Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merubah Mitos Malam Jum'at yang Salah Kaprah

12 Januari 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 24842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis lalu, Jakarta yang dilanda hujan angin sejak siang sampai sore. Banyak pohon bertumbangan dan papan iklan yang roboh. Di kota tempat tinggal saya pun, Cilegon, malamnya juga hujan meski tak begitu deras. Tapi diiringi dengan angin yang cukup kencang hembusannya. Hujan itu terjadi sesaat menjelang tibanya waktu sholat Isya, jadi di luar suasana sudah sangat gelap. Desauan angin di luar rumah menimpa dahan-dahan pohon dan daun-daun yang saling bergesek, ditingkah suara hujan, semuanya menghasilkan harmoni suara yang “menyeramkan”. Mirip musik latar film bergenre horor ala Indonesia.

Iseng-iseng, saya menulis status di facebook saya soal suasana mencekam, pas malam Jum’at pula, jadi mirip film horor. Status itu kemudian dikomentari beberapa teman yang juga bercanda dan menakut-nakuti saya. Tentu saja saya tidak terpengaruh oleh komentar lucu-lucuan itu. Esok paginya, ada seorang teman yang bijak mengomentari status FB saya itu. Dia menulis seharusnya malam Jum’at bukan menjadi malam yang menakutkan, karena justru di malam ini ummat yang beragama Islam justru dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah. Dan sesungguhnya Jum’at adalah hari yang istimewa dalam agama Islam. Sayangnya, dengan mitos yang menyesatkan seolah-olah malam Jum’at adalah malam yang menyeramkan, banyak orang yang menganjurkan anak-anaknya untuk tidur lebih awal dan tidak keluar rumah. Ajaran semacam ini seringkali melekat sampai dewasa.

Penasaran dengan asal mula mitos itu, saya kemudian coba mencari asal mula kenapa malam Jum’at dimitoskan jadi malam yang menyeramkan, penuh aroma mistis, sampai-sampai hampir semua film bergenre horor made in Indonesia mengambil moment malam Jum’at sebagai waktu ideal “penampakan” tokoh utama filmnya. Khususnya malam Jum’at Kliwon. Tampaknya mitos semacam ini merebak di kalangan masyarakat Jawa, sebab hari “pasaran” Kliwon itu dikenal dalam penanggalan Jawa. Dan benarlah, dari hasil penelusuran saya dibantu Pakde Google, hampir semua tulisan tentang itu menyebut mitos malam Jum’at ini khusunya beredar di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Dan karena persinggungan budaya, mitos ini jadi menyebar ke berbagai daerah.

SEKELUMIT TENTANG MITOS

Banyak sekali ritual ghaib yang dilakukan pada malam Jum’at –khususnya malam Jum’at Kliwon-. Selain sesajen, masih banyak lagi ragam ritual yang dilakukan di malam ini, salah satunya adalah memandikan benda-benda pusaka. Jum’at Kliwon sebagai hari untuk melakukan ritual di kawasan Cepuri dan Pantai Parangkusmo, tradisi masyarakat Jawa yang menganggap malam Jum’at Kliwon maupun Selasa Kliwon merupakan hari yang dikeramatkan. Hal ini terkait dengan tradisi puasa selama 40 hari yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta yang puncak puasanya berakhir pada hari Jum’at Kliwon. Meski kini orang yang meneruskan kepercayaan semacam ini hanya mengambil 3 hari puasa saja, tapi tetap puncak puasa yang pada malam Jum’at Kliwon.

Di masyarakat Jawa sendiri, hari yang dianggap keramat berbeda-beda tergantung daerahnya. Masyarakat di kawasan Jawa Tengah ada yang menganggap malam Jum’at Wage-lah hari yang dikeramatkan. Yang lain adalah Jum’at Legi/Manis. Ini dimulai pada masa pemerintahan Demak, kekuasaan Islam di tanah Jawa. Hari Jum’at adalah hari jatah Islam setelah Sabtu dimiliki Yahudi dan Minggu dimiliki Nasrani. Jum’at Legi/Manis menjadi favorit dan gak ada unsur menakutkannya, namun menjadi hari yg seram setelah pengaruh Belanda dengan Friday the 13th-nya.

Sedikit ada kerancuan soal hari pasaran Kliwon itu sendiri. Ada yang beranggapan hari yang dianggap sakral adalah Selasa Kliwon. Ini hari dimana moyang Jawa dulu menaruh sesaji di beberapa tempat yang dipercaya menjadi area berkumpulnya spirit arwah leluhur, energi alam, cinta dan kecantikan – makanya juga disebut sebagai hari Anggara kasih – hari  dimana amat bagus bercinta dan berkasih mesra. Hari yg dikuasai oleh dewi-dewi dan ratu alam. Itu sebabnya malam Selasa Kliwon dianggap dikuasai oleh ruh jahat berkelamin perempuan. Dari Nyi Roro kidul, Nyi Blorong, Kuntilanak, dan jenis hantu “betina” lainnya. Masyarakat Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat Sendang Senjaya lengkap dengan peninggalannya yang berupa sendang. Tradisi Kungkum yang selalu ini dilakukan masyarakat pada hari malam Selasa Kliwon dan malam Jum’at Kliwon sebagai wujud bentuk permohona doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ada pula yang melakukan perhitungan-perhitungan neptu dino, yaitu memadukan antara numerologi yang dimiliki setiap hari dan pasaran yang dipercaya oleh masyarakat Jawa. Dimana Jum’at neptu (nilai)nya 6, sedangkan Kliwon nilainya 8. Seiring dengan masuknya Islam ke Jawa melalui akulturasi budaya, maka angka 6 dan 8 ini di-utak atik gathuk sehingga menghasilkan 68, 6+8=14, kemudian dicocokkan dengan Surah ke-68 dalam Al Qur’an yaitu Surah Al – Qalam dan Surah ke-14 yaitu Surah Ibrahim. Lalu dilengkapi pula dengan tinjauan dari sisi hari Kamis Kliwon (karena malam Jum’at-nya) yang neptunya menjadi 88 dan seterusnya. Saya sendiri tidak setuju mengkaitkan mitologi kalender Jawa untuk kemudian dicocokkan dengan nomor urut Surah dalam mushaf Al Qur’an. Selain tak ada dasarnya, urutan dalam mushaf juga tak menggambarkan urutan turunnya Surah. Nanti kita malah terjebak dalam mitos yang seolah-olah Islami (hehehe.., mana ada ya mitos Islami?)

MALAM JUM’AT / HARI JUM’AT DALAM PANDANGAN ISLAM

13263599351814403453
13263599351814403453

Jika dalam mitologi Jawa malam Jum’at dimuliakan sebagai malam untuk melakukan ritual tertentu, termasuk yang bertujuan/ dipercaya untuk menambah kesaktian, maka dalam ajaran Islam malam Jum’at adalah malam yang juga dimuliakan, akan tetapi cara pemuliaannya sangat berbeda. Malam Jum’at adalah malam permulaan hari Jum’at, karena permulaan hari dalam Islam dihitung sejak terbenamnya matahari. Maka hari Jum’at dimulai ketika matahari terbenam di ufuk barat. Kamis malam atau malam Jum’at itulah permulaan hari Jum’at. Kemuliaan hari Jum’at bukan ditetapkan berdasarkan mitos akan tetapi selaras dengan apa yang telah disyari’atkan Allah SWT.

Ibnul Qayyim rahimahullahberkata, "Maka hari Jum'at adalah hari ibadah. Kedudukannya dibandingkan hari-hari yang ada seperti bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya. Sementara waktu istijabah (dikabulkannya doa) yang ada pada hari itu seperti laiatul qadar di bulan Ramadhan." (Zaad al-Ma'ad: 1/398). Karena itulah bagi setiap muslim wajib mengagungkan dan memuliakan hari tersebut, memperhatikan keutamaan-keutamaannya dengan ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala pada hari tersebut dengan melaksanakan berbagai kegiatan ibadah. Ibnul Qayyim berkata, "Adalah di antara petunjuknya Rasulullah SAWmengagungkan hari (Jum'at) ini dan memuliakannnya, serta mengistimewakannya dengan ibadah yang dikhususkan pada hari tersebut yang tidak dikhususkan pada hari lainnya." (Zaad al-Ma'ad: 1/378).

Hari Jum’at tak akan memiliki kemuliaan jika Allah tidak mensyari’atkan berbagai macam ibadah di dalamnya. Jadi, kemuliaan hari Jum’at tidak terletak pada hari Jum’at itu sendiri, tetapi kemuliaan itu karena adanya berbagai ibadah yang disyari’atkan oleh Allah pada hari itu. Oleh karena itu, jika seseorang ingin mendapatkan kemuliaan di hari Jum’at, maka hendaknya ia melakukan berbagai ibadah yang disyari’atkan secara maksimal sesuai dengan kemampuannya pada hari Jum’at. Jika tidak demikian, maka Jum’at baginya adalah sama seperti hari-hari lainnya, tidak istimewa. Apa saja ibadah yang disyari’atkan antara lain memperbanyak membaca Al Qur’an. Dan ini tidak melulu harus fokus pada Surah tertentu saja seperti tradisi Yasinan atau membaca Surah Yaasin pada malam Jum’at. Sebab tradisi Yasinan ini juga berasal dari utak atik angka, dimana jumlah ayat dalam Al Qur’an yaitu 6236 ayat (bukan 6666 ayat) dibagi tepat di tengah menjadi angka 62 dan 36.Lalu dicocokkan dengan Surah ke-62 yaitu Al Jumu’ah dan Surah ke-36 yaitu Yaasiin. Sehingga untuk mudahnya langsung dimaknai malam Jum’at membaca Surah Yaasiin.

Selain membaca Al Qur’an juga disunnahkan memperbanyak sholat malam atau Qiyamul-lail. Juga dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah pada malam dan hari Jum’at, berbagi dengan orang yang membutuhkan. Bagi kaum laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan sholat Jum’at berjamaah. Dan bukan hanya sekedar hadir dan ikut sholat jamaah 2 rakaat saja, namun juga kewajiban untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan imam dengan seksama, tidak boleh sibuk sendiri sehingga tidak memperhatikannya. Akibatnya, Jum'atannya akan sia-sia sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAWbersabda: "Jika engkau berkata pada temanmu pada hari Jum'at, "Diamlah!", sewaktu imam berkhutbah, berarti kemu telah berbuat sia-sia." (Muttafaq 'Alaih, lafadz milik al Bukhari). Adapula yang mengatakan, (maknanya) batal keutamaan (pahala-pahala) Jum’atmu dan nilainya seperti shalat Dhuhur. Di dalamnya terdapat isyarat agar menghadapkan hati dan anggota badan untuk mendengarkan khutbah.

Amalan sunnah lainnya adalah membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at berdasarkan hadits Abu Sa'id al-Khudri RA, Rasulullah SAWbersabda : "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan untuknya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyinarinya dengan cahaya antara dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' al-Shaghir, no. 736).

Yang lainnya adalah memperbanyak doa di penghujung hari Jum'at, karena termasuk waktu mustajab untuk dikabulkannya doa. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, dia bercerita: "Abu Qasim (Rasululah SAW)bersabda : "Sesungguhnya pada hari Jum'at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya." Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, yang kami pahami, untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat)." (Muttafaq 'Alaih)

Begitulah kontradiksi pemahaman malam Jum’at dan hari Jum’at menurut mitos klenik yang hanya menghasilkan kengerian berbau mistis dibandingkan dengan pemahaman menurut ajaran Islam yang justru menghasilkan pahala dan kebaikan. Semoga malam Jum’at nanti dan malam-malam Jum’at selanjutnya tidak lagi dipahami sebagai mitos saat keluarnya hantu dan makhluk ghaib lainnya. Semoga bermanfaat. Jika ada kekurangan dan kekhilafan dalam tulisan ini, saya mohon maaf dan mungkin ada yang bisa menambahkan untuk memperkaya tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun