Sri Paus telah hadir di Indonesia selama kunjungan 3 -6 September 2024. Banyak sekali simbol yang mendominasi kedatangannya yang membuat kita takjub. Pertama adalah kesederhanaannya dalam kehadiran ke Indonesia. Hanya menggunakan mobil Innova dan hanya menginap di keduataan besar Vatikan dan bukan di hotel. Â
Dia juga bertemu dengan para imam dan uskup seluruh Indonesia dari berbagai etnis. Juga para pemuda dari berbagai keyakinan termasuk muslim yang mengaku sangat terkesan dengan pertemuan itu. Dalam pertemuan dengan para imam dan uskup diingatkan oleh Sri Paus pada tiga hal yang menjadi tema kedatangan paus kali ini yaitu Iman, Persaudaraan dan Belarasa (belas kasihan) . Di dalamnya dia menekankan pada
Bukan itu saja. Saat dia bertemu dengan para tokoh lintas agama, dia mencium tangan imam besar Nasaruddin Umar setelah Imam Besar itu mencium keningnya. Pertemuan itu menghasilkan Deklarasi Istiqlal yang berintikan keteguhan atas kerukunan umat beragama demi kemanusiaan. Deklarasi ini berawal dari dua krisis yaitu krisis kemanusiaan yang akhir-akhir ini meimbulkan korban tewas dalam peperangan  dan perubahan iklim yang membuat banyak sumber daya sulit didapatkan teriutama makanan untuk bertahan hidup. Bagi sebgaian orang kehidupan makin sulit.
Saat di Istiqlql, ada ayat al-Quran yang di kumandangan, sedangkan Paus memilih membaca kisah orang Samaria dari Injil Lukas 10:25-37. Perikup itu bercerita tentang orang yang dirampok di perjalanan, namun tidak mendapat bantuan dari siapapun. Pertama yang lewat adalah seorang Imam Yahudi, namun dia tidak memberikan pertolongan kepada orang yang telah dirampok itu.
Kedua adalah seorang Lewi yang dianggap tinggi dalam, struktur masyarakat. Namun dia juga tidak memberikan bantuan. Terakhir adalah seorang Samaria. Pada zaman itu kaum Samaria tidak terlalu diperhitungkan dalam struktur masyarakat. Namun orang Samaria inilah yang akhirnya menolong dan merawat orang yang terluka dan dirampok itu dan membawanya ke penginapan. Saat orang Samaria itu meninggalkan tempat itu dia memberi pemilik penginan sebanyak dua dinar agar merawat orang yang terluka ini. Dalam hal ini Injil ingin menjelaskan bahwa belas kasihan (bela rasa) yang tidak memandang agama dan status sosial.
Setelah bertemu dengan para tokoh lintas agama di masjid istiqlal, Sri Paus juga memberikan khotbah kepada riabuan umat Katolik, bertemu dengan para difabel dan menyentuh mereka. Difabel adalah kaum yang pada masyarakat umum , tersisih dan dianggap sebelah mata. Namun justru gereja Katolik melibatkan mereka dalam banyak hal termasuk pembaca injil dalam misa yang dipimpin oleh Sri Paus.
Ucapan, sikap dan apa yang diperbuat oleh Sri Paus selama kunjungan nya ke Indonesia (sampai besok itu) mungkin akan diingat oleh banyak umat dan umat beragama lain dalam jangka waktu yang lama. Apa yang diucapkannya, dilakukannya, visinya, pemilihan tema dan kutipan injilnya mungkin adalah pilihan tim, tapi itu adalah pendaran dari jiwa Sri Paus.
Bagaimana dia berkali-kali menggedor nurani kita soal persaudaraan, perhatian kepada kaum papa dan miskin. Bagaimana juga mereka melihat perbedaan dan pentingnya toleransi di negara yang menurut Sri Paus adalah sangat kaya raya ini. Mari kita bertindak sesuai dengan teladan Sri Paus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H