film dokumenter yang bertepatan dengan hari film nasional pada Rabu (30/03/22) di ruang multimedia ilmu komunikasi. Film dokumenter tersebut berjudul "Aroma of Heaven" yang disutradarai oleh Budi Kurniawan yang sekaligus menjadi script writer dan editor di film tersebut.
Program studi Ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan screening (pemutaran)"Aroma of Heaven" bercerita tentang sejarah kopi di Indonesia dan bagaimana pembudidayaan kopi itu sendiri di beberapa tempat yang ada di wilayah Indonesia seperti, Gayo, Jawa, Flores, dan beberapa tempat lainnya. Bercerita tentang kopi yang dikemas dalam bentuk film dokumenter tentunya perlu informasi dari sumber terpercaya atau ahli di bidangnya untuk mengulik sejarah kopi di Indonesia dan pembudidayaannya. Maka dari itu, film ini menghadirkan beberapa informan yang tahu banyak tentang dunia kopi seperti konsultan kopi, barista, petani kopi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang muncul di film dokumenter tersebut. Dengan berbagai lokasi yang ada serta budaya di setiap daerah yang berbeda juga ternyata memiliki pembudidayaan kopi yang berbeda pula. Film dokumenter ini menghabiskan waktu 5 tahun lamanya untuk bisa menjadi sebuah karya yang bisa ditonton oleh banyak orang.
Tidak disangka kopi yang membudaya di Indonesia dan hampir sebagian orang Indonesia mengkonsumsinya, kini telah diangkat menjadi sebuah film dokumenter. Lalu mengapa Budi sebagai sutradara tertarik untuk mendokumentari tentang kopi?. Tentunya hal ini langsung dijawab Budi saat ditanya oleh moderator pada sesi tanya jawab di screeningan tersebut, bahwa kopi sering ia temui dimana-mana. Budi pun mencari tahu tentang kopi dan ia menemukan bahwa sedikitnya literasi tentang kopi, padahal keberadaan kopi sendiri begitu dekat tapi justru luput dari perhatian kita. Dari sinilah ia mulai tertarik untuk membuat sebuah karya audio visual dengan mengangkat tentang kopi.
"Aroma of Heaven" yang merupakan judul dari film dokumenter tersebut memiliki makna yang dalam bagi Budi. Alasannya menamai film dokumenter tersebut ialah karena setelah meminum kopi rasanya seperti berjalan di atas awan dan sampai ke surga, mencium aroma kopi saja sudah terasa seperti di surga. Namun, dibalik judul yang begitu dalam maknanya tentang sebuah kopi, ada kenyataan pahit yang didapat oleh Budi setelah mendokumentari "Aroma of Heaven", ia menyadari bahwa di Indonesia kopi dilihat sebagai produk komoditi atau transaksional bukan sebagai identitas kultural.
Terlepas dari judul, film dokumenter ini dibuat di beberapa wilayah di Indonesia dan tentunya perlu pendekatan yang baik pada orang yang akan menjadi narasumber di film tersebut. Budi menjelaskan bahwa proses pendekatan dan proses menentukan narasumber yang muncul di dalam film dokumenter berawal dari obrolan dan perkenalan terlebih dahulu tanpa langsung menggunakan kamera, hingga secara pelan-pelan kamera mulai merekam peristiwa yang ada di lapangan. Lalu dalam hal menentukan narasumber ia mulai dari membuat daftar orang-orang yang berkecimpung di dunia kopi kemudian mencoba untuk menghubunginya.
Tidak heran, film dokumenter "Aroma of Heaven" yang secara visualisasi, alur cerita, dan berbagai unsur yang menunjang kelengkapan dari film ini begitu mendapat perhatian dari dalam negeri maupun luar negeri. "Aroma of Heaven" menjadi film dokumenter yang memberikan fakta tentang budidaya kopi di Indonesia serta fakta bahwa kopi masih dipandang sebagai produk komoditi dan bukan sebagai identitas kultural di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H