Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan yang Disatukan Pancasila

15 Maret 2019   17:13 Diperbarui: 15 Maret 2019   17:47 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cellcode.us

Kini kita tahu bahwa terorisme dan politik intentitas merupakan 'ideologi baru' di Indonesia. Dalam bingkai Pancasila, terorisme bisa diperdebatkan dalam konteks Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Diskusi, penangkapan, hukuman dan penelitian terhadap terorisme tidak boleh berhenti di Indonesia. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab membingkai siapa pun di Indonesia untuk melakukan langkah diskusi itu karena terorisme merupakan tindakan yang tidak beradab, tidak sesuai dengan kemanusiaan dan sangat tidak adil bagi kehidupan manusia. Sebagi media komunikasi, sila ini akan memberikan perlindungan untuk mengatasi persoalan kepada terorisme. Siapakah yang tidak menderita ketika dirinya tidak bersalah tiba-tiba saja terkena tindakan teroris?

Pancasila adalah intisari kultural bangsa dan menjadi alasan terkuat dia menjadi dasar Negara. Demikian dalam Pancasila menjadi jawaban atas maraknya anti pluralism dengan mengedepankan primodialisme dan politik indentitas yang kini sering ditonjolkan . Kita bisa melihat dalam sila Persatuan Indonesia. Sila ini secara jelas mengakui adanya keragaman Indonesia. Bahwa Indonesia punya rakyat yang berbahasa A, B C atau beretnis C, D E . Atau beragama T, Y dan Z atau punya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sila ini jelas dan kasat mata bahwa ada pengakuan keragaman sosial. Selain ada perbedaan seperti yang disebut diatas, juga ada orang kaya , miskin, terdidik, cacat, tidak terdidik dan seterusnya. Contoh lain adanya pemilihan bahasa persatuan yaitu bahasa Melayu (yang merupakan akar dari bahasa Indoensia) Padahal bahasa Melayu yang banyak dipakai di wilayah Sumatera bukan bahasa yang dominan di Indonesia waktu itu. Ada bahasa Jawa yang juga punya banyak pemakai, bahasa Sunda, bahasa Madura. Bahasa Melayu dipilih karena dinilai bahasa itu berpotensi sebagai salah satu alat pemersatu bangsa karena relative mudah dipelajari bahkan oleh orang yang sebelumnya tak mengenal melayu sekalipun Bahasa melayu juga tak punya struktur sosial seperti bahasa Jawa, sehingga siapapun akan nyaman memakainya. Bahasa Melayu bersifat egaliter dan memiliki fungsi terapan yang sejajar yang tidak mebeda-bedakan kelas.

Jika para founding fathers tidak sadar  soal perbedaan yang mendominasi Indonesia, maka tidak akan ada sila Persatuan Indonesia. Karena mereka sadar adanya banyaknya perbedaan (di bangsa Indoensia), maka perlu ada pengikat yang nyata soal persatuan Indonesia.

Sehingga apapun tantangan kita sebagai bangsa, kita selalu harus ingat bahwa Pancasila sudah teruji dalam mengembalikan kondisi Indonesia ke kondisi semula. Kekerasan (terorisme, sampai ke anti pluralism). Jawabannya akan kembai pada Pancasia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun