Mohon tunggu...
Iqlima Ailisa
Iqlima Ailisa Mohon Tunggu... Freelancer - Part of me

Kopi, kata, kita.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kupeluk Lukaku

15 Januari 2020   07:46 Diperbarui: 15 Januari 2020   07:44 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sejak malam memeluk lukaku,

Semua kata tentangmu telah terlelap.

Berangsur kopi mulai pahit kembali,

dan detak mulai melemah lagi.

Aku berjalan dengan satu kaki, kulatih meski tertatih agar terbiasa tanpa kaki lain.

Purnama meredup di matamu,

Aku tak lagi berdegup di hatimu. 

Sedang hati tercabik kenangan, hujan tak lagi membasahi jalanan kota. 

Ia membanjiri mata dan pipi seorang perempuan pendoa.

Aku mendengar seluruh kota mengamini,

dan seorang laki-laki dikebumikan dengan kata-kata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun