Â
Banyak orang mengira bahwa Pancasila lahir sesaat sebelum proklamasi pada tahun 1945. Saat itu Jepang yang dibayangi kekalahan dari pihak sekutu, mengisyaratkan kemerdekaan bagi Indonesia. Saat itu Jepang meman membentuk BPUPKI dan PPKI untuk menyiapkan itu semua. Kemudian Jepang kalah, kemudian Indonesia merdeka beserta falsafah negaa dan lagu kebangsaan.
Padahal prosesnya tidak sesedehana itu. Jauh sebelum poklamasi yaitu masa pejuangan pra kemedekaan sekitar tahun 1930-an, Soekarno yang menjadi sosok yang diwaspadai oleh kolonial Belanda untuk kesekian kalinya dibuang di pelosok Nusantara. Kala itu, Belanda memilih Ende yang terletak di Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana dia beinteraksi dengan sedikit orang di kampung nelayan itu. Suasana seperti itu  membuat Soekarno memikirkan banyak hal soal mewujudkan negara Indonesia yang medeka.
Bertahun-tahun kemudian Bung Karno bersaksi:
"Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari... Di sana, dengan pemandangan laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru yang tak ada batasnya dan mega putih yang menggelembung .., di sanalah aku duduk termenung berjam-jam. Aku memandangi samudra bergolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama.
Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinya. Pasang surut, namun ia tetap menggelora secara abadi. Keadaan ini sama dengan revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudra luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari Yang Maha Ada."
Di bawah pohon sukun dengan lima cabang membuatnya berfikir tentang Indonesia yang membentang luas dari sabang sampai merauke. Keluasan geografi itu mempengaruhi juga budaya dan banyak hal. Terlebih Soekarno dan Hatta pernah bahkan seing diasingkan oleh Belanda. Di Parapat, Bengkulu, digoel, Ende dan beberapa daerah lainnya.
Bukan sukun bercabang lima menyebabkan Soekano menemukan Pancasila. Namun memang ada lima moral dasar di mata Soekarno, yang merupakan intisari dari nilai-nilai di Indonesia yang memang penuh perbedaan. Moral itulah yang menjadi perekat nilai Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H