Mohon tunggu...
Ir. H. Dian Kusumanto
Ir. H. Dian Kusumanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sekarang tinggal di Nunukan Kalimantan Timur, suatu tempat di wilayah perbatasan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nelayan Pemukat Nunukan pun Mendapat Rejeki dari Rumput Laut yang Semakin Marak

18 April 2015   05:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Nelayan pemukat Nunukan pun mendapat rejeki dari rumput laut yang semakin marak

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Pada era dimana harga BBM naik sementara harga ikan turun,maka banyak nelayan yang kemudian menggantung perahunya.Banyak nelayan yang kemudian beralih profesi.Sampai masa kemudian ada harapan dari budidaya rumput laut, akhirnya banyak nelayan yang juga membudidayakan rumput laut.Namun ternyata dari sebagian nelayan yang tidak berminat atau mungkin tidak cukup modal untuk memasang lahan budidaya rumput laut.Penyiapan lahan budidaya memang cukup banyak perlu biaya, untuk membuat fondasi, tiang pancang, tali bentang, dan lain-lain.

Diantara nelayan-nelayan yang tidak ikut membudidayakan rumput laut tersebut, mereka terus melanjutkan usaha penagkapan ikannya di laut.Ada yang menggunakan trawl dan lebih banyak yang memasang pukat di perairan yang tidak jauh dari lahan budidaya rumput laut.Niat awal memang mencari ikan namun setelah lahan rumput laut semakin banyak, para nelayan ini semakin banyak mendapatkan rumput laut dari pada ikannya.Akhirnya sekarang ini para nelayan melakukan ‘penangkapan’ rumput laut sebagai kegiatan utamanya.Hampir sebagian besar pemukat ikan sekarang beralih konsentrasi menjadi nelayan pemukat rumput laut.

Rupanya dari lahan budidaya rumput laut yang ada, hampir sekitar 20% rumput laut itu mengalami ‘kerontokan’ selama masa budidayanya di laut.Sebab-sebab rontok atau jatuhnya rumput laut yang dibudidaya itu macam-macam,yang utama adalah karena arus atau gelombang.Arus dan gelombang yang kuat, disertai lemahnya rumput laut karena terkena penyakit, tiram atau tali yang kencang, semakin menambah banyak kerontokan rumput laut.Suhu air laut yang panas juga bisa menyebabkan prosentase kerontokan semakin tinggi.

Air laut lepas yang biasanya lebih panas yang bertemu air tawar dari sungai-sungai didaratan dengan suhu lebih dingin, pada kondisi tertentu akan menjadi kombinasi yang baik untuk pertumbuhan lebih cepat dari rumput laut.Karena suhu yang sangat panas bisa menyebabkan rumput laut menjadi agak lunak dan jika terkena arus gelombang agak kuat maka rumput laut akan mudah jatuh atau terputus.Maka secara alami selalu ada rumput laut yang terputus sebab arus yang kuat karena terlepas juga talinya, terputus karena rumput lautnya lembek dan rusak karena panas atau penyakit.

Rumput laut yang terjatuh akan turun di dasar laut dan terombang-ambing oleh arus bawah di dasar laut.Pada saat terjadi pasang dan surutnya air laut ataupun pada saat terjadinya arus aliran karena perbedaan suhu samudra.Maka rumput laut yang terputus tadi seiring waktu juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Namun demikian juga menjadi santapan ikan herbivor yang menyukai rumput laut.Namun perkembangannya yang pesat menyebabkan akhirnya banyak juga rumput laut lepas yang berada di dasar laut.Maka kemudian banyak petani yang memasang pukat untuk ikan juga mendapatkan rumput laut yang lepas ini.

Dulu petani ikan sempat menggerutu karena yang diinginkan adalah ikan, namun yang didapat malah rumput laut.Namun sekarang ini menjadi profesi baru, yaitu munculnya para nelayan pemukat rumput laut.Bahkan mereka dengan sengaja cuma mengandalkan tangkapan yang masuk dalam pukatnya itu adalah rumput laut, bukan hanya ikan.Malah sekarang banyak nelayan yang menjadi pemukat rumput laut saja, dan tidak perlu mencari ikan atau menanam rumput laut.Para pemukat rumput laut di Nunukan kini jumlahnya semakin banyak berkisar 200-an perahu.

Hampir setiap hari para pemukat rumput laut ini memasang pukatnya di laut.Hanya pada saat-saat tertentu saja mereka tidak turun ke laut, misalnya pada saat arus melemah yaitu pada saat ‘air mati’, maka mereka memilih beristirahat tidak memasang pukat.Dalam satu bulan masa-masa air mati itu terjadi hanya sekitar 2 kali dengan masa sekitar 4 hari.Masa-masa itu dipakai untuk mengerjakan pemeliharaan pukat yang putus atau rusak, memperbaiki perahu, dan mengurus penjemuran rumput laut, atau pekerjaan-pekerjaan rumah dan sosial lainnya.

Pendapatan para pemukat itu biasanya ditentukan dengan berapa panjang pukat yang dibentangkan,berapa besar perahu pengangkut, berapa banyak orang yang turut bekerja di dalam satu grup atau satu perahu.Semakin panjang pukat biasanya semakin banyak rumput laut yang terjaring.Semakin besar kapasitas perahu biasanya juga menyangkut daya tambung hasil tangkapan.Kadang-kadang petani harus membuang kelebihan tangkapannya karena perahu sudah over load atau kelebihan muatan.Sebab kalau tetap dibawa, maka akan membahayakan jiwanya, apalagi kalau arus dan gelombangnya kuat, tentu muatan akan dikurangi agar perahu bisa lincah menerobos arus dan gelombang tanpa resiko perahu akan tenggelam.

Kisaran pendapatan dari setiap pemukat rumput laut itu antara 30-50 kg rumput laut kering per hari per perahu.Kalau sekarang harga rumput laut Rp 14.000 per kg, makapendapatan para pemukat itu berkisar antara Rp 420.000 – Rp 700.000 per hari.Kalau dalam sebulan mereka bisa turun ke laut memukat sebanyak 20 hari saja, maka pendapatan kotor para pemukat itu berkisar antara Rp 8,4 juta sampai 14 juta per bulan.Ini pendapatan yang sangat bagus bagi para nelayan pukat rumput laut di Nunukan.

Para nelayan ini masih akan mengeluarkan biaya-biaya seperti bahan bakar untuk perahu, biaya sewa tempat pengeringan (kalau tidak mempunyai tempat pengeringan sendiri),biaya tenaga pengeringan (kalau diupahkan ke orang lain), biaya pemeliharaan pukat dan perahu, dan lain-lain.Untuk pemukat biasanya minimal terdiri dari 2 orang per perahu, pemukat dengan keluarganya sendiri atau menyewa tenaga orang lain atau bisa jadi bekerja sama dengan tetangga atau temannya.

Namun demikian berkah rumput laut ini bagaimanapun juga merupakan berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada seluruh masyarakat di Nunukan.Tidak hanya para petani, tidak hanya para pemukat, tidak hanya para pedagang, tapi masyarakat yang yang lain ikut bersyukur.Semoga berkah dan nikmat ini semakin ditambah dan dilanggengkan.Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun