Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Angie, Politik Belas Kasihan dan Tawaran Menarik dari KPK

1 Mei 2012   05:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178439" align="aligncenter" width="640" caption="(sumber : hariansumutpos.com)"][/caption]

Pasca ditetapkannya vonis bagi Nazaruddin oleh pengadilan Tipikor, kasus suap Wisma Atlit dan ikutannya, memasuki babak baru. Saya sebut “ikutannya” sebab kasus suap Wisma Atlit ini dalam perkembangan di penyidikan dan persidangan ternyata menyeret sejumlah nama yang dikait-kaitkan tidak saja dengan kasus suap Wisma Atlit, tapi juga kasus suap pembangunan komplek sport center di Hambalang dan proyek-proyek di sejumlah perguruan tinggi di Kemendiknas. Hampir semua proyek tersebut melibatkan perusahaan-perusahaan dari Grup Permai. Sebuah tayangan khusus yang membahas kongkalikong anggaran dan pemenangan proyek di berbagai instansi Pemerintah, mengulas betapa berjayanya Grup Permai sehingga hampir selalu memenangkan proyek-proyek besar di berbagai Kementrian.

Dan ikutan dari kasus Nazar adalah Angelina Sondakh, mantan Wakil Sekjen Partai Demokrat. Angelina Sondakh, mulai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka meski bukan untuk kasus Wisma Atlit, justru titik beratnya untuk kasus proyek-proyek di Kemendiknas. Akhirnya, KPK memenuhi janjinya untuk segera menahan Angie yang sudah hampir 3 bulan ditetapkan sebagai tersangka. Ini kembali menaikkan tingkat kepercayaan publik terhadap KPK. Hampir semua kicauan di twitter yang masuk pada sebuah stasiun TV, 100% memberikan apresiasi positif atas penahanan Angie. Begitupun wawancara langsung dengan masyarakat umum dan mahasiswa di berbagai kota. Setidaknya, penahanan Angie ini sedikit mengobati rasa ketidakadilan yang lama dirasakan publik.

Seperti juga runtutan kisah Angie sebelumnya, kali ini pun ketika sudah menjadi tersangka dan ditahan, Angie tetap menarik untuk dicermati beritanya.

POLITIK BELAS KASIHAN ALA ANGIE

Baru 2 hari menghuni rutan KPK, Angie sudah mulai ketularan kebiasaan para koruptor lainnya ketika harus masuk tahanan. Angie sakit. Menurut pengacaranya sakit sinusitis yang sudah diderita Angie sejak kecil dan sampai saat ini belum dioperasi. Ini sangat mengherankan sebenarnya. Publik tahu Angie anak dari keluarga sangat berada dan berpendidikan tinggi, yang tentunya peduli akan kesehatan. Profesor Lucky Sondakh pernah tinggal di Australia, dimana Angie lahir dan melewatkan masa kecilnya sampai usia 12 tahun. Jadi mustahil rasanya kalau Angie sakit sinusitis sejak kecil dan tak diobati sampai tuntas.

Sinusitis bukanlah penyakit berat. Beberapa teman saya pernah menderita sinusitis dan umumnya mereka tak perlu berlama-lama mengoperasi sinusnya. Keponakan saya yang baru SMA, saat mudik selama libur lebaran kemarin menderita pilek parah sampai mampet. Setiba di Bekasi, dibawa ke dokter, ternyata ketahuan dia menderita sinusitis. Seminggu kemudian, setelah ada hasil lab, keponakan saya langsung dioperasi. Hanya operasi kecil, dia boleh pulang di hari ke-3 dia tinggal di RS dan total hanya seminggu tak masuk sekolah. Keputusan operasi segera diambil karena orang tuanya tak ingin keponakan saya terganggu aktivtas belajar dan tidurnya jika penyakit dibiarkan.

[caption id="attachment_178440" align="aligncenter" width="246" caption="Salah satu keistimewaan yang diberikan KPK adalah bebas dijenguk anak-anak dan keluarga kapan saja (sumber : tabloidnova.com)"]

1335850477319124280
1335850477319124280
[/caption]

Jadi sungguh tak masuk akal jika Angie, putri Indonesia 11 tahun lalu, terus memelihara penyakitnya sampai jadi politisi 2 periode di DPR RI. Masa iya putri Indonesia rela aktivitasnya diganggu hidung mampet? Anehnya, ketika penyakit itu “kumat” saat Angie sudah jadi penghuni rutan KPK, ia meminta didatangkan dokter pribadi yang katanya dokter ahli THT. Kalau sejak dulu sudah punya dokter pribadi yang ahli, kenapa tak kunjung teratasi penyakitnya?

Lain penyakit, lain pula alasan tak bisa pisah dengan anak. Atas alasan inilah pengacaranya mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Padahl, kalau dibandingkan dengan tersangka kasus korupsi di Banggar, Wa Ode Nurhayati, Angie sudah mendapat begitu banyak keistimewaan dibanding Wa Ode. WON juga punya anak yang masih berusia 5-6 tahunan, bahkan kabarnya anak WON sedang sakit ketika ibunya ditetapkan jadi tahanan KPK. WON pun tak diijinkan menjenguk apalagi merawat putri kecilnya yang sedang sakit. Kemarin saya membaca headline sebuah media cetak, KPK memberikan kebebasan pada keluarga Angie untuk menjenguk Angie kapan saja, tanpa harus mengikuti jadwal berkunjung. Bukankah ini sudah keistimewaan yang luar biasa?

Jika dibandingkan dengan proses penahanan Wa Ode, saat itu WON yang belum pernah diperiksa sebagai saksi, tiba-tiba ditetapkan sebagai tersangka dan pada pemeriksaan berikutnya langsung di tahan. Jadi sangat berlebihan jika pengacara Angie mempersoalkan kenapa Angie yang baru diperiksa 1x saja sebagai tersangka, langsung ditetapkan ditahan. Sebab proses pemeriksaan Angie sebagai saksi sudah dimulai sejak 15 September 2011 dan dia ditetapkan sebagai tersangka sejak 3 Pebruari 2011, namun tetap mendapatkan kebebasan penuh selama hampir 3 bulan berikutnya. Justru tak adil jika Angie masih menginginkan lebih dari apa yang sudah diterimanya.

[caption id="attachment_178443" align="aligncenter" width="565" caption="Kamar tahanan Angie di rutan KPK, lebih manusiawi ketimbang di rutan Pondok Bambu (sumber : www.tribunnews.com)"]

1335850568573053743
1335850568573053743
[/caption]

Pun juga soal rutan. Rutan KPK memang masih baru dan beberapa waktu lalu sempat mengundang pro-kontra karena “kemewahan” fasilitas yang ada di rutan KPK. Memang rutan KPK relatif jauh lebih mewah ketimbang rutan Salemba atau rutan Pondok Bambu. Dengan pertimbangan : ketimbang para koruptor yang ditahan tidak betah dan menyuap sipir, mending ruang tahanannya dibuat sedikit lebih baik agar mereka tak lagi macam-macam. Anehnya, Angie justru minta dipindahkan ke rutan Pondok Bambu. Ada apa gerangan?

Rutan KPK memang lebih mewah dan lengkap fasilitasnya, tapi pengamanan 24 jam di situ juga lebih ketat dan diawasi kamera CCTV yang ada di kamar tahanan. Sedang rutan Pondok Bambu meski fasilitasnya minim, tapi mudah disulap menjadi hotel berbintang lima seperti sel Ayin dkk. Sipirnya juga mungkin lebih mudah “diatur” agar tersangka bebas keluar masuk tahanan dan bebas menerima tamu siapa saja dan kapan saja, tanpa terekam CCTV. Inilah yang bikin tahanan tipikor lebih betah. Sebab dengan uang yang lebih banyak ketimbang tersangka krminal biasa, mereka bisa membeli kebebasan dan mengatur apa saja sesuai kehendaknya.

Kini, politik yang masih terus dimainkan Angie adalah politik belas kasihan. Media TV pun secara tak langsung ikut mengekspose kehadiran anak-anak Angie yang diliputi keharuan. Padahal, Angie sebenarnya jauh lebih beruntung – karena ia bisa menuai simpati pemirsa melalui liputan infotaiment atas tayangan audio visual semacam ini – ketimbang tersangka lain yang bukan selebritis. Sebenarnya kalau mau adil, media pun harus meliput suasana mengharukan saat tersangka lain dijenguk anak dan keluarganya di tahanan.

Dengan pemberitaan dan tayangan yang terus menerus, bukan tak mungkin lama-lama opini publik tergiring untuk mendorong KPK memberikan penangguhan penahanan kepada Angie dengan alasan kasihan dengan anak-anaknya.

[caption id="attachment_178444" align="aligncenter" width="565" caption="Ruang penjagaan di dekat sel Angie, wajar jika lebih memilih tinggal di rutan Pondok Bambu (sumber : www.tribunnesw.com)"]

1335850645153778688
1335850645153778688
[/caption]

TAWARAN “KERJASAMA” DARI KPK

Kini, KPK memberikan tawaran menarik : jika Angie mau menjadi whistle blower atau justice collaborator dengan memberikan kesaksian yang bisa menyeret pelaku lainnya, KPK akan memberikan keringanan hukuman. Masalahnya, maukah Angie menerima tawaran menarik KPK? Beranikah Angie membelot dari rekan-rekan separtainya? Sejak ditetapkan sebagai tersangka 3 Pebruari, Angie banyak menulis di twitter bahwa dirinya tak mau dikorbankan, bahwa ia akan membuka semuanya. Tapi publik semua sudah tahu, bagaimana Angie justru “pasang badan” dalam kesaksiannya tanggal 15 Pebruari lalu, yang oleh banyak pihak diyakini berbohong.

Saya masih ingat saat Angie bersaksi untuk kedua kalinya dalam persidangan Nazaruddin – yang seharusnya mengagendakan konfrontir Angie vs Rosa – Angie sempat bertanya pada ibu hakim, apakah kesaksiannya dalam persidangan itu akan menjadi pertimbangan bagi dirinya saat menjadi terdakwa. Pertanyaan itu dijawab ibu hakim dengan kata “Iya”. Jadi, tak mudah bagi Angie untuk begitu saja berbalik arah, sebab kesaksiannya yang dulu dijadikan pertimbangan. Dengan kata lain, jika dulu ia memberikan kesaksian dusta dan kemudian mencabutnya, uruannya tentu bakal panjang. Sebab saat itu Angie memberikan kesaksian di bawah sumpah dan sudah diperingatkan oleh hakim untuk tidak berbohong.

Jika melihat bagaimana argumen pengacaranya ketika didesak media TV apakah Angie akan mengungkap bukti-bukti baru, tampaknya terlalu dini kita berharap Angie akan bekerja sama mengungkap lebih jauh kongkalikong di seputar kasus Wisma Atlit. Pengacaranya justru lebih fokus bagaimana meringankan Angie selama proses pemeriksaan, tak ubahnya seperti pengacara koruptor lainnya. Bukan mendorong Angie agar menjadi justice collaborator. Jadi, tampaknya menyeret Ketua Besar dan Boss Besar memang harus menunggu usai Pilpres 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun