Setelah membeberkan kecurigaan saya seputar proses penangkapan dan pemulangan Nunun dan mengidentifikasi ada 11 kejanggalan, seperti yang saya tulis di sini . Ternyata keganjilan itu masih berlanjut sampai saat Nunun diantar ke Rutan Pondok Bambu dan bahkan sampai hari ini, 2 hari setelah Nunun tiba di Indonesia.
Perhatikan 3 “penampilan” Nunun yang berbeda sepanjang Sabtu malam :
1.Saat turun dari pesawat, tampak Nunun menuruni tangga pesawat sama sekali tanpa pengawalan dan tidak menggunakan kerudung ataupun penutup wajah lainnya. Hanya saja, gambar yang diambil sangat tidak jelas karena awak media hanya bisa mengambil gambar dari jarak jauh dan kondisi sudah agak gelap. Sehingga yang tampak hanya siluet seorang wanita “mirip” Nunun.
2.Saat tiba di pelataran Gedung KPK, Nunun menggunakan selembar kain warna abu-abu bermotif Louis Vouitton, yang dipakai untuk menutupi kepala dan wajah.
3.Saat hendak diantar ke Rutan Pondok Bambu, Nunun sudah berganti busana. Kali ini ia mengenakan jilbab (bukan kerudung) yang menutup seluruh kepala, leher dan pundak, sehingga tidak bisa dikenali apakah itu memang postur tubuh Nunun. Wajahnya ditutupi masker dan kacamata, ditambah lagi seorang wanita yang terus menerus berupaya menutupi wajah Nunun dengan bantal berwarna merah.
Sehari kemudian, beredar foto Nunun sedang tidur di Rutan Pondok Bambu. Hanya terlihat punggung saja, bagian tubuh bagian bawah tertutup selimut. Nunun yang selama ini terkenal borju dan hanya bergaul dengan kalangan sosialita, harus sekamar bersama dengan 33 tahanan lalinnya, yang – maaf – tampak kucel. Namun anehnya, Nunun bisa langsung beradaptasi dan merasa nyaman bahkan bisa tidur nyenyak.
Anehnya lagi, sampai petang kemarin, Adang Darajatun, suami yang berkali-kali mengatakan sangat mencintai istrinya itu, sama sekali tidak datang menjenguk. Dua orang pria yang Minggu siang datang mengantarkan makan, juga bukan anak-anak Nunun. Tampaknya mereka hanya orang suruhan, karena itu begitu tidak diijinkan masuk rutan, mereka langsung pulang. Padahalkalo keluarga yang datang, pasti akan diperlakukan dengan baik dan diijinkan masuk, karena hak tahanan untuk bertemu dengan keluarga dan pengacaranya.Bagi saya ini aneh sekali! Nunun yang dilindungi dan disembunyikan rapat-rapat oleh suami, saat ditangkap dan dipulangkan suaminya malah cuek! Tampaknya para pemburu berita perlu melacak keberadaan Adang Darajatun dan anak-anaknya, dimana mereka berada sejak Nunun mendarat sampai hari ini. Jika mereka tenang saja santai di rumah, makin tidak masuk akal! Hanya Misbakhun dari PKS dan Pengacara yang ikut menyambut kedatangan Nunun Sabtu malam, setelah itu tak ada ada lagi.
Dalam film, pemeran utama yang harus memerankan adegan berbahaya, seringkali digantikan oleh stunt-in / stunt man. Sebab mempertaruhkan si aktor/artis utama sangatlah riskan, sedangkan membayar pemeran pengganti tidaklah semahal honor aktor/artis utama. Nah, apakah dalam drama spektakuler kali ini juga dipakai jasa “pemeran pengganti”? Wallahu a’lam!
Koran Tempo edisi pagi ini menampilkan gambar cover depan satu halaman penuh foto Nunun yang mengenakan jilbab motif hitam-putih dengan wajah ditutup masker dan kacamata. Dialog di TV One pagi tadi, menghadirkan kriminolog Reza Indragiri dan seorang Dokter Ahli Kejiwaan, juga menyangsikan kebenaran Nunun menderita penyakit demensia yang cenderung ke Alzheimer. Riskan sekali membiarkan seorang penderita penyakit itu tinggal sendirian di Bangkok yang nota bene bahasa yang digunakan bukan bahasa yang familiar dengannya. Dokter Ahli Kejiwaan menjelaskan bahwa jika “lupa”yang diderita seseorang disebabkan oleh demensia, maka akan sangat mudah pembuktiannya, sebab otak penderita mengalami pengkerutan, seperti gambar yang saya tampilkan dalam tulisan saya kemarin di sini . Kata Dokter itu, saat ini di Indonesia sudah banyak alat kedokteran canggih yang bisa memindai otak dan biasa digunakan oleh ahli-ahli neurologi.
Hari ini, kabarnya KPK akan mulai memeriksa Nunun. Akankah penampilan Nunun tetap ditutup rapat dari publik dan dibuat sedemikian rupa agar kamera wartawan tak bisa menangkap wajahnya? Nazaruddin, tiap kali usai diperiksa KPK bisa dengan bebas didekati wartawan dan boleh memberikan keterangan apa saja seputar pemeriksaannya. Tentu akan sangat aneh jika proses pemeriksaan dimulai tapi sosok Nunun masih tetap disembunyikan. Masyarakat akan bertanya-tanya, ada apa sebenarnya? Rekayasa-kah ini? Mengingat penangkapan Nunun juga seperti sim salabim saja. Sebulan sebelumnya Pak Busyro menyatakan Nunun dilindungi oleh kekuatan besar sehingga sulit ditangkap, tapi kini hanya seminggu sebelum masa kepemimpinannya berakhir, tiba-tiba saja Nunun bisa ditangkap dengan sangat kebetulan. Aneh, ajaib, menggelikan,menggemaskan, menjengkelkan, itulah kesan setelah menonton “sinetron” berjudul Nunun Pulang Kampung ini.
Pak Adang, apa kabar anda hari ini? Apa sekarang Bapak yang kena penyakit lupa sama istri sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H