Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Isu Tentang Perempuan sebagai Asal Usul Hari Ibu di Indonesia

23 Desember 2022   15:58 Diperbarui: 23 Desember 2022   17:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Ibu selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Pada hari ibu, biasanya seorang ibu akan mendapatkan ucapan selamat, kue, bahkan hadiah dari anak-anaknya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kasih sayang anak kepada seorang Ibu yang telah berjuang membesarkan dan menemani setiap proses kehidupan seorang anak. Ketika perayaan hari ibu, suami turut memberikan ucapan dan bentuk kasihnya secara khusus kepada seorang isteri sebagai bentuk terima kasih dan kasih sayang kepada isteri karena telah berjuang bersama dalam sebuah keluarga.

Lalu, apakah asal-usul hari ibu semata hanya karena seorang perempuan yang sudah memiliki suami dan anak? Oke, mari kita bahas asal-usul hari ibu hingga diperingatinya tanggal 22 Desember sebagai hari ibu.

Setelah kongres pemuda 2, tanggal 28 oktober 1928 berhasil menyatukan para pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia.  Semangat sumpah pemuda berkobar pada diri perempuan Indonesia. Kongres pemuda memberikan semangat  dan inspirasi bagi tokoh-tokoh perempuan Yogyakarta, khususnya organisasi Putri Indonesia yang menginisiasi membentuk Panitia Kongres Perempuan. Terpilihlah R.A Soekanto sebagai ketua, Nyi Hajar Dewantara sebagai wakil, dan Soejatin sebagai sekretaris. Soejatin pada saat itu masih lajang, namun sudah aktif dalam pergerakan perempuan terlihat bahwa Beliau menjabat sebagai Ketua Poetri Indonesia cabang Yogya.

Diadakannya kongres perempuan 1 yang dilatarbelakangi oleh isu-isu tentang perempuan yang sangat merugikan. Latar belakang tentang isu perempuan tersebut, menjadi pembahasan dalam kongres perempuan 1 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres perempuan 1 dihadiri oleh kaum perempuan dari berbagai organisasi. Pada kongres tersebut, hadir 30 organisasi perempuan dari Jawa dan Sumatera. Tujuh diantaranya yaitu yang memprakarsai kongres ini, yaitu: Wanita Taman Siswa, Wanita Utomo, Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling, Jong Java Dames Afdeeling, Wanita Katholik, Aisyiyah Putri Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut telah berdiri jauh sebelum, kongres ini dimulai. Misalnya organisasi aisyiyah, yaitu organisai perempuan muslim telah berdiri tahun 1917, Taman Siswa berdiri pada tangun 1922, Wanita Utomo berdiri pada tahun 1912, dan lain sebagainya. Perempuan-perempuan yang tegabung dalam organisasi-organisasi perempuan turut aktif dalam pergerakan melawan penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan, tak heran jika semangatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan perempuan menjadi berkobar.

Nyatanya kesadaran akan hak-hak perempuan tidak hanya terjadi pada saat ini. Jauh sebelum kita membahas tentang isu perempuan yang saat ini ramai diperbincangkan. Perempuan-perempuan Indonesia pada zaman dahulu juga telah memiliki kesadaran akan hal itu, terlihat dengan berdirinya organisasi-organisasi perempuan di Indonesia dan puncaknya saat organisasi-organisai tersebut berkumpul dalam satu moment untuk membahas isu-isu perempuan. Isu-isu perempuan pada zaman dahulu tidak jauh berbeda dengan pembahasan isu perempuan pada masa kini. Pada kongres perempuan 1 membahas tentang emansipasi dan kesetaraan, diantaranya: Pergerakan kaum perempuan, perkawinan, perceraian, selain itu juga membahas derajat perempuan atau kesetaraan gender, kewajiban dan cita-cita perempuan Indonesia, kondisi kaum perempuan saat ini dan masa yang akan datang, kewajiban perempuan dalam rumah tangga, keadaban isteri, dan seputar perempuan lainya. 

Perempuan-perempuan dari perwakilan organisasi memberikan orasi atau pandangannya tentang perempuan. Tak terkecualli dengan R.A. Soekonto sebagai ketua panitia dari kongres perempuan ini. Dikutip dari tirto.id (dalam buku karya Blackburn) R.A. Soekonto mengatakan:

"Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum."

Sungguh luar biasa, isi materi dari R.A. Soekonto. Walaupun diutarakan sejak lama, sungguh isi pidato tersebut masih sangat relevan bahkan masih menjadi pembahasan dalam berbagai diskusi gender dan perempuan saat ini. Tokoh perempuan selanjutnya yaitu Djami memberikan pidatonya yang isinya tentang pendidikan untuk perempuan. Djami mengatakan:

"selama anak ada terkandung oleh ibunya, itulah waktu yang seberat-beratnya, karena itulah pendidikan Ibu yang mula-mula sekali kepada anaknya."

Beliau menyoroti tentang pentingnya peran perempuan dalam membentuk generasi yang berkualitas. Generasi yang berkualitas berasal dari pendidikan seorang ibu, agar seorang ibu memiliki kemampuan mendidik anak yang baik, maka perempuan harus memiliki pendidikan yang berkualitas pula. Permasalahan seperti diskriminasi pendidikan untuk kaum perempuan seperti pada saat penjajahan harus segera dientaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun