Mohon tunggu...
Iqlima Naqiyya
Iqlima Naqiyya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi UIN SUKA ILKOM 23107030056

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Soto Kudus dan Dawet Ayu "Ala Bu Asti": Kuliner Legenda Pasar Bringharjo Yogyakarta Sejak 1998

27 Mei 2024   23:10 Diperbarui: 27 Mei 2024   23:44 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perut lapar karena lelah mengelilingi Pasar Bringharjo, Yogyakarta. Tempat ini dapat dijadikan sebagai salah satu tempat singgah yang mengenyangkan perut. Dengan lokasi yang cukup stategis dengan Pasar Bringharjo, serta harga dan kulitas makanan yang dapat menggugah selera. Soto Kudus dan Dawet Ayu "Ala Bu Asti" adalah opsi terbaik untuk mencoba kuliner di Pasar Bringharjo.

Kuliner itu tidak hanya terkenal karena sudah didatangi oleh artis terkenal. Bisa saja kuliner tersebut diminati banyak masyarakat karena memiliki kisah menarik di dalamnya, memiliki cita rasa yang unik, ataupun harga yang terjangkau.

Salah satunya adalah Soto Kudus dan Dawet Ayu ini, usaha yang dimiliki oleh Bapak Jio yang telah didirikan sejak tahun 1998. "Ala Bu Asti" yang menjadi highlight dari tempat makan tersebut, marupakan nama istri dari Bapak Jio. "Bu Asti istri saya, menciptakan resep berdua, browsing-browsing resep, praktek, perbandingan jajan Soto Kudus di Kudus langsung, sudah berani perang, ternyata satu jalan, alhamdulillah sukses bersama" tururnya.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Berlokasikan di lantai 3 Pasar Bringharjo, pojok dekat dengan toilet dan food courts. Tempat makan Pak Jio terpampang di depan dengan display warung yang unik yaitu dengan grobak khas penjual soto dengan grobak dawetnya. Perbandingan antara Soto Kudus dengan Dawet Ayu khas Banjarnegara inilah yang menjadi keunikannya. Berjualan di Yogyakarta, namun menghidangkan makanan khas dari dua kota yang berbeda.

Soto Kudus sendiri yang tercetus karena hobi Bapak Jio berkuliner dan keahliannya dalam memasak soto. Sedangkan Dawet Ayu khas Banjar ini bermula dengan "ada temen yang jualan, terus minta diajarin, lalu buka sendiri" ucapnya. Selain keunikan tersebut, Soto Kudus yang mulanya menggunakan santan dan daging kerbau kini disulap dengan bumbu Ala Ibu Asti yang tentunya tidak jauh berbeda dengan yang aslinya.

Cita rasa yang tidak pernah diubah sejak tahun 1998 menjadikan tempat makan Pak Jio ini digemari oleh pengunjungnya. Kepuasan konsumen menjadi kunci yang dipegang olehnya. Stok makanan yang akan selalu dilebihkan setiap harinya "mending dilebihin bahannya, daripada kurang dan kehabisan" katanya. Tempat makan ini beroperasi mulai pukul 09:30 WIB hingga 16:30 WIB. Tak kalah menariknya harga-harga menunya sangat terjangkau.

Dengan durasi waktu hampir 26 tahun lamanya, usaha Bapak Jio ini sudah mengalami jatuh bangun yang luar biasa hebatnya. Bermula dari Pak Jio yang menjadi pelayan disalah satu food courts di matahari mall pada waktu itu. Lalu berhujung mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pada masa itulah Pak Jio mulai bangkit dan merintis usahanya sendiri dengan Ibu Asti istrinya.

Tempat makan pertama kali dibuka bertempat di salah satu food courts Matahari Mall dimana Pak Jio Bekerja dahulu. Kemudian memiliki cabang yang pertama di Mall Saphir Square Yogyakarta pada tahun 2006, namun harus tutup karena terkena dampak dari gempa tahun 2012 silam. Cabang yang kedua yakni di Malioboro Mall, namun lagi dan lagi harus tutup dikarenakan konflik yang terjadi disana pada 3 bulan yang lalu.

Bahkan ketika covid-19 menyerang Indonesia waktu itu, membuat Pak Jio amat menurun drastis "ora mung jatuh mba, jatoh sambil ndelosor-ndelosor, hampir 2 tahun vacum mau ngga mau harus nambah penghasilan sendiri, jualan keliling pake gerobak" (ngga cuma jatuh mba, jatuh sampai terjungkal-jungkal, hampir 2 tahun vacum ya mau ngga mau harus nambah penghasilan sendiri, jualan keliling pakai gerobak).

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Selain corona Pak Jio mengeluhkan karena letak tempat makan berada di lantai 3, membuat tempatnya jarang dijangkau oleh orang-orang dan frekuensi pengunjungnya rendah. Namun Pak Jio tidak pernah menyerah untuk selalu berjuang setiap harinya. Hampir 30 mangkok Soto Kudus dan 60 gelas dawet ayu habis terjual setiap harinya.

Dengan jarak rumah yang cukup jauh untuk ditempuh, tidak membuat Pak Jio mengeluh. Sudah puluhan tahun menggeluti dunia food and beverage membuat Pak Jio mengerti bagaimana susah payahnya bergelut dalam bidang tersebut. Hal inilah menjadi semangat Pak Jio dalam menjalani usahanya, terutama mendapat respon yang baik dari konsumennya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun