[caption id="attachment_312095" align="aligncenter" width="624" caption="foto : kompas.com"][/caption]
Info dari BMG 2 jam lagi ada letusan susulan status AWAS II ,diperkirakan letusan sejauh 20 km dari pusat magma dan diperkirakan terjadi gempa 6 sampai 8 skalalighter. .Dan setelah ini lampu akan dipadamkan total untuk wilayah kediri . .Lahar dingin mengalir sampai Kademangan Blitar hati2 untuk daerah alirah lahar,hujan abu dan suara gelegar letusan sampe solo dan klaten,sedangkan daerah kota pare kediri ke utara di selimuti bau belerang yg menyengat.Tolong sebarkan kabar ini ke sanak keluarga anda.Info : http//www.BMKG.co
Itu bunyi pesan berantai melalui broadcast message BBM yang saya terima jelang jam 11 siang kemarin. Teman saya di Surabaya sudah menerimanya sejak sebelum jam 10 pagi, ia bertanya apakah saya juga menerima pesan serupa. Teman kantor saya, yang cuma punya ponsel jadul, ternyata juga menerimanya menjelang sholat Jum'at, dalam bentuk SMS. Rupanya pesan itu sudah beredar kemana-mana. Teknologi komunikasi yang didukung piranti ponsel pintar (smart phone) memudahkan pesan itu menyebar kemana-mana. Dengan mudah BBM, WhatsApp atau email di-copy paste dalam bentuk apapun. Padahal, pesan itu cukup dibaca sekali saja sudah tampak beberapa kejanggalan yang konyol, menunjukkan bahwa itu BUKAN pesan informatif yang bersumber dari lembaga resmi yang berkompeten. Mari kita simak kejanggalan dan kekonyolannya :
1."Info dari BMG" : saat ini tidak ada lembaga bernama BMG, yang ada BMKG, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dan BMKG adalah badan yang mengurusi soal klimatologi, biasanya terkait dengan prediksi cuaca, curah hujan, arah angin, prakiraan adanya angin topan, dsb.
2."2 jam lagi" : tak disebutkan 2 jam lagi sejak dari jam berapa, tanggal berapa. Inilah indikasi berita ini HOAX, sebab dengan tidak menyebutkan jam, pesan ini tetap bisa dikirim kapan saja. Kalau saja ditulis "2 jam lagi dari jam 06.00 WIB pada Jumat, 14 Februari 2014", niscaya selepas jam 8, pesan itu tak lagi 'laku' sebab kebenaran atau kebohongannya sudah bisa diketahui.
3."gempa 6 sampai 8 skalalighter" : ini yang paling konyol dan membuat saya ngakak. Betapa tidak, scala richter kok ditulis skalalighter. Mungkin penulisnya tak tahu apa itu "richter" dan "lighter". Umumnya hanya ditulis SR.
4."http//www.BMKG.co" : ini juga lucu, sebab alamat situsnya aneh. URL suatu situs umumnya semua tertulis dalam huruf kecil tanpa ada capslock. Lagipula, jika itu situs lembaga negara, maka pasti akan menggunakan “.go.id” (dot go dot id).
Pemilik smart-phone umumnya kan orang yang berpendidikan, kenapa bisa dengan mudah tertipu hanya karena ada klausa yang menganjurkan agar meneruskan pesan itu ke sanak keluarga? Kenapa pesan yang jelas menampilkan banyak kejanggalan yang kasat mata – selain kaidah penulisannya yang sangat kacau dari sisi tata bahasa, pemakaian huruf besar dan kecil, pemakaian tanda baca, semuanya bikin “sakit mata” – tak membuat orang menyadari bahwa itu pesan sesat? Begitu mudah dengan latah ikut menyebarkan seolah lebih cepat tersebar dan makin banyak menyebarkan makin berkontribusi membantu keluarga atau warga yang ada di sekitar.
Padahal, kalau pesan itu berisi informasi palsu yang menyesatkan, dampaknya justru hanya akan menimbulkan kepanikan saja. Di saat kondisi warga yang lokasinya tak jauh dari pusat bencana sedang dilanda kecemasan dan diliputi ketidakpastian, datangnya berita-berita bohong dan sesat itu tentu akan membuat situasi semakin kacau dan bisa saja membuat mereka bertndak sendiri, tak menghiraukan himbauan resmi dari petugas yang berwenang.
Seketika menerima pesan itu, saya langsung ingin membantahnya dengan logika sendiri : pesan itu kacau dari segi penulisan dan pemakaian istilah serta nama situs. Tapi karena biasanya penyebar berita semacam ini juga sudah tidak logis lagi, maka bantahan itu haruslah valid. Saya pun buka Google, lalu ketikkan kalimat “info letusan susulan kelud”. Alhamdulillah, langsung ketemu 2 link berita, yang pertama dari Kompas.com berisi bantahan dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan yang kedua dari Tribunnews.com yang berisi sanggahan dari Humas Basarnas Kantor Semarang. Link-link berita itulah yang kemudian saya forward untuk membalas broadcast HOAX.
Sebenarnya penyebaran kabar hoax semacam ini bukan baru pertama kali, sepekan lalu juga beredar broadcast soal kemungkinan tsunami di Cilegon – Serang karena surutnya laut Karangantu. Kenapa selalu saja ada pihak tak bertanggungjawab yang iseng mempermainkan orang lain lewat joke yang sama sekali tak lucu, apalagi kalau disebar di saat sedang menghadapi musibah bencana alam. Apa untungnya, coba? Kalau tak bisa ikut membantu meringankan beban dan derita para korban bencana, setidaknya janganlah ikut memperkeruh suasana, jangan menambah kepanikan yang tak perlu, jangan menakut-nakuti orang yang sudah dicekam ketakutan.
Bagi para pemilik/pengguna smart phone, ponsel anda hanyalah alat, andalah operatornya. Mesin itu benda mati, dia bisa jadi pintar kalau yang mengoperasikan pintar. Tapi ia bisa jadi bodoh yang mengacaukan kalau penggunanya bodoh. Sebagai manusia yang dikaruniai akal pikiran, berpikirlah baik-baik sebelum ikut menyebarkan berita menyesatkan. Luangkan waktu sejenak untuk browsing dengan ponsel pintar anda, tanyakan dulu pada “mbah Google”. Kalau sudah mendapatkan informasi tambahan yang valid dan menguatkan kabar itu, baru boleh disebar. Tapi sekiranya tak ada berita lain yang mendukung, biarkan saja pesan sampah itu tinggal di ponsel anda atau hapus saja. Let’s be smarter than ur smart phone!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H