Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Pengabdian Sobat Mengajar Indonesia Part 3: Tali Bendera Putus

15 Oktober 2022   19:35 Diperbarui: 15 Oktober 2022   19:41 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu Mahdi turun ke bawah dengan disambut tepuk tangan, "terima kasih banyak ya Mahdi, keren banget si kamu" ucap terima kasihku sambil memujinya, "Iya, sama-sama, Bu" jawab Mahdi tersenyum dan tersipu malu.

Aku jadi berpikir bahwa anak-anak ini telah belajar pada alam, memanjat pohon, berjalan tanpa alas kaki ada yang dari pesisir ke sekolah yang jaraknya 1 jam. Mereka benar-benar belajar pada alam, tantangan alam ditaklukannya dengan kaki kuat tanpa alas atau dengan alas seadanya, kesederhanaannya membuat alam tetap kaya, sesulit apapun jalan yang harus mereka tempuh mereka tidak mengeluh, alam mengajarkannya untuk tangguh.

Setelah selesai latihan, anak-anak berbaris di lapangan dari kelas 1 hingga kelas 9 MTS, lapangan yang sudah tidak digunakan selama kurang leih 2 tahun ditumbuhi dengan rumput ilalang yang tumbuh disekitarnya. Lumayan kewalahan juga untuk membariskan anak-anak dengan rapih, wajar saja sudah 2 tahun anak-anak tidak berbaris.

Pak Endang dan Pak Hendi menyerahkan kepada kami untuk menjadi pembina, tim Sobat Mengajar. Helmi menjadi Pembina, aku dan Rereh berdiri di samping Helmi. Upacara pun berjalan dengan sangat khidmat.

Seketika terlintas raut wajah guru---guru SD ku, "ohh begini ya rasanya menjadi guru" ucapku dalam hati. Aku dan Rereh  berdiri di samping kepala sekolah, sambil memperhatikan murid-murid agar mengikuti upacara dengan baik. Sekarang peran guru benar-benar terjadi padaku, meskipun aku masih menjadi mahasiswa, tapi menurutku guru itu bukan hanya profesi tapi kewajiban, apalagi di tempat yang benar-benar membutuhkan.

Beberapa menit berlalu, matahari semakin naik setinggi ujung tombak, susunan upacara sudah selesai dibacakan, kami menginstruksikan agar anak-anak masuk ke kelasnya masing-masing dengan tertib.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun