[caption id="attachment_323163" align="aligncenter" width="548" caption="screen shoot situs ISS World (dokpri)"][/caption]
Kemarin, Polda Metro Jaya melalui juru bicaranya, Kombes Rikwanto, menyampaikan bahwa dari hasil pemeriksaan darah, 13 petugas kebersihan karyawan PT. ISS positif terjangkit herpes. Ketiga belas orang tersebut adalah pekerja alih daya (outsourcing) PT. ISS yang dipekerjakan di Jakarta International School (JIS). Namun sampai saat ini belum ada indikasi tersangka baru untuk kasus pencabulan siswa TK JIS. Meski 13 orang sudah dinyatakan positif terkena herpes, namun belum tentu semuanya terlibat melakukan pencabulan, demikian kata Kombes Rikwanto.
Tentu saja hasil itu mengejutkan. Berapa sih total jumlah petugas kebersihan di JIS yang dipasok oleh PT. ISS? Kok bisa 13 orang diantaranya semua mengidap herpes? Apakah tak terdekteksi ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan pada saat rekrutmen? Kalau mengidap kelainan jiwa paedofilia, memang sulit dideteksi dengan tes psikologi biasa, karena itu bisa saja lolos. Tapi kalau mengidap herpes, bukankah bisa diketahui dari hasil tes darah? Kalau mereka dinyatakan sehat saat melamar kerja dan saat mulai masuk kerja, kapan mereka mulai terjangkit herpes? Apakah herpes itu mereka dapatkan setelah ditempatkan bekerja di JIS?
Pertanyaan lain yang juga cukup mendasar : apakah karyawan PT. ISS yang terkena herpes HANYA yang ditempatkan di JIS saja? Saya mencoba menelusuri situs PT. ISS, yang katanya perusahaan outsourcing internasional. Biasanya, perusahaan penyedia jasa tenaga kerja alih daya tidak hanya bekerjasama dengan satu perusahaan/kantor/lembaga saja. Sebab itu akan merugikan jika sewaktu-waktu kontrak kerjasama diputus. PT. ISS tentunya punya klien lain, dimana mereka tempatkan juga karyawannya di perusahaan/kantor tersebut. Nah, apakah karyawan PT. ISS yang bekerja di perusahaan/kantor/lembaga lain ada juga yang terkena herpes? Ataukah khusus hanya mereka yang dipekerjakan di JIS saja yang terjangkit herpes?
[caption id="attachment_323164" align="aligncenter" width="554" caption="screenn shoot lanjutan dari tampilan layar di atas (dokpri)"]
Benar bahwa PT. ISS adalah perusahaan jasa outsourcing internasional yang punya cabang di beberapa negara termasuk Indonesia. Jasa tenaga kerja yang mereka tawarkan meliputi : facility management, cleaning services, security, property, catering dan support services. PT. ISS Indonesia sendiri berpusat di Jakarta dan memiliki cabang di Bandung, Surabaya, Semarang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Makasar dan Batam. Berikut data perusahaan yang saya copy dari situs PT. ISS Indonesia :
ISS Indonesia adalah perusahaan Integrated Facility Service yang terbaik dan terbesar di Indonesia dengan cakupan layanan atas Facility Services (cleaning service, office support service, gardening & landscaping, Integrated Pest Management, building maintenance service, indoor air quality service, wash room service, portable toilet service), Acces Control security service), Catering Service, Parking Management Service.
ISS Indonesia beroperasi di 9 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Batam, Pekanbaru, Balikpapan dan Makasar, serta beroperasi dilebih dari 140 kota lainnya di Indonesia.
Dengan disupport oleh lebih dari 300 manager, 900 supervisor, 2500 teamleader dan 54.000 operator, dengan lebih dari 3.000 kontrak B2B dan ISS Indonesia berkomitmen untuk memberikan "peace of mind " kepada semua klien-nya.
Anda bisa mengklik "Info Perusahaan", "Katalog Produk" dan "Hubungi Kami" untuk melihat isi dan informasi lain dari situs PT.ISS Indonesia.
[caption id="attachment_323166" align="aligncenter" width="536" caption="screen shoot situs ISS Indonesia (dokpri)"]
Nah, dengan cakupan seluas itu, menangani banyak perusahaan (3000 kontrak) dan mempekerjakan puluhan ribu karyawan, rasanya janggal dan aneh kalau tiba-tiba saja PT. ISS kebobolan sebanyak itu pekerja yang mengidap herpes. Tiga belas orang bukan jumlah sedikit lho! Apalagi 13 orang itu semuanya berkumpul di satu lokasi kerja, yaitu JIS. Cukup wajar dipertanyakan, apakah hanya pekerjanya yang di tempatkan di JIS saja yang terkena herpes? Terjangkitnya sebelum atau sesudah dipekerjakan di JIS? Kalau ternyata jawaban nya : ya, memang hanya pekerja yang ditugaskan di JIS yang terjangkit dan mereka di awal masuk kerja dinyatakan sehat, maka..., pertanyaan selanjutnya : kenapa bisa begitu?! Apakah mereka penular atau tertulari? Jelas, tersangka pelaku sodomi terhadap siswa TK JIS telah menularkan pada anak AK, korban yang pertama kali melapor. Tapi apakah mereka pembawa virus pertama kali atau mereka sebenarnya juga korban ditulari oleh pihak lain sebelum menularkannya kepada bocah cilik tak berdosa?
[caption id="attachment_323167" align="aligncenter" width="526" caption="screen shoot laman about iss indonesia (dokpri)"]
Tampaknya kasus ini masih akan menyimpan banyak tanya, setelah kematian Azwar – salah satu tersangka – yang sangat tak wajar. Polisi sampai saat ini belum menjawab semua pertanyaan pengcara Azwar. Apalagi korban pelecehan seksual di JIS dikabarkan bertambah, silakan baca disini. Pihak KPAI pernah menantang agar semua pekerja di JIS, termasuk staf pengajar, tanpa terkecuali, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan tes darah. Begitupun dengan semua siswa TK JIS. Ini agar diperoleh kejelasan. Jangan sampai kambing hitamnya hanya berhenti sampai di level pekerja alih daya yang nota bene tak punya posisi tawar tinggi. Sementara, para pekerja asing yang bergaji tinggi tetap bebas dari sangkaan, meski sudah ada anak yang jadi korban, menyebut pelakunya berambut pirang, asisten pengajar di situ. Tantangan itu pernha juga disampaikan Sekjen KPAI, Erlinda, saat sekitar 50-an orang tua siswa JIS mendatangi KPAI dan meminta KPAI berhenti bicara soal JIS karena akan merusak nama baik sekolah. Ketika ibu Erlinda melontarkan tantangan tersebut, para orang tua itu terdiam, tak ada yang berani menjawab tantangannya, demikian keterangan ibu Erlinda dalam salah satu jumpa pers yang disiarkan TV swasta.
[caption id="attachment_323168" align="aligncenter" width="421" caption="lanjutan screen shoot laman about iss indonesia (dokpri)"]
Bagaimana pun, ini suatu kemajuan, langkah awal. Sebab, sebelumnya pencabulan di JIS itu benar-benar dibantah, tak diakui. Akankah kasus ini nanti berkembang luas dan menyasar siapa pembawa sekaligus penular virus herpes pertama kali? Kabarnya JIS menuntut PT. ISS untuk ikut bertanggungjawab. Kalau demikian, ini saat tepat bagi PT. ISS untuk uji sampel pada pekerjanya di tempat lain (cukup yang bekerja di Jakarta saja), apakah ada yang terkena herpes. Jika tidak, maka perlu dipertanyakan kenapa hanya pekerja yang di JIS saja yang terkena. Ah..., kasus ini memang pelik sedari awal, sebab menyangkut “nama baik” dari sekolah internasional. Semoga saja kasus ini bisa segera tuntas sampai ke akar-akarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H