Mohon tunggu...
Ira Maria
Ira Maria Mohon Tunggu... -

Be a simple and wise girl...........

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

May 26th, 2010 Seni untuk Negeri

25 Agustus 2010   06:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada dasarnya hidup harus dibarengi dgn seni. Seni bukan hya berarti musik, puisi ataupun segala bentuk kesenian lainny. Jika menilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni berarti keahlian membuat karya yg bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahanny, dsb.
Jadi dlm hal ini, seni dpt diarahkan dlm banyak hal, seperti seni berbicara, seni untuk duduk, seni berpakaian, dll.

Dalam hal ini, saya ingin mengaitkan seni ini sebagai hiburan belaka, yg pada akhirnya bertujuan untuk negeri kita ini.
Luar biasa bukan?
Seni yg saya dimaksud diatas adalah seni dlm film, yg berarti karya bermutu dari film itu sendiri.

Sedikit senyum simpul muncul di wajah saya, ketika saya membaca sebuah Surat Kabar Nasional tepatny "KOMPAS" pada tanggal 24 mei yang lalu, disana tercantum sebuah judul film yaitu MEMANG ALANGKAH LUCUNYA, NEGERI INI. Wah, sebuah judul yg sarat akan nilai jual yg tinggi, demikian pemikiran dibenak saya. Hingga akhirny saya coba pahami dan tuliskan pemikiran-pemikiran ini sebagai wadah untuk mengekspresikan pendapat. Ada dua hal yg kontra dalam cerita tsb, yaitu pencopet Vs koruptor.

Pencopet pada dasarnya bukanlah salah satu pekerjaan yg diharapkan berkembang di negeri ini. Pencopet juga di ibaratkan dgn "Sampah Masyarakat", demikian Surat Kabar tsb katakan. Memang benar, pada kenyataanny memang demikian. Tapi, ada banyak hal yg perlu dipertimbangkan, misalnya pendidikan yg minim atau bahkan tidak tersentuh pendidikan sama sekali, sehingga membuat para anak tsb berbuat tindakan yg mereka tidak tahu bahwa itu haram, atau bahkan sebenarnya mereka tahu itu haram, tapi mereka mencoba untuk menghalalkannya. Jadi, dlm hal ini peranan siapa yang diperlukan? Apakah orangtua?
Dengan alasan, pendidikan dini adalah sebagai penentu tingkah anak di kemudian hari.
Apakah pemerintah?
Yaitu bahwa pemerintah tidak menyediakan pendidikan yg dpat dicicipi semua kalangan dgn mengajarkan ilmu" yg berguna, etika dan moral. Tak ada yg perlu disalahkan dlam hal ini, semua sama" memiliki perhatian yg minim, dalam hal ini saya tidak ingin masuk dalam kubangan "perasionalan alasan" seperti yg pernah saya dengar sebelumnya. Mari kita menilai diri kita masing-masing.

Bagaimana dgn koruptor? Apakah tindakan ini diharapkan? Tunggu, jgn katakan "tidak" sebelum anda mendengar hal ini, bahwa mungkin saja, anda yg sebagai masyarakat awam tidak menghendaki hal ini. Tapi, bagaimana dgn penguasa" di atas sana, mreka mengharapkan korupsi jauh sebelum kursi jabatan tsb mreka duduki, dan memang seperti itulah kenyataannya. Pejabat adalah seseorang yg diagungkan dgn kemampuan, kecerdasan, kemapanan, dll. Mereka juga orang" yg mengecap pendidikan tinggi dan merupakan orang" yg berkecukupan. Dan akhirnya, dapat saya simpulkan bahwa mereka adalah orang" yg berilmu, beretika dan bermoral tinggi. Tapi, mengapa mereka tetap saja melakukan korupsi? Apakah pengaruh pembayaran utang kampanye, kebutuhan partai, kebutuhan anak dan istri?
Masih dipertanyakan!!!
Dan hanya merekalah yg tahu. Mereka adalah tikus" berdasi, nama yg jauh lebih lunak dari pada nama" yg pernah saya baca di beberapa tulisan. Ini benar" tindakan yg tidak wajar jika kita lihat dari background mereka masing". Sungguh memilukan.

Korupsi dan copet merupakan tindakan yg sama. Korupsi adalah kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu "coruption". Dan copet adalah mengambil hak milik orang lain tanpa ijin si pemilik. Ternyata, negeri ini juga menciptakan pengklasifikasian dalam penggunaan kata, antara mereka yg kaya dan miskin.
Pernahkah anda dengar seorang rakyat biasa melakukan korupsi? Pasti, orang" akan menggantinya dengan kata "mencuri". Mencopet hanya memperoleh sejumlah uang, sedangkan korupsi akan menghasilkan sejumlah uang yg sangat besar jumlahnya. Dan sesuai dengan hukum negeri ini, mereka juga akan memiliki hukuman.
Lagi", ada pengklasifikasian hukuman. Dan yg mengecewakan, terkadang hukuman bagi sang pencopet akan lebih besar dibandingkan dgn sang koruptor. Demikianlah realita ketidak adilan yg terpancar.

Kita coba kembali kpd seni dalam perfilman sebelumnya. Disana dikisahkan, seorang tokoh yg bernama "Muluk" yg tlah meraih gelar "Sarjana Manajemen" yg prihatin kepada nasib" para pencopet dgn "memanajemeni" SDM mereka utk memperoleh pendapatan yg halal. Tindakan muluk adalah tindakan yg real, bukan hanya sebagai khayalan saja. Semoga saya maupun saudara, dpt menjadi penerus muluk nantinya.

Seni dlm film tsb adalah karya bermutu anak negeri yaitu Deddy Mizwar, yg di dalamny terdapat keindahan, kecerdasan, kegunaan, dan penyadaran utk negeri ini. Seni yg memang berguna utk negeri kita yg goyah dan rapuh ini.
Dengan adanya film ini, mengapa kita tdk langsung kpd "penyadaran diri" dari pd selalu berdiam diri dlm "pengrefleksian" yg bisa saja tiba" mengembun? Ya, mungkin saja semua hal ini harus bertahap bukan? Mari kita mulai dari penyadaran diri, keluarga dan teman" disekitar kita. Dan semoga anak bangsa dpt menciptakan seni" yg berguna utk bangsa kita kita ini. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun