Mohon tunggu...
Iqmal Tahir
Iqmal Tahir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sekali-sekali menulis di sini. Kalau mau baca tulisan yang lebih sering ter-update silakan masuk di blog saya di link ini : http://iqmaltahir.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hoax Bahaya Urea dalam Produk Nata de Coco

27 Februari 2012   09:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:53 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lama tidak nulis di Kompasiana, sekalian mencoba tampilan baru, jadilah postingan ini. Awalnya hanya berkomentar singkat pada isi dari salah satu postingan terekomendasi oleh kompasianer Rahmad Agus Koto soal klarifikasi yang membantah tentang klaim kandungan urea dalam produk makanan nata de coco. Tadi pagi tidak sempat nulis banyak, jadi hanya memberi komentar pendek dan menautkan link ke tulisan di blog saya untuk mendukung tulisan mas Rahmad bahwa tadi bahwa informasi kandungan urea dalam nata adalah lebih bersifat hoax.

Awal ceritanya adalah postingan di forum kompas yang mengklaim kalau pada produk nata de coco itu mengandung bahan ZA atau pupuk urea. Bagi yang tahu proses pembuatan nata pasti akan menganggap postingan tersebut berupa informasi sampah alias hoax. Rekan kita tadi sudah meluruskan informasi yang salah tersebut dalam dua artikelnya. Saya kira patut diacungi jempol upaya tersebut khususnya untuk memberi pengetahuan yang benar bagi masyarakat.

Pada tulisan saya ini mungkin hanya bermaksud menambahkan upaya pelurusan terhadap informasi sesat saja soal kandungan urea dalam nata. Hal yang sebenarnya adalah nata de coco merupakan suatu produk makanan yang menyehatkan karena kaya akan fiber / serat sehingga membantu proses pencernaan. Jangan sampai dengan adanya hoax di atas maka masyarakat menurun minatnya untuk makan nata de coco. Terlebih usaha produksi nata de coco ini juga dapat menciptakan banyak kewirausahaan baru. Usaha seperti ini jangan sampai mati hanya karena hoax yang kemudian dipercaya kebenarannya.

Mungkin pembaca dapat memahami kebenaran ini kalau membaca informasi proses pembuatan nata. Proses pembuatan ini secara umum adalah diuraikan pada bagian berikut .

Bahan utama pembuatan nata adalah bahan-bahan yang kaya akan gula atau nutrien seperti air kelapa, air limbah tahu, air nira, air perasan buah-buahan dan lain-lain. Catatan adalah dari semua bahan ini akan dihasilkan nata dengan sifat yang relatif sama, hanya penamaannya yang berbeda-beda, seperti nata de coco, nata de soya, nata de pina dan lain-lain.

Bahan–bahan lain yang digunakan adalah starter nata, gula, urea, air bersih dan asam asetat (asam cuka). Pada prinsipnya bakteri memerlukan makanan atau nutrien untuk pertumbuhannya, yakni meliputi unsur karbondan nitrogen. Unsur karbon dapat dipenuhi dari bahan gula. Unsur nitrogen diperoleh dari urea. Jadi urea ditambahkan sebagai salah satu pemasok nutrien guna pertumbuhan dan perkembangbiakan nata.

Urea untuk pemenuhan kebutuhan nitrogen mungkin bisa diganti dari sumber lain, seperti protein. Akan tetapi harganya jauh lebih mahal. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dari penggunaan air rebusan kecambah kacang hijau atau limbah proses pembuatan tahu.

Selain itu ditambahkan juga asam cuka untuk memberi suasana asam atau menciptakan kondisi pH rendah sekitar 4-5 yang merupakan kondisi optimum pertumbuhan bakteri tersebut. Jika tidak ditambahkan asam asetat, maka pH larutan masih bersifat mendekati netral yang akan menyebabkan pertumbuhan bakteri akan sangat lambat, konsekuensinya produksi nata akan lambat juga, bahkan mungkin tidak terjadi.

Untuk membuat nata dibutuhkan peralatan sebagai berikut timbangan, gelas, kompor, kertas koran, kain flannel / saringan, pengaduk dan wadah/baki untuk pembiakan.

Pembuatannya cukup mudah mulai terdiri dari penyiapan air kelapa dengan jalan disaring. Hasilnya ini kemudian ditambahkan gula pasir dan urea (dengan takaran masing-masing 30 g dan 4 g per liter) dan diaduk hingga larut. Bahan direbus dipanaskan dan dibiarkan pada kondisi mendidih selama 15-30 menit untuk tujuan sterilisasi media. Busa dan kotoran yang timbul selama pendidihan dibersihkan. Ke dalam larutan media ini ditambahkan asam asetat glasial dengan perbandingan 10 mL per liter air hasil blenderan, diaduk hingga merata lalu diangkat dari tungku / kompor dan dibiarkan dingin dalam kondisi tertutup. Setelah dingin, ditambahkan starter nata dan diaduk kembali. Selanjutnya cairan media fermentasi ini dituang ke dalam wadah/baki. Kemudian baki tersebut ditutup dengan kertas koran yang bersih, lalu diikat dengan tali karet / rafia. Proses inkubasi dilakukan kira-kira selama 2 minggu. Baki dibiarkan pada ruang kamar dan jangan sampai terkena panas matahari secara langsung. Produk nata yang dapat dipanen setelah mencapai ketebalan 1-2 cm.

Lembaran nata yang ada di permukaan diambil dan dilakukan pencucian berulang kali dengan air mengalir sampai nata tidak berbau asam.Proses pencucian seperti ini menjamin produk nata bersih dan tidak membawa campuran media pertumbuhannya. Setelah itu nata dipotong-potong dan dimasak dengan air gula. Nata inilah yang siap dikonsumsi dan diperjualbelikan. Jadi pada dasarnya produk nata ini sudah aman untuk dikonsumsi.

Penggunaan urea pada media tumbuh bakteri nata dari sisi safety pada dasarnya tidak masalah. Dosis yang digunakan pun relatif sangat kecil, jauh lebih banyak dosis asam cuka yang digunakan. Perlu diingat bahwa yang nantinya dikonsumsi adalah nata yang merupakan produk metabolisme pertumbuhan bakteri, bukan media pertumbuhan natanya. Juga dalam proses akhirnya, nata itu dicuci sampai bersih dari media pertumbuhan. Ciri nata yang sudah bersih dan aman dikonsumsi adalah sudah tidak asam lagi.

Sebagai penutup sekali lagi saya menegaskan bahwa meskipun dalam pembuatan nata menggunakan urea, namun produk nata de coco dipastikan aman untuk dikonsumsi. Urea tersebut sudah habis dimakan bakteri untuk menghasilkan nata itu.

Terakhir saya memberi permisalan dengan beras yang kita makan. Beras ini diperoleh dari tanaman padi yang tumbuh subur setelah diberi pupuk urea oleh petani padi. Kita bukan makan tanaman padi ataupun air lumpur yang menggenangi sawah itu. Jadi kita merasa yakin beras kita aman dari urea. Demikian pula pada kasus nata ini, kita makan produk natanya bukan makan air media pertumbuhan bakterinya.

Semoga bermanfaat.

Baca tulisan lain :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun