[caption id="attachment_310578" align="aligncenter" width="518" caption="foto : id-id.facebook.com"][/caption]
Sekali lagi program acara Mata Najwa menyuguhkan tayangan yang memikat pemirsa lewat episode “Habibie Hari Ini”. Selama acara berlangsung sampai usai acara, saya sempat membuka beranda facebook lewat ponsel, ada banyak teman yang menuliskan status soal Habibie di acara tersebut. Terlebih yang mengutippernyataan Habibie jelang akhir acara, terkait calon presiden.
Saya sempat merasa tak sampai hati ketika Najwa memulai acara dengan memutar kembali video saat Habibie membacakan pidato pertanggungjawabannya yang dihujani interupsi anggota DPR/MPR dan saat-saat perhitungan suara untuk menentukan apakah pidato pertanggungjawaban itu akan diterima atau ditolak. Habibie membenarkan pernyataan Najwa bahwa dirinya dan keluarga – ditemani ibu Ainun, Ilham dan Thariq serta istri mereka – menyaksikan penolakan pertanggung jawabannya dari TV. Setelah ditolak, ia memberitahu istrinya bahwa ia tak akan lagi mencalonkan diri jadi Presiden. Ibu Ainun lalu meminta Pak Habibie memimpin keluarga untuksholat berjamaah.
Najwa juga memutar ulang pidato Pak Harto 2 hari sebelum pengunduran dirinya, dimana saat itu Pak Harto terlihat masih enggan mundur karena menganggap mundurnya dirinya tak akan menyelesaikan masalah dan terkesan Pak Harto ragu kemampuan Habibie. Terkait soal itu Habibie menjelaskan : ia mendatangi Pak Harto, bertanya langsung kenapa Pak Harto berkata seperti itu. Bukankah Pak Harto memilihnya menjadi wakil yang mengharuskan Habibie bersumpah bahwa ia akan menjalankan segala tugas dan kewajiban apalagi terjadi sesuatu dengan Presiden? Kalau Pak Harto tak percaya kemampuannya, “kenapa Bapak pilih saya?!” tantang Habibie.
Tampaknya Pak Harto sebenarnya menginginkan Habibie mundur bersama Pak Harto, kenapa Habibie tak melakukannya, pancing Najwa. Habibie menjawab bahwa itu tak mungkin dilakukannya karena konstitusi tak menghendaki demikian. Justru seorang Wapres harus mengambil alih tanggung jawab jika Presiden mundur.
[caption id="attachment_310581" align="aligncenter" width="363" caption="foto : facebook.com"]
Najwa juga menanyakan hubungan Habibie dan Soeharto yang tampaknya ada ganjalan, hingga akhir hayat Pak Harto belum bertemu dengan Habibie. Ternyata, kata Habibie, beberapa hari setelah ia dilantik jadi Presiden pada 21 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun pada 8 Juni (Habibie sempat salah sebut tanggal 20 Mei dilantik dan ultah Pak Harto tanggal 8 atau 9 Juni), dirinya meminta Menhankam Pangab Wiranto untuk menghubungkannya melalui telepon dengan Pak Harto. Habibie minta bertemu dengan Pak Harto, karena ada banyak hal yang ingin dia tanyakan. Seperti halnya pejabat yang resmi “timbang terima”, Habibie merasa belum ada timbang terima antara Pak Harto dan dirinya, sehingga ia tak bisa mempelajari apa saja permasalahan yang harus diselesaikannya. Tapi Pak Harto menolak, “Kalau saya dan kamu ketemu akan merugikan kita semua”, jawab Pak Harto. Tidak baik untuk “kita” maksudnya bagi seluruh bangsa ini, sebab pasti akan ada pihak-pihak yang mengadu domba. “Kamu selesaikan saja permasalahanmu sendiri”, pesan Pak Harto. “Ketahuilah Habibie, setiap kali saya sholat 5 waktu, saya berdoa untukmu agar kamu selamat menjalankan tugasmu”, kata Pak Harto yang membuat Habibie menangis.
Mendengar kabar Pak Harto sakit keras, Habibie dan Bu Ainun terbang langsung dari Munchen untuk menjenguknya, namun setiba di RS ditolak untuk bertemu. Kondisi Pak Harto sudah tak bisa bicara, sudah tak sadar. Habibie hanya sempat bertemu Pak Quraish Shihab. Saat itu Habibie sempat berkata pada Pak Quraish : “Saya terbang bermil-mil jauhnya hanya untuk bertemu Pak Harto. Sekarang Pak Harto ada di balik tembok ini, beberapa meter saja dari saya. Kalau saya tak bisa bertemu, baiklah kita doakan saja beliau”. Lalu mereka pun berdoa untuk Pak Harto. Habibie yakin seandainya Pak Harto masih sadar dan bisa bicara, beliau pasti mau menerima dirinya. Dalam persepsi Pak habibie – penolakan Habibie untuk membezuk Pak Harto dilakukan oleh keluarga Pak Harto.
Tamu istimewa yang dihadirkan Najwa ke acaranya adalah mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Anwar Ibrahim, karena dianggap memiliki “nasib” sama dengan Habibie : anak emas penguasa yang kemudian terbuang. Najwa menyinggung tulisan opini mantan Menteri Penerangan Malaysia yang menyebut Habibie pengkhianat bangsa. Anwar mengatakan, orang Malaysia ada yang pendidikannya tinggi ada yang..., belum selesai pernyataannya sudah disambut tawa riuh tetamu yang hadir disana. Najwa pun mengomentari, seorang mantan Menteri, kurang tinggi apa pendidikannya. Datuk Anwar pun menambahkan : tak semua menteri pantas jadi menteri. Lagi-lagi pernyataannya disambut gelak tawa hadirin, bahkan Najwa mengiyakan, “sama dengan di Indonesia”, katanya, yang juga diiyakan dengan tawa dan tepuk tangan hadirin.
[caption id="attachment_310582" align="aligncenter" width="374" caption="Budiman juga hadir di acara Mata Najwa (foto : frequency.com)"]
Salah satu kekaguman Anwar Ibrahim pada Habibie yang dituangkannya dalam sebuah buku adalah soal langkah Habibie membebaskan para tahanan politik dengan memberikan amnesti. Saat itu Najwa menghadirkan Budiman Sujatmiko, mantan tapol Orba yang kemudian dibebaskan. Budiman sedikit bercerita, dulu di masa awal reformasi, Habibie segera membebaskan para tapol dengan memberikan amnesti, namun khusus dirinya dan beberapa ‘elite’ PRD, tidak dibebaskan. Menteri Hukum Muladi saat itu menawarkan pada Budiman untuk mendapatkan pembebasan dengan jalan grasi dari Presiden. Budiman saat itu menolak, tapi ia tidak berburuk sangka pada Habibie, karena ia tahu saran itu berasal dari orang di sekitar Habibie, terang Budiman. Namun Habibie menolak keputusannya karena pembisik.
Soal lepasnya Timor Timur dari Indonesia pasca jajak pendapat, Najwa bertanya benarkah Habibie marah pada Koffi Annan, Sekjen PBB waktu itu. Habibie membenarkan, sebab Koffi Annan melanggar kesepakatan untuk tidak mengumumkan hasil jajak pendapat lebih dulu sebelum berkoordinasi dengan Habibie. Menurutnya, siapapun yang memenangi jajak pendapat pasti akan ribut, karena itu Habibie akan menarik semua pasukan dan menggantinya, sehingga ia butuh waktu 24 jam untuk mempersiapkan segalanya, baru kemudian hasil jajak pendapat diumumkan. Ternyata Koffi Annan menelepon Habibie sesaat sebelum dirinya mengadakan konpers, sehingga Habibie tak punya persiapan apapun. Padahal, saat itu ia sudah menyiapkan 2 pidato sambutan. Polos sekali Habibie mengungkap soal ini. Ahmad Watik Pratiknya yang juga hadir di ruangan itu, mengaku dirinya diminta Habibie untuk membuat 2 konsep pidato. Pidato sambutan jika yang menang kelompok pro integrasi maupun kalau pemenangnya kelompok anti integrasi. Ini menunjukkan Pak Habibie benar-benar tak bisa menduga siapa pemenangnya.
Mengenai pemilihan presiden, Habibie sangat setuju adanya presiden independen, presiden yang tak diusung partai politik. Siapapun yang memenuhi syarat silakan mencalonkan diri. Namun syarat itu penting dan harus ada, DPR dan DPD harus duduk bersama dan menetapkan.merumuskan syarat calon Presiden RI. Benar sekali pemikiran Pak Habibie, sebab tanpa adanya syarat, semua orang yang “merasa bisa” akan nekad mencalonkan diri jadi Presiden.
[caption id="attachment_310583" align="aligncenter" width="374" caption="Salah satu ekspresi khas Habibie di Mata Najwa (foto : frequency.com)"]
Dukungan parpol bagi seorang Presiden menurut Habibie tidak mutlak perlu. Ia mencontohkan dirinya dulu yang keluar dari Golkar. “Golkar saya jadikan partai, lalu saya melepas semua jabatan di Golkar, termasuk di Dewan Pembina”, kata Habibie. Saat menjadi Presiden, Habibie juga tegas mengharuskan semua yang di kabinet tidak boleh jadi pengurus parpol. Karena itu Akbar Tanjung mundur dari Mensesneg karena terpilih jadi Ketum Partai Golkar. Akbar Tanjung yang hadir disitu mengatakan awalnya dia marah, karena Habibie melarang semua PNS jadi pengurus parpol. “Pak, pengurus Golkar itu 80% PNS. Kalau PNS tak boleh jadi pengurus, siapa yang akan jadi pengurus?”, protes Akbar kepada Habibie. “Ya sana kamu cari sendiri”, jawab Habibie.
Ternyata, etika politik di masa kepemimpinan Habibie yang dianggap masa transisi, justru lebih jelas dan akuntable. Najwa pun membandingkan dengan sekarang, dimana seorang Presiden justru memilih jadi Ketum parpol, sehingga para Menteri pun sibuk dengan parpolnya masing-masing. Akbar Tanjung menjawab dengan senyum : “Semua itu tergantung Presidennya. Kalau Presidennya Pak Habibie, ya gak akan terjadi seperti itu”. Jawaban Akbar disambut tawa riuh penonton di studio.
Soal figur Presiden Habibie tegas mengatakan : “Bangsa ini tidak boleh dipimpin oleh selebritis, harus dipimpin oleh problem solver!” Pernyataan yang sontak diamini dengan tepuk tangan yang hadir. Sebenarnya saya sudah membaca di media onlen sehari sebelumnya soal kriteria Habibie tentang capres yang tidak boleh dari kalangan selebritis. Sebab hanya akan memikirkan pencitraan saja. Soal usia capres, Habibie menekankan sebaiknya antara 40 – 60 tahun. Oya, ada yang menarik, ketika Najwa menunjukkan foto Rhoma Irama dan menanyakan apakah ini termasuk selebriti, Habibie menjawab dengan lucu “Saya gak kenal. Saya gak tahu dia main apa”, yang kontan disambut tawa penonton. “Kayaknya hanya Pak Habibie yang gak kenal Rhoma Irama”, kata Najwa.
[caption id="attachment_310584" align="aligncenter" width="296" caption="Foto kesetiaan Habibie menemani Ainun hingga akhir hayat (foto : nasional.news.viva.co.id)"]
Jelang akhir acara, Najwa menanyakan pada Anies Baswedan, apa yang dipelajarinya serta kesan yang didapatnya dari BJ. Habibie. Anies menyebutkan, dalam masa pemerintahannya yang sangat singkat, hanya 500 sekian hari, Habibie telah menerbitkan tak kurang dari 50-an peraturan. Suatu kinerja yang luar biasa produktif di tengah situasi dan kondisi yang tidak mendukung dan penuh cercaan serta cibiran dan bayang-bayang keraguan atas kemampuan Habibie dalam urusan politik. Ada banyak fakta yang dipaparkan Anies, namun yang berkesan adalah sikap kenegarawanan Habibie pasca dirinya tak lagi jadi Presiden. Habibie mampu menunjukkan dirinya “I am a senior citizen” yang patut dihormati, ia tak pernah ikut campur terlalu jauh dalam urusan politik praktis negeri ini. Habibie tak merecoki, tidak merepotkan penerusnya. Dirinya siap membantu, siap memberikan saran, namun tidak mau membikin repot.
Saat ini Habibie sudah berumur 77 tahun dan masih sehat. Selain wawancara dengan Najwa, disajikan pula informasi dalam tayangan tertulis. Misalnya ditanya apa rahasia awet mudanya, Habibie menjawab “puasa Senin Kamis”. Kalau soal puasa sunnah Senin – Kamis ini, saya yang kebetulan pernah bekerja di BUMN yang dipimpin Pak Habibie, tahu betul kalau kebiasaan itu sudah dijalaninya puluhan tahun, setidaknya 20 tahun lalu ketika saya bekerja disana, saya tahu kalau Pak Habibie datang dan memimpin rapat di hari Senin atau Kamis, maka tak ada makan siang baginya.
Sepeninggal Ibu Ainun, Pak Habibie punya kebiasaan tidur ditemani syal putih milik Ibu Ainun dan mukenah yang terkahir kali dipakai Ibu Ainun. Sampai sekarang Pak Habibie masih sering mengunjungi makam Bu Ainun. Kesetiannya cintanya pada Ibu Ainun memang fenomenal, disaat pejabat lain banyak yang diam-diam menyeleweng atau menikah lagi. Habibie memang segelintir sosok negarawan yang makin langka di negeri ini. Legowo menerima kekalahan dan mudah melupakan semua sakit hati. Kejeniusannya terutama di bidang pesawat terbang, sulit ditandingi. Dialah pemegang 57 hak patent pesawat yang belum ada duanya di dunia. Teknokrat dan ilmuwan langka yang dimiliki Indonesia, mau kembali pulang ke tanah air, “terjerumus” ke dunia politik karena keadaan, dicerca dan diremehkan, tapi mampu mengakhirinya dengan selamat dan tak merecoki penerusnya. We proud of you, Pak Habibie!
[caption id="attachment_310585" align="aligncenter" width="318" caption="foto : ambar9310.blogspot.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H