Sebagai seorang penjaga stand, Aditya tidak mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk membayar lapak stand maupun harga listrik karena itu menjadi tanggung jawab dari pemilik toko. Setiap hari Aditya berdagang di stand "Djajanan Pak Darso" yang dimulai pada pukul 4 sore sampai 10 malam, menariknya Aditya-lah yag membuat semua adonan dari dagangan tersebut "tiap hari jualannya, kalau capek minta libur juga boleh, bikin adonannya sendiri, dari jam setengah 7 buat adonannya sampe jam 11 bukanya jam 4 sore, gantian kalau pagi dibuat angkringan, kalau sore baru saya, tutup jam 10"Â timpalnya.
"Djajanan Pak Darso" merupakan stand yang menjual jajanan pasar yang sangat khas, seperti lumpia, onde-onde, putu, klepon, dan cenil. Harga yang diberikan juga tidak tergolong mahal, porsi yang didapatkan sangat-lah banyak dengan rasa yang bisa menjanjikan.Â
Ide dari menu tersebut tercetus oleh istri dari pemilik stand tersebut yang merupakan orang Surabaya, Jawa Timur. Menariknya "Djajanan Pak Darso" ini telah memiliki 3 cabang diberbagai daerah, seperti di Teras Malioboro, Lempuyangan, dan Winogini.
Walaupun telah memiliki inovasi yang berbeda dalam berdagang, namanya pengunjung tidak ada yang tahu seberapa yang akan datang. Terutama Teras Malioboro berada di tempat yang tidak terlalu strategis dari para pengunjung.Â
Berbagai macam pengunjung telah dilayani oleh Aditya dan pasti memiliki keinginan dan sifatnya masing-masing. Bersyukurnya Aditya tidak pernah ada yang menipu menggunakan uang palsu, mungkin hanya ada beberapa yang memiliki keinginan yang banyak dan tidak masuk akal.
Namun sebagai pedagang pelanggan adalah raja, harus tetap dilayani dengan sepenuh hati. Karena dari sisi pelanggan-pun jika mendapati seorang pedagang yang tidak ramah, nantinya tidak akan kembali lagi ke tempat tersebut. "pelanggan ngga ada yang nipu, tapi mungkin ada yang minta kayak lumpianya digoreng lagi, terus klepon yang paling bawah, minta digulung pakai tisu, tapi sebagai penjual harus ramah, someah kalau di sunda mah, senyumin aja, penjual mah jangan cemberut, bawa santai aja" tutur Aditya.
Teras Malioboro yang tidak terlalu ramai membuat Aditya memiliki niat untuk kembali ke bidang barbershop. Diumur Aditya yang telah menginjak 25 tahun membuat ia memikirkan masa depan yang lebih jauh, terutama sebagai anak pertama laki-laki yang masih memiliki tanggung jawab akan keluarga dan adik-adiknya.Â
Namun membangun toko sendiri tidak-lah mudah, maka Aditya mem-planning untuk melamar di barbershop milik teman di Bandung. Rencana tersebut dimimpikan sejak memulai tahun 2024 dan mungkin akan terealisasikan pada tahun yang akan mendatang.
Walau Garut, tempat kelahiran Aditya termasuk pemasok sayur-sayuran dan memiliki nilai jual yang tinggi jika di ekspor ke kota-kota besar, bahkan sebagian besar orang Garut melanjutkan hidupnya sebagai pedagang.Â
Namun Aditya tidak berniat untuk melanjutkan berdagang di kotanya sendiri karena banyaknya pedagang yang ada di sana "ngga dagang karena harus lihat pasarnya, lihat harga mahal nih, jadinya belom jadi kalau mau buka dagang sendiri" ucapnya.