Mohon tunggu...
Ira Maria Fran Lumbanbatu
Ira Maria Fran Lumbanbatu Mohon Tunggu... Dosen - Seorang wanita single, independent, sedikit introvert tapi sangat membuka diri utk pertemanan :)

Saya tidak bisa berbagi materil tetapi saya akan berbagi informasi kepada para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pangkas dan Pangkat?

26 Februari 2020   14:00 Diperbarui: 29 Februari 2020   20:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tanggal 2 Agustus 2018, saya memutuskan untuk pergi ke salah satu Salon di kota ini untuk memotong rambut saya yang menurut saya sudah tidak sehat lagi. Seperti biasa, hal yang saya lakukan adalah searching dan mencari rekomendasi salon yang bagus dikota medan. Setelah melakukan searching dan melihat harga yang menjulang tinggi, saya memutuskan untuk mengikuti saran salah seorang teman untuk mengunjungi salon langganannya. Saya pun bergegas dan langsung pergi on location. 

Sesampainya disalon tersebut, saya merasa biasa saja. Sepertinya salon ini biasa- biasa saja, tidak ada ornamen - ornamen khusus atau hal - hal yang mencolok lainnya, salon tersebut sangat sederhana. Ketika masuk, saya langsung mencari "Kak Alen" si Kakak Tukang Pangkas yang sudah saya wa sebelumnya. Semuanya berjalan biasa saja, mulai dari proses keramas sampai dengan proses menuju pemotongan rambut. Tidak tahu kenapa, ketika memangkas rambut dengan cici - cici saya merasa santai, karena pasti hasil akhirnya tidak mengecewakan. 

Singkat cerita, ketika si cici sedang memangkas rambut saya, ada sesosok pria masuk dengan buru - buru ke dalam salon tersebut, saya coba lihat- lihat wajah si pria tersebut sambil berpikir, sepertinya kenal. Sempat setengah jam-an saya masih berpikir, kemudian tiba - tiba ada satu pria lagi masuk dan duduk di kursi tunggu. 

Saya perhatikan pria yang kedua, tinggi dan kelihatan selalu siaga. Beberapa menit kemudian, setelah pria pertama sudah dicuci rambutnya, si cici yang yang sedang melayani saya berbicara dengan si pria pertama tadi, dan setelah mendengar pembicaraan mereka akhirnya saya yakin bahwa saya mengenal si pria pertama tadi. 

Sebelumnya saya pernah bertemu dengan beliau  yaitu ketika "Mata Najwa" sedang datang ke kota saya dan beliau adalah salah satu tamu utama di acara "Mata Najwa" tersebut dan saya berada di jarak yang sangat jauh dengan beliau. Tetapi saat itu, saya duduk bersebelahan dengan beliau dan hanya dibatasi space  antara kursi saja. Beliau adalah orang nomor satu di Sumatera Utara pada saat itu. Saya yakin teman-teman tahu beliau siapa.

Hal yang ingin saya tekankan disini bukanlah tentang kekaguman saya terhadap beliau tetapi tentang bagaimana beliau tetap memilih untuk berada di tempat pangkas kecil ini dan merasa nyaman. Ternyata pangkat tidak akan membuat seseorang lupa akan tempat pangkasnya, bisa juga orang - orang seperti ini tidak akan pernah lupa dengan makanan kesukaannya dulu, tetangga - tetangganya dan lainnya. 

Semoga kita semua tidak pernah lupa tentang asal kita walau pangkat/ jabatan sudah cukup membuat kita nyaman dan puas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun