Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apresiasi ala Saya Gaya Pak Tino Sidin (WPC-13)

20 Juli 2012   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau anda saat ini berusia sekitar 35 tahunan ke atas, mungkin kenal dengan Pak Tino Sidin. Sosok pria (saat itu) usia 40-an tahun berkumis – meski tak setebal Bang Foke – dengan kacamata tebal dan topi pet yang dipasang miring, selalu muncul di layar kaca kotak sabun – televisi jaman dulu – yang hanya ada satu saluran saja : TVRI. Kemunculannya memang hanya seminggu sekali, tiap Minggu jam 5 sore, tapi selalu dinantikan oleh sebagian besar anak-anak Indonesia. Bahkan dulu kalau kami malas mandi dan susah disuruh bergegas, kalau Minggu sore cukup diiming-imingi nonton Pak Tino Sidin, urusan mandi langsung dipatuhi.

Pak Tino Sidin seorang guru melukis untuk anak-anak, yang mengajarkan melukis dengan cara sederhana : cukup menggabungkan garis lurus dan garis lengkung. Uniknya, tiap minggu selalu saja ada ide baru cara menggambar obyek tertentu yang diperkenalkan Pak Tino Sidin. Biasanya, setelah mengajarkan “teori”baru, Pak Tino akan menunjukkan gambar-gambar hasil karya anak-anak yang sudah mengirim gambar ke TVRI. Seperti apapun gambar anak-anak itu, kata-kata yang keluar dari mulut Pak Tino Sidin nyaris tak berbeda : “ini bagus” atau “bagus sekali”. Kalaupun ada tambahan, paling-paling “garis-garis lengkungnya sudah bagus”. Mungkin karena cara Pak Tino yang selalu mengapresiasi lukisan karya anak-anak, makanya anak-anak dari seluruh Indonesia tak pernha ragu mengirim karya mereka, meski jauh dari bagus. Termasuk saya dulu pernah kirim gambar.

--------------------------------------------------------

Trus, apa hubungannya Pak Tino Sidin dengabn wepece? Tidak ada! Lho kok?!

Kalo berpaling ke belakang sejarah saya ikut setiap event WPC yang digelar Kampretos, sebenarnya berawal dari ketidak sengajaan. Saat makan siang bersama Mira – pemilik akun Mamanya Aqila – dia cerita soal WPC. Saat itu sudah WPC-2 themanya B/W. Kebetulan saya ingat pernah membuat beberapa foto dalam format hitam putih. Langsung saja malam harinya saya posting tulisan dan diatutkan ke tulisan Kampretos. Besoknya, saya kembali memposting tulisan untuk WPC. Niatnya memang untuk seru-seruan saja, saya mafhum foto jepretan saya jauh dari bagus.

Begitulah seterusnya, dari satu WPC ke WPC berikutnya, saya selalu ikut memposting tulisan. Seringkali tulisan yang saya sertakan untuk WPC lebih dari 1 postingan. Tapi jujur saja, saya sering minder dan lebih didorong modal nekad saat memposting tulisan berfoto hasil jepretan saya. Bahkan sering pula maju – mundur, hampir saya batalkan. Biasanya setelah melihat postingan peserta lainnya yang gambarnya ciamik abis! Tapi syukurlah, 12 episode WPC, saya berhasil mengalahkan rasa minder dan kenekadan yang menang.

Justru belakangan, tiap Sabtu pagi saya sudah ketagihan tanya apa thema WPC minggu ini. Tapi khusus WPC-13, saya kaget. Betapa tidak, themanya “Apresiasi”. Nah lho! Celaka 13 buat saya! Gimana mau mengapresiasi dengan baik jepretan Kampretos lainnya, kalo saya tak punya ilmu dan wawasan fotografi yang memadai? Modal saya memotret hanya “aspret PDNA” alias “Asal Jepret Percaya Diri ‘n Narsis Abis”. Trus, apa yang mau dikomentari?!

Bukan berarti saya tak mengagumi karya Kampretos, justru saya selalu kagum, tapi cuma bisa bilang : “Wow, kereeen!” atau “Ciamik abiiis!” kadang “Ruaaaarrr biasa!” sering pula “Bagus bangeeet!” Pokoknya sejenis dengan komentar ala Pak Tino Sidin itulah! Lebih dari itu? Gak bisa....

Itu sebabnya sejak thema WPC-13 dirilis, saya sudah putuskan tak akan ikut, tahu diri lah. Tapi..., kok rasanya gimanaaa...gitu? Selama ini saya ikut memejengkan karya saya yang jauh dari bagus, mosok giliran disuruh mengapresiasi kok gak mau. Okelah kalo begitu, saya akan kembali nekad. Bermodal apresiasi ala Pak Tino Sidin, saya beranikan diri ikut WPC-13. Mohon maaf kalau cara apresiasi ala saya ini jauh dari yang diharapkan.

[caption id="attachment_195252" align="aligncenter" width="448" caption="foto karya Baskoro Endrawan (thema : Garis)"]

13427714761431353244
13427714761431353244
[/caption]

WPC-3 : GARIS, FOTO PUNYA BASKORO ENDRAWAN

Banyak foto-foto Mas Baskoro yang saya kagumi. Tapi tentu tak semuanya bisa saya tampilkan di sini. Saya mulai dari awal mula Mas Baskoro ikut event WPC, yaitu saat themanya memotret obyek Garis. Lihatlah fotonya ini, “laur biasa” menurut saya. Pokoknya bagus deh! Seakan fotonya hitam putih, tapi ada goresan warna di situ. Palang pintu perlintasan kereta api, sebuah rumah penjaga perlintasan dilatar belakangi putihnya awan. Membuat saya serasa berada di dusun yang damai meski di samping perlintasan kereta.

[caption id="attachment_195254" align="aligncenter" width="427" caption="Foto karya : Aryani Leksonowati (thema : Night Photography)"]

1342771544744443743
1342771544744443743
[/caption]

WPC-4 : NIGHT PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA ARYANI YANI

Aryani Leksonowati, setiap kali dara manis ini up load foto, saya selalu berdecak kagum. Foto-fotonya secantik orangnya. Mbak Yani yang sering melakukan perjalanan membuatnya kaya koleksi foto. Kali ini yang saya apresiasi fotonya yang memotret masjid-masjid di Nusantara saat malam hari. Kenapa? Karena foto-foto Mbak Yani ini menginspirasi saya bahwa foto malam tak selalu harus dilakukan malam hari, tapi bisa juga saat usai subuh. But more off all..., karya fotonya memang layak diacungi jempol.

[caption id="attachment_195256" align="aligncenter" width="420" caption="Foto karya : Dhave Dhanang (thema : Food Photography)"]

13427717142074856072
13427717142074856072
[/caption]

WPC-5 : FOOD PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA DHAVE DHANANG

Om Dhave Dhanang selalu tampildengan tulisan-tulisan yang bermanfaat dan ulasannya ilmiah. Saya yakin karena beliau memang punya basic pengetahuan yang mumpuni. Saat thema WPC Food Photography, semua beramai-ramai memposting makanan kesukaannya. Tapi Om Dhave Dhanang malah memposting bahan mentah. Tapi...., hasilnya bagus. Lihatlah minyak goreng dalam gelas iniu dan entah itu biji apa saya kurang tahu. Tapi melihat minyaknya saja saya jadi pengen menggoreng, hahaha.... Itu minyak tampaknya sehat dan bening.

[caption id="attachment_195258" align="aligncenter" width="480" caption="Foto karya : Pak Tri (thema : Landscape)"]

1342771802792514665
1342771802792514665
[/caption]

WPC-6 : LANDSCAPE PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA PAK TRI LOKON

Ini thema WPC yang menurut saya paling banyak menampilkan foto-foto yang luar biasa. Saya bingung juga mau menilai yang mana, semuanya mengagumkan! Tapi diantara sekian banyak yang bagus, foto Pak Tri ini yang paling mengesankan buat saya. Awan-awannya itu lho..., juga semburat warna jingga di garis horizonnya.

[caption id="attachment_195259" align="aligncenter" width="461" caption="Foto karya : Nanang Diyanto Ds (thema : Macro)"]

13427718601771441082
13427718601771441082
[/caption]

WPC-7 : MACRO PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA NANANG DIYANTO Ds

Saat peserta lainnya sibuk berburu kembang dan serangga untuk jadi obyek foto makro,Mas Nanang malah memilih menjepret ritsleting. Mungkin karena benda ini cukup akrab dengannya, hahahaa...  Setidaknya, kita bisa “menerawang” perawakannya, dari ukuran celan jeans-nya yang nomor 32. Maklum, Mas Nanang ini jago “penerawangan”.

[caption id="attachment_195260" align="aligncenter" width="461" caption="Foto karya : Si Eka (thema : Minimalist)"]

13427719431274205392
13427719431274205392
[/caption]

WPC-8 : MINIMALIST PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA SI EKA

Cowok nyentrik ini pertama kali ikut event WPC ya di thema ini. Tapi meski baru pertama kali ikut, Si Eka langsung jadi pemenang. Wajar, foto Si Eka ini unik, ia memotret tubuhnya sendiri saat terkena bayangan sinar mentari senja. Unik, menarik, lucu dan yang pasti inspiratif!

[caption id="attachment_195262" align="aligncenter" width="448" caption="Foto karya Bowo Bagus (thema : Portrait)"]

1342772009874569871
1342772009874569871
[/caption]

WPC-11 : PORTRAIT PHOTOGRAPHY, FOTO PUNYA BOWO BAGUS

Memotret wajah, keliatannya gampang. Hampir tiap hari kita memotret entah diri sendiri, teman, kerabat, keluarga. Tapi menurut saya itu masuk kategori foto narsis, hahaha... Karenanya, sedikit yang bisa memenuhi kriteria foto portrait. Foto Mas Bowo Bagus yang memotret putranya, si Ikel ini mampu menangkap emosinya. Pokoknya simple tapi bagus deh!

Nah lho, tak terasa sudah 7 karya yang saya apresiasi, sudah lebih dari yang disyaratkan 5 foto saja. Tapi saya masih ingin mengapresiasi foto karya Kampretos yang tak diikutkan dalam event WPC tapi ada dalam album K di facebook grup Kampret. Ini 2 foto itu :

[caption id="attachment_195263" align="aligncenter" width="430" caption="Foto karya Arif Subagor (diambil dari Album K)"]

13427720691804916349
13427720691804916349
[/caption]

Yang ini foto bahan-bahan dapur punya Mas Arif Subagor. Mas yang satu ini kalau motret bahan dapur selalu bagus. Lihatlah cabe merahnya, begitu menggoda, rasanya saya pengen buru-buru mengolah gambar ini jadi sop dengan sambal yang pedas! Kalau pinjam ilmu penerawangannya Ki Gendeng Nanang Diyanto, saya yakin Mas Arif suka makan, makanya kalau memotret bahan makanan menjiwai banget, hahaha... Kebenarannya, silakan konfirmasi pada yang  bersangkutan.

[caption id="attachment_195264" align="aligncenter" width="424" caption="Foto karya Gilang Rahmawati (diambil dari Album K)"]

1342772147998636272
1342772147998636272
[/caption]

Yang terakhir ini gambar Mbak Gilang Rahmawati. Saya kagum dengan gambar ini yang menurut saya kreatif banget. Hanya selembar kertas post it, dicoret-coret, lalu ditata dengan benda-benda sekitarnya, jadilah foto yang unik dan lucu. Dari fotonya, saya tebak Mbak Ge-eR ini orangnya ceria dan easy going. Lho, kok saya jadi ketularan Mas Nanang ya, suka menerawang. Ah, sudahlah dicukupkan sampai sekian saja. Memang cuma ini yang saya bisa.

Sekedar ocehan tak berarti, meramaikan APRESIASI FOTO-nya Kampretos

Catatan : mohon jangan dibandingkan dengan apresiasi dari Kampretos yg "berilmu", saya minder.com

Mumpung bulan Ramadhan, maafkan kalau apresiasinya tak berkenan, jangan dimasukin hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun