Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Sejak kecil, mereka sudah akrab dengan teknologi seperti ponsel, komputer, dan aplikasi digital. Hal ini membuat mereka terbiasa melakukan banyak hal sekaligus atau multitasking, misalnya bermain game sambil mengobrol di media sosial atau menonton video sambil mengerjakan tugas sekolah.
Namun, meskipun multitasking terlihat keren, penelitian menunjukkan bahwa cara ini sebenarnya bisa menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko kesalahan. Otak manusia tidak dirancang untuk fokus pada banyak hal sekaligus secara efektif. Tetapi, ini bukan berarti Gen Z tidak bisa belajar dengan baik. Justru, sistem pendidikan perlu beradaptasi agar lebih sesuai dengan kebiasaan dan cara berpikir mereka.
Bagaimana Kurikulum Bisa Disesuaikan dengan Gen Z?
Agar pembelajaran lebih efektif untuk Gen Z, kurikulum harus lebih fleksibel dan berbasis teknologi. Beberapa cara yang bisa diterapkan antara lain:
1. Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Interaktif
Gen Z sudah terbiasa dengan teknologi, jadi pembelajaran yang menggunakan platform digital akan lebih menarik bagi mereka. Misalnya, e-learning, aplikasi pembelajaran interaktif, dan simulasi berbasis komputer. Teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) juga bisa digunakan untuk membuat materi lebih menarik dan mudah dipahami.
2. Pembelajaran yang Fleksibel dan Modular
Gen Z menyukai kebebasan dalam belajar. Oleh karena itu, materi pelajaran sebaiknya dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang bisa dipelajari sesuai dengan waktu dan kenyamanan mereka. Metode microlearning, yaitu belajar dalam potongan kecil yang mudah dicerna, bisa menjadi solusi yang efektif.
3. Pembelajaran Kolaboratif dan Berbasis Proyek
Gen Z lebih suka belajar dalam kelompok dan berkolaborasi dengan teman. Metode Project-Based Learning (PBL), di mana siswa bekerja sama dalam proyek, berdiskusi, dan mencari solusi atas masalah, sangat cocok untuk mereka. Selain itu, penggunaan platform digital seperti Google Classroom atau Microsoft Teams bisa membantu mereka bekerja sama secara online.
4. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional