Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo BBM Memang Diarahkan Untuk Jadi Kerusuhan Massal dan Massive?

30 Maret 2012   06:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_171747" align="aligncenter" width="600" caption="Mobil Brimob yang dibakar di Salemba (nasional.inilah.com)"][/caption]

Menyaksikan tayangan pemberitaan demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM selama 2-3 hari terakhir ini, banyak masyarakat yang makin tak simpati pada aksi mahasiswa dan pendemo yang cenderung anarkhistis. Mulai dari mengganggu dan menghalangi kepentingan publik, merusak fasilitas umum dan asset negara – yang nota bene dibangun/ dibeli dengan uang rakyat – sampai menjarah usaha swasta. Padahal semua yang dirusak dan diserang itu sama sekali tak ada kaitannya dengan proses pengambilan keputusan pengurangan subsidi BBM di APBN-P 2012.

Di Tangerang mahasiswa memblokir akses jalan toll menuju Bandara Soetta. Di Ternate, sebuah pesawat penumpang Low Cost Carrier yang sudah berada di ketinggian 70 meter di atas landas pacu, terpaksa berputar-putar tanpa bisa mendarat karena landa pacu dikuasai mahasiswa yang melakukan pembakaran di atasnya. Akhirnya pesawat terpaksa terbang kembali ke Manado dan menurunkan penumpangnya di sana karena khawatir kehabisan bahan bakar. Medan, awal pekan ini Bandara juga diblokade sehingga sejumlah penerbangan terpaksa ditunda/dibatalkan karena penumpang maupun awak pesawat tak bisa menuju Bandara.

Masih juga di Medan dan di Kendari/ Sultra, serta beberapa kota lainnya, mobil dinas berplat merah dirusak, digulingkan, bahkan dibakar. Sampai-sampai Polda Jatim menginstruksikan agar semua mobil dinas untuk sementara diganti dengan plat nomor hitam. Di beberapa kota, truk tangki yang mengangkut BBM yang akan didistribusikan ke sejumlah SPBU, disandera dan sopirnya dipaksa turun ke jalan. Padahal, kalau truk tangki BBM ini justru tak sampai ke tujuan, bisa terjadi kelangkaan BBM di daerah itu dan ujung-ujungnya harga BBM meroket meski belum dinaikkan. Siapa lagi yang dirugikan kalau bukan pembeli alias rakyat.

[caption id="attachment_171748" align="aligncenter" width="600" caption="Gaya mahasiswa UKI dalam aksi demo di Salemba (www.tribunnews.com)"]

13330896781334843225
13330896781334843225
[/caption]

Di hampir semua daerah, mahasiswa pendemo selalu membakar-bakar ban di jalanan, melempar batu, botol, batangan kayu dan potongan logam/besi. Bahkan tak jarang yang melempar bom molotov hingga melukai aparat Polisi. Tentu saja kalau sudah terjadi bakar-bakaran dan lempar-lemparan di jalanan, para pengguna jalan ngeri, kendaraan umum tak berani lewat dan pedagang yang biasa berdagang di sekitar jalan itu takut menjajakan dagangannya. Siapa lagi yang rugi? Tentu saja rakyat kecil yang sehari-hari berjuang mencari makan di jalanan dengan jadi PKL, pedagang asongan, sopir angkot dan bis kota, yang terpaksa tak bisa mencari rejeki. Pengguna jalan yang hendak berangkat ke kantor, ke sekolah, ke pasar yang harus berputar-putar cari jalan alterbatif, yang ujung-ujungnya menghabiskan bensin lebih banyak atau butuh ongkos lebih.

Pernahkah terpikir seseorang dari Jakarta terburu-buru ke Bandara Soetta karena mendapat telepon Ibunya sedang sakit keras dan kritis di Jawa Timur? Karena jalan ke bandara di blokir, ia tak bisa berada di sisi Ibunya saat menghembuskan nafas terakhir. Pernahkah terbayang seorang pemuda yang mendapat panggilan untuk wawancara dengan sebuah perusahaan di luar Jawa yang harus dihadirinya hari itu? Akibat tak bisa mencapai bandara, tiket yang ditangannya hangus padahal di beli dengan seluruh sisa tabungannya, sementara peluang kerja yang sudah di depan mata lenyap begitu saja. Tidakkah mahasiswa yang berdemo punya hati untuk meluruskan pikirannya yang dirasuki emosi dan kalap?

[caption id="attachment_171749" align="aligncenter" width="565" caption="KONAMI menutup jalan di Salemba. Bangga? Merasa Jagoan? (www.tribunnews.com)tribun"]

1333089776560692067
1333089776560692067
[/caption]

Sadarkah mereka bahwa landas pacu bandara yang dibakar itu dibangun dengan uang rakyat? Artinya kalau rusak juga harus diperbaiki dengan uang rakyat pula. Pahamkah mereka bahwa pesawat kategori LCC itu pesawat dengan harga tiket murah yang penumpangnya juga rakyat biasa? Artinya jika mereka tak bisa sampai ke tujuan, mereka harus membeli tiket lagi untuk penerbangan berikutnya, padahal uang sebegitu sangat besar jumlahnya bagi mereka. Mengertikah mahasiswa bahwa mobil dinas itu dibeli dengan uang APBD dan kalau dibakar berarti asset negara hangus?

Kalau mereka tak pernah berpikir sampai ke sana dan tak paham esensi serta akibat perbuatan mereka, rasa-rasanya mustahil. Sebab mereka kalangan terdidik, kaum intelektual. Kecuali jika mereka memang SENGAJA melakukan tindakan ANARKHIS karena memang itu TUJUANNYA.

Semalam, setidaknya ada 2 demo super anarkhis yang terjadi di Makasar dan Jakarta (Salemba). Di Makasar demo berubah menjadi rusuh sekitar jam 21.00 WITA dan sampai diberitakan di televisi jam 21.30 WIB (22.30 WITA), ekskalasi kerusuhan masih meluas. Diberitakan TV, Polisi dibantu warga tepaksa membalas lemparan batu yang dilakukan mahasiswa. Artinya, sudah terjadi bentrokan horisontal antara mahasiswa VS masyarakat. Polisi sampai terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa. Reporter TV One sampai berlari-lari dan memberitakannya dengan suara terengah-engah dibayangi kengerian. Katanya suasana di depan Universitas Muhammadiyah Makasar sangat mencekam.

Di Salemba, sekitar jalan Diponegoro, mulai jam 6 petang mahasiswa UKI, UPI dan YAI dan mereka yang menamakan diri Konami (Konsolidasi Aksi Mahasiswa Indonesia) mulai memblokade jalan. Makin malam mereka makin kalap, membakar pos polisi, merusak mobil-mobil dan melempari warga yang memaksa lewat. Apa saja dilemparkan dan dibakar, termasuk bom molotov. Kapolsek Senen terluka dan patah tangannya hingga terpaksa dirawat di RS, akibat dikeroyok dan dipukuli mahasiswa saat sang Kapolsek mencoba memadamkan pos polisi yang dibakar mahasiswa. Mobil Brimob pun di depan YLBHI dibakar mahasiswa. Sampai jauh malam kerusuhan masih berlanjut.

[caption id="attachment_171750" align="aligncenter" width="460" caption="Pos Polisi di Salemba di bakar mahasiswa (www.bacadulu.com)"]

1333089885671796725
1333089885671796725
[/caption]

Polisi kemudian masuk ke kantor YLBHI yang dijadikan sebagai tempat bersembunyi mahasiswa. Di sana Polisi menemukan sejumlah barang bukti yang dibawa mahasiswa untuk menyerang. Pihak YLBHI sendiri siap membantu untuk mencari penyelesaian yang adil bagi kedua belah pihak, baik mahasiwa maupun Polisi.

Saya pribadi mengira bahwa demo-demo ini memang sengaja di arahkan untuk menjadi kerusuhan yang bersifat massal dan massive. Melibatkan ribuan orang dari kelompok mahasiswa dan buruh, serta terjadi di semua daerah. Kerusuhan pun seperti diupayakan terjadi di daerah-daerah, bukan hanya Jakarta saja. Indikasi lainnya : semalam seperti diberitakan TV-TV, beredar SMS dan BBM yang mengabarkan ada mahasiswa yang tertembak sampai tewas dalam bentrok antara pendemo dengan Polisi di kawasan Salemba. Padahal,, pihak Kampus sendiri secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa tak ada penembakan.

Sepertinya SMS dan BBM itu sudah dipersiapkan, karena begitu terjadi bentrok, kabar itu langsung menyebar. Mungkin tujuannya untuk menjadikan Jakarta seperti tragedi 13 – 15 Mei 1998. Saat itu terjadi penembakan terhadap 4 mahasiswa Trisakti sampai tewas. Dan di saat mahasiswa masih cooling down karena berkabung pasca pemakaman teman mereka, perusuh masuk ke Jakarta dan melakukan penjarahan dan pembakaran di mana-mana dan eskalasinya meluas ke seantero Jakarta, sampai berlangsung 3 hari.

Sayangnya, kali ini pelaku penjarahan terhadap restoran, pemblokiran jalan toll, pembakaran fasilitas umum dan asset negara, justru dilakukan oleh mahasiswa. Perwakilan mahasiswa yang diwawancarai beberapa stasiun TV – termasuk yang saya dengar di TV One pagi tadi yang mengundang wakil-wakil mahasiswa dari Perguruan Tinggi ternama bahkan beberapa diantara dari Universitas Negeri terkemuka – mereka selalu berdalih : kalau tidak rusuh aspirasinya tak akan di dengar. Jawaban ini justru membuktikan bahwa mahasiswa membenarkan dan bahkan membela diri bahwa berdemo sampai rusuh itu sah-sah saja.

[caption id="attachment_171751" align="aligncenter" width="565" caption="Aksi brutal bentrok mahasiswa vs Polisi (jakarta.tribunnews.com)"]

1333089981951679993
1333089981951679993
[/caption]

Ini sangat disayangkan mengingat mahasiswa bukan mereka yang tak berpendidikan. Seharusnya mereka berlajar dari keberhasilan gerakan mahasiswa tahun 1998 yang fokus mengarahkan tujuan demonya ke Gedung DPR/MPR, tanpa melakukan kerusuhan dan anrkhisme di jalanan, tidak bentrok dengan warga bahkan mengundang simpati warga, juga tak sampai bentrok dengan aparat Kepolisian maupun TNI. Mereka dengan sadar diri membentengi demonya agar tak ditunggangi perusuh dan mencegah agar provokator tak bisa menyusup ke barisan mereka. Meski dengan cara sederhana – hanya memagari diri dengan berpegangan pada tali rafia – terbukti mahasiswa 1998 bisa sampai di Senayan dengan damai.

Kini, mahasiswa telah menyediakan dirinya menjadi alat tunggangan kepentingan politik dari kelompok atau parpol tertentu yang memang menginginkan kondisi chaos, kerusuhan meluas di semua daerah. Entahlah kenapa mahasswa sekarang bisa kehilangan akal sehatnya dan bertindak tanpa pikir panjang. Asal tujuan cepat tercapai, cara apa saja dilakukan, meski kerugian yang ditimbulkan bisa jadi lebih besar ongkosnya dari pada yang diperjuangkan.

Polisi berjaga dari pagi sampai malam, belum tentu mereka sempat makan. Sedangkan mahasiswa sudah disediakan nasi bungkus. Artinya, pasti ada yang mengkoordinir demo-demo ini. Sebab tak mungkin tersedia makanan di lokasi demo untuk ribuan orang, jika tak ada yang memasok. Bukankah para pedagang saja takut berjualan di lokasi demo? Jadi, jangan salahkan punlik jika demo mahasiswa kali ini justru mengundang cibiran dan antipati dari rakyat yang katanya sedang mereka perjuangkan. Sayang sekali, intelekrualitas bisa dengan mudah disusupi provokasi bermuatan kepentingan politik dan agenda terselubung untuk pencitraan 2014.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun