Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Fenomena Jilboobs dan Mempermainkan Jilbab

7 Agustus 2014   23:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:07 5899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini di media sosial dan forum diskusi (seperti Kaskus) sedang ramai dibahas soal jilboobs. Beberapa teman FB saya juga men-share link berita dan foto dari liputan6.com soal fenomena jilboobs. Sedih, miris, prihatin, geram, marah atas fenomena tersebut, membuat saya tergelitik menuliskan ini.

What is jilboobs? Itu kata plesetan dan gabungan dari kata jilbab+boobs (payudara). Kenapa bisa muncul kata-kata jilboobs? Karena belakangan ada fenomena ABG dan remaja wanita yang kepalanya mengenakan jilbab, namun baju yang dikenakan sangat ketat membentuk lekuk-liku tubuhnya, terutama bagian payudara yang seolah sengaja ditonjolkan. Belum lagi bagian tubuh lainnya seperti perut, pinggang, pinggul, pantat, semuanya serba ketat terbungkus atau sengaja sebagian dari organ tersebut dibuat tidak tertutup dan kelihatan kulit tubuhnya.

Inna lillaahi wa inna ilaihi roji’uun... Inilah yang oleh Rasulullah Muhammad SAW digambarkan dalam salah satu hadits: "Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini". (HR. Muslim). Na’udzubillaah..., mencium bau surga saja tak dapat, padahal bau surga sudah tercium dari jarak yang sangat jauh.

Seperti apa berpakaian tapi telanjang itu? Ya seperti yang sekarang marak, secara harfiah memang memakai baju, tapi seluruh lekuk-liku tubuhnya kelihatan jelas, bisa jadi karena ketatnya baju menempel di badan, bisa juga karena “kurang bahan” atau nomornya kekecilan (remaja umur 17 tahun pakai kaos T-shirt adiknya umur 7 tahun), bisa saja karena tipisnya bahan sehingga menerawang semua yang ada di balik kain. Celakanya, gaya pakaian seperti itulah yang kini banyak dikenakan dipadu dengan jilbab penutup kepala.

Entah apa yang ada dipikiran para cewek jilboobers itu ketika mereka memutuskan mengenakan jilboobs. Apakah sekedar ikut-ikutan trend menutup kepala? Mungkin rambutnya ketombean, rambutnya tipis karena rontok, rambutnya rusak gara-gara kebanyakan dikeriting dan dilurusin, keseringan di cat warna-warni, atau sudah mulai ubanan, maka ditutuplah rambutnya. Disini selembar kain penutup kepala fungsinya sebagai penolong semata. Makanya yang ditutupi HANYA KEPALA, tapi TIDAK MENUTUP LEHER apalagi DADA. Bahkan tak jarang mereka yang rambutnya panjang, sengaja menyembulkan ujung rambutnya di balik kain jilbab yang cuma seiprit. Apa maksudnya? Apakah mau membuat trendsetter jilbab berbuntut?

Ironisnya, para jilboobers itu bangga dengan penampilannya, sampai membentuk satu fanpage di FB bernama Jilboobs Community”. Saya mendapatkan tautannya dari berita di liputan6.com yang banyak di share FB’ers. Penasaran, saya click link-nya dan disitu saya temukan 26 foto para jilboobers yang pede memajang fotonya. Rupanya liputan6.com mengambil foto-foto dari fanpage ini, kemudian wajahnya dikaburkan. Di fanpage Jilboobs Community, wajah mereka tampak jelas. Ciri khasnya : mengenakan selembar kain menutupi kepala, tapi semua pakaiannya full pressed body, bahkan ada beberapa yang memakai kaos lengan pendek bahkan kaos model you can see. Astaghfirullah..., apa maksud mereka membuat fanpage seperti itu dan berlomba-lomba memamerkan foto-fotonya? Adakah itu maksudnya ajakan untuk mempopulerkan trend berbusana jilboobs?

PARA PENDUSTA AGAMA

Entah apakah mereka benar-benar “Muslim” atau bukan, entah mereka mengenal “manual book” kaum Muslim atau tidak, sehingga mereka bangga bisa mempelesetkan jilbab menjadi jilboobs. Mungkin yang mereka pahami adalah trend fashion, BUKAN PERINTAH ALLAH untuk MENUTUP AURAT. Mereka mungkin bahkan tak paham atau belum pernah dengar ayat Al Qur'an yang artinya : “… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung hingga ke dadanya” (Q.S. An-Nuur 24, ayat 31). Atau ayat yang lain : “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’ ...” (Q.S. Al-Ahzab 33, ayat 59). Dan firman Allah lainnya lagi : “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat” (Q.S. Al-A’raf, ayat 26).

Tidak ada satupun ayat yang memerintahkan kaum Muslimah sekedar menutup kepala atau menutup rambut apalagi cuma sebagian rambut. Jelas disebutkan agar kerudung/jilbab itu dipakai HINGGA KE DADA. Bukannya malah sengaja menampakkan dada. Jadi kalau mereka membuat trend mode sendiri, PURA-PURA BERJILBAB padahal ingin menonjolkan tubuhnya, maka sesungguhnya mereka sedang membuat aturan sendiri yang melenceng dari aturan Allah. Mereka itulah yang disebut MENDUSTAKAN AYAT-AYAT ALLAH! Karena perilaku mereka-lah maka jilbab dijadikan bahan tertawaan, bahan cemoohan dan sindiran, dipelesetkan jadi “jilboobs”. Mereka itulah yang mencoreng citra jilbabers, membuka celah bagi mereka yang memang tak setuju jilbab, untuk mencari pembenaran dengan menuding jilboobs lebih menggoda dan sensual ketimbang yang berpakaian sopan meski tak berjilbab. Padahal, jilboobs memang tak bisa dijadikan acuan, sebab jilboobs itu sendiri sudah MELENCENG DARI PERINTAH ALLAH. Bagaimana tak dibilang melenceng, jika Allah memerintahkan agar menutupi dada, eeh..., mereka malah menonjolkan dada. Allah memerintahkan menutup aurat, mereka malah bangga mengumbar aurat. Sungguh benar apa yang dilihat Rasulullah SAW tentang wanita yang berpakaian namun telanjang, kini menjadi fenomenal.

Rasulullah SAW bersabda: “Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka seakan-akan punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat!”. Nah, belakangan, ada fenomena baru juga dalam berjilbab, yaitu kepala bagian belakang/atas ada gumpalan serupa konde. Ternyata, model-model jilbab yang banyak dijual di toko-toko ada yang menyertakan “konde buatan”. Biasanya terbuat dari potongan-potongan kain yang digumpalkan hingga sebesar kepalan tangan orang dewasa, ada yang bentuknya lonjong tinggi, ada pula yang lebar ke samping. Itulah yang membuat ketika jilbab itu dikenakan akan ada tonjolan seperti konde. Apa maksudnya?! Agar dikira berambut panjang digelung? Atau sekedar hiasan agar terlihat menonjol seperti punuk unta?

MEREKA YANG MEMPERMAINKAN SYARI’AT

Allah berfirman : “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab, ayat 36). Dan Allah juga berfirman di dalam surat Al-Kahfi : “Katakanlah: Apakah (mau) Kami beritahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia saja perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat usaha yang sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang mengingkari (kufur) terhadap ayat-ayat Allah dan menemui-Nya, maka hapuslah amal pekerjaan mereka, dan Kami mengadakan suatu pertimbangan terhadap (amalan) mereka di hari kiamat. Demikianlah, balasan mereka ialah jahanam, disebabkan mereka kufur/ingkar dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-Ku sebagai olok-olok. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (Q.S. Al-Kahfi, ayat 103–107)

Rasanya firman Allah di atas telah jelas, tak perlu multi tafsir lagi. Inilah sebutan dari Allah kepada orang-orang menjadikan ayat-ayatNYA sebagai olok-olok (mempermainkan, menjadikan guyonan, pelesetan), orang-orang yang menjalankan ketetapanNYA dengan ‘sak penake dewe’ alias membuat/mengada-adakan pilihan lain :

1.Orang yang mendurhakai Allah dan RasulNya;

2.Orang yang sia-sia saja perbuatannya;

3.Orang yang ingkar (kufur) terhadap ayat-ayat Allah;

4.Orang yang hapus amal pekerjaannya.

Nah, para pengolok-olok ayat-ayat Allah ini macam-macam jenisnya, bukan hanya jilboobers saja. Ini ada beberapa istilah yang saya ambil dari status FB teman saya :

1.Jilass (ass = pantat), yaitu mereka yang menutup kepalanya dengan jilbab tapi menonjolkan/memperlihatkan pantatnya.

Beberapa waktu lalu saat Ramadhan ada 2 wanita muda yang numpang sholat di masjid kantor saya. Selesai sholat, mereka melipat kembali mukenah yang memang tersedia di masjid itu. Saya lihat, tiap kali bergerak bagian tubuhnya terbuka sana sini. Kulitnya terlihat jelas di bagian pinggul, pinggang, perut. Maklum dia pakai celana hypster yang hanya sampai di ujung pinggul saja, bahkan (maaf) celana dalamnya pun kelihatan jelas, beberapa cm menonjol di atas celana hypsternya. Sementara blus kaos yang dipakai sepertinya ukurannya 2-3 nomor lebih kecil dari yang seharusnya. Makanya ngatung banget, cuma sampe perut, udhelnya saja kelihatan tiap kali tangannya menjulur ke atas. Jadi, paduan kaos ngatung dan celana hypster itu membuat dari depan kelihatan perut bagian bawah, sedangkan dari belakang tampak belahan pantatnya dengan jelas.

2.Jilcuss (accused = terdakwa), yaitu mereka yang mengenakan jilbab disaat posisinya jadi terdakwa. Bahkan Malinda Dee pun mengenakannya kalau di ruang sidang.

3.Jiltics (politics = pencitraan politik), yaitu mereka yang mengenakan jilbab disaat ada maksud-maksud politis demi kepentingan pencitraan semata. Begitu hajatnya tercapai/ selesai, maka ditanggalkan kembali jilbab itu.

============================================

Apakah mereka mengira ALLAH bisa DIBOHONGI?!

Apakah mereka mengira ALLAH BUTUH jilbab mereka?!

Apakah mereka mengira jika melepas/mempermainkan jilbab maka ALLAH yang rugi?!

SUBHANALLAAH..., Maha Suci Allah dari sifat-sfat sedemikian. Bahkan seandainya seluruh kaum muslimin di dunia tak ada yang sholat, tak ada yang mau berpuasa Ramadhan, tak ada yang mau berzakat, Allah sama sekali tidak akan pernah merugi.

Wahai para jilboob-ers dan jilass-ers, kalau usia kalian masih di bawah 30 tahun, mungkin kalian belum lahir atau masih balita saat-saat awal jilbab masuk Indonesia pada tahun ’80-an. Perjuangan para jilbabers generasi awal dulu sangatlah tidak mudah. Mereka mengalami pengusiran dari sekolah-sekolah, diberhentikan tanpa berhak ikut ujian akhir dan tidak mendapatkan ijazah, yang sudah bekerja dipecat dan dikeluarkan dari pekerjaan, yang belum bekerja tak akan ada yang mau menerima bekerja, dijauhi keluarga sendiri, dll. Ibaratnya dulu para pejuang kemerdekaan (jilbab) sampai “berdarah-darah” mempertahankan keyakinannya, kini generasi yang berikutnya tega-teganya menjadikan jilbab jadi bahan cemoohan karena perilaku para pemakainya yang justru bertentangan dengan hakikat berjilbab, yaitu MENUTUP AURAT.

Wahai para jilcuss-ers dan jiltics-ers, yang sampai hati menjadikan jilbab hanya sebatas selembar kain pencitraan, komoditas politik dan alat peraga kampanye semata, tidakkah kalian tengok para Polwan yang ingin menjalankan syariat Islam, masih harus menunggu lama sampai mereka diperbolehkan berjilbab?! Tidakkah kalian malu pada siswi-siswi Muslimah di beberapa sekolah Bali yang masih harus berjuang agar diperbolehkan berjilbab di sekolah?!

Semoga para jilboob-ers, jilass-ers, jilcuss-ers dan jiltics-ers segera mendapatkan hidayah Allah. Semoga hati nurani mereka masih takut pada Allah dan hari akhir, sehingga mereka berhenti mengada-adakan/mengarang sendiri aturan dan mendustakan ayat-ayat Allah, agar tak sia-sia amalannya. Yang sudah berjilbab, tak usah terpedaya tipu daya mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah. Allaahu a’lam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun