[caption id="attachment_276001" align="aligncenter" width="624" caption="Ridwan Hakim putra Ketua Majelis Syuro PKS Ustadz Hilmi Aminudin (foto : nasional.kompas.com)"][/caption]
Seperti pernah saya tulis pada artikel sebelumnya, kasus dugaan suap dan korupsi terkait penambahan kuota daging sapi impor akan terus mengalami kejutan yang mencengangkan setelah memasuki masa persidangan dua terdakwa : Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq. Setelah sebelumnya muncul kejutan pengakuan Maharani Suciono bahwa malam itu sebenarnya ia tidak sedang duduk di cafe mengobrol dengan Fathanah saat ditangkap KPK, melainkan di dalam kamar hotel Le Meridien, lalu pengakuan ayah dari Darin Mumtazah bahwa benar putrinya telah dinikahi LHI sejak kelas 2 SMA dan pernikahannya tak dicatatkan, lalu pengungkapan serangkaian fakta perjalanan LHI dan keluarga Darin ke dan dari Kuala Lumpur – Jakarta untuk tujuan pelesir dengan tiket dibayari oleh Fathanah, kemarin lagi-lagi sidang mengungkap fakta yang lebih mencengangkan.
Betapa tidak, Jaksa Penuntut dari KPK memperdengarkan sadapan pembicaraan telepon dari ponsel milik Ridwan Hakim – putra Hilmi Aminuddin, Ketua Dewan Syuro PKS – yang merekam pembicaraan Ridwan dengan LHI lalu disambung dengan seorang wanita yang disebut Bunda Puteri. Sampai kini, sosok Bunda Puteri masih miterius. Tapi yang sangat mencengangkan, dalam telepon itu terungkap betapa “sakti”nya sang Bunda ini, sampai-sampai beliau bisa dengan bebas marah kepada LHI, Presiden PKS saat itu. LHI pun dalam pembicaraan itu tampak takzim dan tunduk kepada sang Bunda, bahkan menyebut pekerjaan Bunda Puteri lebih berat dari Menteri karena beliaulah yang mengatur para decision maker. Luaaar biasa! Seorang decision maker saja sudah hebat, karena punya kewenangan mengambil keputusan, apalagi kalau orang yang mampu mengatur sejumlah decision maker. Tentu orang tersebut kewenangannya jauh di atas pengambil keputusan. Sebab “beliau” lah yang menentukan agar keputusan yang diambil harus sesuai dengan keinginannya.
BUNDA PUTERI, HAJI SUSU, DIPO, WIDHI, MAS BOED DAN ZAKAT ISTANA
Entah sudah jadi code of conduct tak tertulis di kalangan pelaku kongkalikong permainan proyek haram, selalu saja ada kata-kata sandi yang digunakan. Dalam kasus Wisma Atlet, kita kenal istilah Ketua Besar, Boss Besar, apel Malang, apel Washington, semangka, pelumas dan “kilo” yang diartikan “milyar” (misalnya semangka 3 kilo = uang 3 milyar). Sedangkan dalam kasus korupsi pengadaan Al Qur’an, kata sandi yang dipakai “pesantren” untuk menyebut nama Fraksi/ Parpol, “kyai” untuk menyebut nama tokoh politik, serta “maktab” untuk menyamarkan suatu tempat. Maka, dalam kasus permainan kuota daging sapi impor bertebaran istilah untuk menyamarkan maksud sebenarnya. Kita sudah mendengar soal “pustun”/”fustun”, jawa sarkiya dan “arbain milyar cash” untuk menyebut fee 40 milyar yang diminta diberikan tunai. Dalam persidangan Kamis, 29 Agustus 2013, nama dan istilah itu makin banyak. Berikut, saya kutip (copas) secara utuh transkripsi pembicaraan antara Ridwan Hakim (RH), Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dan Bunda Puteri (BP) yang dilakukan melalui telepon milik Ridwan yang saat itu menurut pengakuannya sedang berada di rumah Bunda Puteri. Transkrip ini saya copas dari portal berita jpnn.com dan vivanews.co.id yang keduanya merilis transkripsi yang sama persis. Telepon dimulai ketika LHI menelepon Ridwan, lalu di tengah percakapan, Ridwan memberikan teleponnya kepada Bunda karena Bunda ingin bicara.
[caption id="attachment_276002" align="aligncenter" width="284" caption="Ilustrasi : www.metrotvnews.com"]
==================================================================
[caption id="attachment_276003" align="aligncenter" width="468" caption="LHI Presiden PKS saat itu saja tunduk pada Bunda Puteri bahkan menyebut tugas Bunda Puteri lebih berat dari tugas Menteri (foto : nasional.kompac.com)"]
Luar biasa bukan? Seorang Presiden PKS dan putra Ketua Majelis Syuro PKS sedemikian takutnya dengan kemarahan seseorang yang disebut Bunda Puteri, yang menurut Ridwan Hakim adalah mentornya dalam berbisnis. Beliau pemilik perkebunan pinang di Kalimantan, yang dikenal Ridwan sejak 2010. Meski bukan orang PKS, tapi Bunda Puteri adalah sosok berpengaruh di PKS, dimana Bunda langsung memanggil LHI ke rumahnya di Pondok Indah, sehari setelah Ahmad Fathanah ditangkap KPK. Ini berarti mematahkan beragam sanggahan dari kader dan elite politik PKS, yang pernah memberikan pernyataan di media bahwa PKS dan LHI sama sekali tak terpengaruh dengan penangkapan Fathanah oleh KPK saat itu karena tak tahu menahu. Padahal, menurut penuturan Ridwan yang mengutip percakapan LHI dengan Bunda, sang Bunda ini menanyakan peristiwa apa yang terjadi semalam yang dikaitkan dengan kementrian. Kemudian dijawab oleh LHI bahwa dia sudah mengecek bahwa (penangkapan) itu tak terkait kementrian. Ini artinya, sejak awal Fathanah ditangkap KPK, petinggi PKS sudah keder dan galau, sudah tahu arahnya kemana, maka dari itu sampai melakukan pengecekan segala. Bahkan dalam BAP, Ridwan menceritakan ada seorang Mentri yang berkunjung ke rumah Bunda Puteri pada 27 Januari 2013 dan sang Mentri berada di sana sampai jam satu dini hari (artinya sudah masuk tanggal 28 Jan. – pen.). Kita ingat, penangkapan AF oleh KPK adalah tanggal 29 Januari malam.
Kendati Ridwan diduga tahu banyak soal Bunda Puteri dan kiprahnya dalam penempatan orang-orang penting di Kementrian dan pengaturan para decison maker, tapi Ridwan bersikukuh menutupi identitas Bunda Puteri. Dalam beberapa kesempatan Ridwan kerap memberikan keterangan yang tak sesuai dengan BAP dan – seperti juga Angelina Sondakh – Ridwan kerap beralasan “Saya kurang ingat”, "Saya kurang mengerti", "Saya lupa" atau "Saya tak bilang begitu". Karenanya, Ketua Majelis Hakim, Nawawi Pamolango mengancam akan menetapkan Ridwan Hakim sebagai tersangka karena dianggap memberikan keterangan palsu, meski sudah berkali-kali diperingatkan dan ditegur majelis hakim. Bahkan Hakim Nawawi menyarankan Jaksa KPK agar menjerat Ridwan dengan Pasal 22 UU Tipikor karena keterangannya di persidangan bisa diklasifikasikan keterangan palsu dan diancam pidana.
Seperti umumnya saksi yang berbohong di persidangan, bahasa tubuh mereka menunjukkan dirinya sedang tidak nyaman dan tidak dalam zona aman. Kita sudah menyaksikan bagaimana ketika Angie bersaksi di persidangan Nazaruddin yang kerap menjawab “lupa” dan “tidak tahu”, tapi sekali pun tak berani beradu pandang dengan Nazar dan pengacaranya serta selalu menunduk dihadapan majelis hakim. Ridwan Hakim pun demikian, sejak awal dia lebih banyak menunduk dan tegang, sampai-sampai Ketua Majelis Hakim memulai menyapanya dengan candaan, agar Ridwan bisa lebih tenang. Bahkan Ketua Majelis Hakim menyatakan Ridwan tampak pucat meski dia mencoba tersenyum.Sebelum akhirnya hadir di persidangan Fathanah kemarin, Ridwan sempat mangkir dalam 2 kali persidangan sebelumnya.
[caption id="attachment_276006" align="aligncenter" width="476" caption="foto : www.tribunnews.com"]
Kini, perlahan fakta-fakta yang mencengangkan mulai terkuak, termasuk perilaku dan keseharian dari putra Ustadz senior yang disegani di kalangan PKS ini, ternyata Ridwan kerap ngobrol dengan Fathanah soal perempuan. Publik sudah tahu banyak soal kedekatan Fathanah dengan wanita-wanita cantik yang royal dikucurinya beragam hadiah dan uang. Ridwan mengaku hanya sekali saja membahas soal daging dengan Fathanah, selebihnya berbicara soal perempuan, “ya biasa, obrolan laki-laki. kan kami laki-laki, Pak” dalih Ridwan. Tentu, kita paham maksudnya. Majelis hakim mengaku kecewa mendengar kesaksian Ridwan.
Kegigihan Ridwan menutupi identitas Bunda Puteri ini membuat majelis hakim kesal. Dalam tayangan di televisi, ketika hakim menanyakan siapa Bunda Puteri, Ridwan hanya menjawab dirinya tak paham. Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku dimentori oleh Bunda Puteri dan saat bertelepon itu sedang di rumah Bunda, mengaku tak paham siapa sang Bunda. Alasan Ridwan : “saya hanya duduk dan mendengarkan, tapi saya gak paham”. Majelis hakim pun menanyakan sejak kapan Ridwan kenal Bunda Puteri, dijawabnya sudah sejak lama. Maka wajarlah jika hakim mendesak, sebab tak masuk akal dua orang yang sudah kenal sejak lama tapi tak tahu siapa orang yang dikenalnya, yang diakuinya sebagai mentor. Inilah ciri khas jaringan mafia, jika salah satu dari bagian jaringan itu tertangkap, maka mereka akan tutup mulut rapat-rapat soal identitas sang Godfather – dalam kasus ini lebih pantas disebut Godmother – sebab kalau Godmother terkuak, akan habislah seluruh jaringan itu. Ridwan bahkan lebih suka berkoar soal Sengman Tjahja yang disebutnya utusan Presiden SBY. Bagaimana kedekatan Ridwan Hakim dengan Sengman sesungguhnya? Hal ini pernah ditulis majalah Tempo pada awal ditahannya LHI, edisi pekan kedua Pebruari 2013. Akan saya tuliskan pada bagian ke-2 tulisan ini berikut fakta-fakta lainnya. Semoga pembaca tidak bosan.
BAGIAN 2 : JEJAK KEDEKATAN SENGMAN TJAHJA DAN RIDWAN HAKIM, silakan di click.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H