Mohon tunggu...
Money

Nilai-nilai Islam dalam Pergerakan Ekonomi

13 September 2016   19:46 Diperbarui: 13 September 2016   19:54 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berkaca pada perkembangan zaman saat ini ilmu pengetahuan yang berkembang telah terkontaminasi pemikiran barat sekuler dan cenderung ateistik yang berakibat hilangnya nilai-nilai religiusitas dan aspek kesakralannya. Di sisi lain, kemajuan yang dicapai sains modern telah membawa pengaruh yang menakjubkan, namun juga membawa dampak yang negatif, karena sains Barat kering nilai atau terpisah dari nilai agama. Untuk mengembalikan ke nilai agama di perlukannya proses islamisasi, proses islamisasi pada dasarnya merupakan suatu respons terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan Barat yang bertumpu pada suatu pandangan dunia yang bersifat materialistis dan relavistis. Kata islamisasi dinisbatkan kepada agama Islam yaitu agama yang telah diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. 

Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna. Salah satu aspek penting yang terkait dengan hubungan antar manusia adalah ekonomi. Dalam perekonomian sering kali umat Islam masih sangat bergantung pada produk dan jasa dari Barat. 

Bagi orang Barat ketergantungan tersebut sangat menguntungkan mereka, mereka akan berusaha agar kaum Muslimin tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dengan cara menjanjikan kehidupan yang lebih baik di kota-kota. Setelah umat Islam mengantungkan nasib ke kota-kota besar mereka akan bergantung pada makanan-makanan impor dari Barat. Pengaruh ekonomi dari Barat ini yang akan menghasilkan ekonomi modern sehingga di dalam ekonomi modern ini banyak bertentangan dengan nilai nilai keislaman.

Seiring berkembangnya perekonomian yang semakin meningkat mayoritas masyarakat menggunakan sistem konvensional hal ini merupakan problem ekonomi kontemporer mendasar yang kita hadapi sekarang ini. Ekonomi konvensional sering kali menjadi pertentangan dalam pemikiran ilmuan muslim, dikarenakan penggunaan  sistem yang terkandung di dalamnya berupa riba dengan tujuan akhirnya bisa menghasilkan barang yang maksimum dari biaya yang kecil. Ini jelas berbeda dalam ekonomi syariah dimana tujuan dalam ekonomi syariah yaitu menuju pada falah yakni kesejahteraan dunia dan akhirat, tetapi di lihat dari kejadian di masa kini 60 persen mayoritas umat muslim berkecipung dalam perkembangan ekonomi konvensianal. 

Ini merupakan bukti bahwa perlunya kita merubah pradigma ekonomi konvensional ke dalam ekonomi syariah yang tentunya sesuai dengan sumber dari al-Quran dan al-Hadis. Ilmuan muslim menganggap sistem syariah inilah yang akan menjadikan obat dari berbagai problem yang dihadapi masyarakat kontemporer saat ini khususnya di Indonesia. 

Di dalam ekonomi syariah melihat dari fondasinya yang di dahului oleh akidah, syariah dan ahlaq tentunya akan membawa kita terhadap sikap saling tolong menolong yang jauh dari kepentingan pribadi semata. Pakar ilmuan ekonomi muslim menciptakan sebuah gagasan berupa pengembalikan pemikiran sistem ekonomi yang telah kehilangan aspek keislamannya untuk kembali ke sumber yang telah jelas kebenarannya, sehingga sistem ekonomi yang telah berkembang bisa kembali bersifat religius dan bernafaskan tauhid sesuai dengan sumber al-Quran dan al-Hadis. 

Pentingnya mengembalikan pemikiran sistem ekonomi kedalam syariat Islam tak lain bertujuan agar kita selaku umat Islam semakin dekat kepada-Nya serta tidak menjadi kafir dan kehilangan arah dalam hal keimanan dari melihat berbagai fenomena yang telah terjadi khususnya dalam masalah perekonomian, selain itu   kita sebagai umat yang percaya Wahyu Allah yang memberikan landasan berbagai ilmu tidak terdikotomi dalam ilmu pengetahuan yang telah terkontaminasi dari pemikiran Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun