[caption id="attachment_173619" align="aligncenter" width="600" caption="foto : www.antaranews.com"][/caption]
Baru saja saya nonton Metro TV, acara Suara Anda, yang salah satunya menayangkan cuplikan sidang Nunun Nurbaeti yang menghadirkan saksi Miranda Swaray Goeltom. Meski berulangkali dicecar pertanyaan dari pengacara ibu Nunun, ibu Miranda tetap bersikukuh tak terlalu mengenal dekat ibu Nunun dan tidak pernah minta dikenalkan pada anggota DPR. Nunun jelas kecewa dengan penyangkalan Miranda. Ia pun mendapat kesempatan untuk menanyai Miranda. Saat itulah saya melihat kejanggalan yang menggelikan.
Nunun dengan tutur kata yang halus dan tempo bicara yang lambat, kalem, mengingatkan Miranda bahwa mereka duu sebenarnya sangat dekat. Nunun mencoba mengingatkan Miranda bahwa dulu dirinya termasuk tamu istimewa yang diundang saat Miranda dilantik menjadi Deputy Gubernur Bank Indonesia. Sepenggal kalimat Nunun yang masih saya ingat jelas : “Waktu itu Gubernurnya (Gubernur BI maksudnya) Pak Burhanuddin Abdullah”, katanya. Nunun juga menyebut siapa saja yang hadir dan dirinya berbincang dengan siapa. Selama mengingat-kan Miranda, Nunun berkali-kali mengucapkan kata-kata “saya bersumpah” atau “demi Allah”, sampai ia ditegur keras oleh Hakim Ketua.
Cukup mengherankan bagi saya, sebab Nunun berulangkali mengaku dirinya menderita penyakit LUPA. Pernyataan sakit “lupa” yang diderita Nunun ini diucapkan suaminya, pengacaranya, bahkan dokternya yang belakangan diragukan otoritasnya untuk mengeluarkan pernyataan medis menyangkut penyakit Nunun yang katanya Demensia yang mengarah pada Alzheimer. Jadi, kalau siang tadi Nunun tiba-tiba punya ingatan tajam tentang event-event dimana dirinya diundang oleh Miranda, kapan, siapa saja yang hadir dan siapa Gubernur BI yang saat itu menjabat. Tiba-tiba sembuhkah Nunun? Lari kemana penyakit demensia alzheimernya?
Seperti pernah saya tulis di sini http://politik.kompasiana.com/2011/12/11/nunun-potret-nyata-negeri-orang-orang-pikun/ – gejala atau tanda-tanda kepikunan Alzheimer ini bermacam-macam. Mulai dari kemunduran memori/daya ingat, kesulitan berbicara dan menggunakan bahasa, dis-orientasi WTO (waktu, tempat dan orang), sulit berhitung, sulit melaksanakan kegiatan/ pekerjaan sederhana, berpenampilan buruk, acak-acakan karena lupa cara berpakaian dan berdandan, kemampuan imajinasinya terganggu, dll. Ini sama sekali tak tercermin dalam diri Nunun yang selalu tampil serasi dalam persidangan, kerudungnya di semat rapi dengan bross di kepala dan dalam bertutur kata sangat lancar bahkan pilihan kata-katanya sangat teratur.
[caption id="attachment_173620" align="aligncenter" width="640" caption="sumber : fotodetik.com"]
Rupanya, kebohongan memang butuh konsistensi. Kalau dulu Nunun sudah terlanjur mengaku sakit “lupa” dan dia sendiri setiap kali ditanya oleh penyidik KPK selalu menjawab “LUPA”, lalu kini tiba-tiba mengingatkan banyak hal secara mendetail, tentunya aneh dan sulit dipercaya. Kendati apa yang dikatakan Nunun benar, misalnya, tapi bisa saja Miranda membela diri dengan mengatakan ucapan Nunun tak bisa dipercaya 100% karena ingatan seorang penderita demensia alzheimer bisa saja kacau. Nah, kalau sudah begini, Nunun tinggal menuai “senjata makan nyonya”.
Nunun vs Miranda ini perseteruan mantan 2 sahabat sosialita. Gajah sama gajah berkelahi, entah siapa yang jadi pelanduknya.Mari kita tonton bersama, siapa diantara 2 nyonya sosialita ini yang akan memenangkan pertempuran. Yang jelas, hikmah dari persidangan ini bisa menyembuhkan penyakit demensia Nunun secara mendadak, tanpa teraphy yang berbiaya mahal. Kalau begitu, para koruptor yang masih menderita “sakit lupa”, mungkin persidangannya dipercepat saja, siapa tahu sakit lupanya langsung sembuh. Tentu saja dengan syarat lawannya harus sama kuat dan saling menjatuhkan. Agar keduanya saling mengerahkan ingatan dan bukti-bukti detil untuk menjatuhkan lawannya. Dengan begitu, sidang tipikor bisa sekaligus menjerat 2 tersangka.
Selamat atas kesembuhan ibu Nunun!
[caption id="attachment_173622" align="aligncenter" width="400" caption="perang 2 Ratu Sosialita ibarat gajah vs gajah (foto : gedabrus.blogspot.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H