjadi bayangan ku". Perkataan hati sanubari ku.
Egois. Yaaa kita berdua memiliki rasa egois itu. Tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada yang berani meminta maaf atau pun memaafkan. Termasuk aku. Kata maaf sangat sulit untuk aku ucapkan, dan kamu begitu sulit untuk memaafkan.
Kita hanya bisa menjadi bayangan satu sama lainnya. Tidak mampu untuk menampakan kembali wajah kita. Perasaan takut, marah dan kekecewaan masih merasuki hati kita.
Andaikan kita bisa membuka hati kembali. Melupakan semua yang terjadi. "Aaahhhh sungguh tidak mungkin! Tidak mungkin kita mampu seperti dulu" Â Jerit hati ku.
Kaca yang sudah pecah tidak mungkin lagi kembali utuh. Begitu juga dengan hati kita.
Mengapa kita melakukan kesalahan yang sama? Mengapa kita tidak bisa menahan emosi sejenak. Pertanyaan yang terus dan terus saja menghantui pikiran ku.
Cinta. Cinta itu akan selalu ada. Cinta yang sudah bukan milik aku dan kamu. Cinta itu hanya dapat bersembunyi di relung hati kita.
Cinta saja ternyata tidak cukup kuat untuk mengobati luka hati aku dan kamu. Â Kita tidak memiliki kemampuan untuk melupakan dan memaafkan.
Aku dan kamu hanyalah manusia biasa. Sama-sama melakukan perbuatan salah. Perpisahan hanyalah sebatas perkataan yang tidak berarti. Kita akan selalu saling mengenang. Kita akan selalu saling merindu.
Ku simpan rindu ku untuk mu.