Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... -

Ketika saya memutuskan untuk menulis, maka ada satu hal yang sangat menggebu-gebu di dalam pikiran saya untuk di bagikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajar Ikhlas

31 Juli 2013   09:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:48 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ikhlas? Yang terpikir dalam pikiran Anda mungkin  alim, sabar, tidak dibayar, taat beragama. Anda boleh memberikan definisi apa saja tentang ikhlas. Yang pasti hidup kita ini harus ada ikhlasnya, setidaknya sedikit harus ada. Kenapa begitu? Karena hidup di dunia ini tidak selalu seperti apa yang kita mau. Penentuan rencana kita adalah Allah. Banyak rencana yang tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Banyak keinginan sering tidak terjadi. Toh kita juga hidup dimuka bumi ini hanya sebagai khalifah Allah yang diberikan kebebasan oleh Allah tapi Allah yang mengatur segalanya untuk kita. Kondisi inilah terkadang yang menumbuhkan rasa kekecewaan untuk kita yang acap kali berujung kepada ketidakikhlasan kita menjalani hidup ini.

Sebuah hadist juga memberikan pesan sangat dalam kepada kita bahwa iman manusia terdiri dari dua komponen yaitu dari kesabaran dan keikhlasan. Dua komponen ini yang menyelamatkan manusia dari dunia ini karena semakin sabar dan ikhlas kita makan semakin kuat iman kita. Dan sebaliknya, semakin tidak sabar dan ikhlasnya kita maka semakin turun iman kita. Ayat-ayat Allah juga tidak sedikit mengingatkan manusia supaya meningkatkan hidup ini dengan keikhlasan karena dengan keikhlasan juga lah kita bisa menuju tuhan.

Inti yang bisa kita pegang adalah bahwa dalam kehidupan ini, apa pun itu harus dilandaskan dengan keikhlasan. Baik itu keikhlasan dalam hidup, keikhlasan dalam bekerja, keikhlasan dalam berubah tangga, dan keikhlasan dalam menerima musibah atau cobaan.

Kalau kita kaitkan keikhlasan dalam dunia pendidikan maka kita akan terbayang guru datang ke kelas, mengajar dengan dedikasi tinggi, dan mereka tidak dibayar. Tapi kenyataannya tidak juga seperti itu. Ikhlas bukan masalah Anda dibayar atau tidak. Ikhlas adalah masalah hati dimana Anda mengajak hati Anda  untuk memberikan sesuatu kepada orang lain karena mereka sudah selayaknya diberikan bantuan, dan itu semua terlepas apakah Anda dibayar atau tidak. Karena tidak semua hal di dalam dunia ini harus dinilai dengan materi.

Mengajar ikhlas sama artinya guru mengajar dengan penuh dedikasi dan keprofesionalitasnya. Mengajar dengan niat ibadah kepada Allah. Mengajar dengan membantu orang lain yang tidak tahu. Mengajar semata-mata mengharapkan imbalan dari Allah. Dan yang terpenting adalah mengajar dengan ikhlas menyadarkan kita bahwa sebagai khalifah muka bumi bahwa kita di pilih oleh Allah untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Bukan kah pesan itu sangat luar biasa? Jadi apa yang membuat guru tidak mau mengajar dengan ikhlas?

Zaman materialitik sekarang ini telah menghiptoniskan kita bahwa sesuatu itu harus dengan ada imbalan, bahwa sesuatu itu harus ada uang-uang dan uang. Masih ada tidak orang yang mengajar dan dia rela tidak dibayar? Mungkin saja ada. Tapi seberapa sanggup dia bertahan untuk tidak dibayar? Bukankah dia membutuhkan uang untuk kehidupannya. Pertanyaan itu akan bertubi-tubi keluar dari mulut Anda, mungkin. Seperti apa yang saya katakan bahwa mengajar ikhlas bukan mengajar karena ada uang. Mengajar ikhlas adalah mengajar dengan penuh keyakinan bahwa ilmu Anda adalah milik Allah dan  dan Anda hanya ditugaskan untuk membantu orang lain melalui Anda, dan biarlah Allah yang membayar segalanya untuk Anda.

Waduh kok sok alim dan agamais sekali ya kesannya. Satu sisi sih iya. Tapi apa yang saya katakan ada benarnya bahwa ikhlas itu permainan hati, yaitu permainan hati Anda dengan Allah, dan itu menjadi rahasia Anda dengan Allah. Dan Allah yang tahu seberapa ikhlasnya Anda dalam melakukan sesuatu. Dan  Anda bisa berpendapat apa saja mengenai keikhlasan. Karena ikhlas itu ada di setiap diri orang dan orang akan memaknai keikhlasan dengan cara mereka masing-masing.

Untuk zaman sekarang ini, saya berani katakan sedikit sekali guru yang mau mengajar dengan ikhlas. Ini terlepas dia dibayar atau pun tidak ya. Kalau semua guru mengajar dengan ikhlas maka semua anak didik kita pasti sudah pintar semua. Nah loh? Apa hubungannya? Hmmm. Mari kita lihat contohnya. Misalnya saja nih. Ibu Aminah mengajar di kelas 2 SMA dan di kelas itu ada anak bandel. Namanya anak bandel pasti sangat mengganggu dikelas. Ibu Aminah memang orang yang punya jiwa mengajar tinggi. Dedikasinya sangat antusias untuk mengajar. Kehadiran satu anak bendel dikelas cukup menguras tenaga ibu Aminah. Sekali bahkan sampai 4 kali dia masih bisa bersabar di dalam kelas dan masih mau mengajarkan si anak bandel tersebut. Pertanyaannya adalah apakah ibu Aminah masih masih terus mau mengajar si anak bandel itu kalau dia tetap bandel di kelas? Saya ragu kalau ibu Aminah masih mau memperhatikan anak bandel itu.

Cerita ibu Aminah adalah cerita kita semua. Sejauh mana rasa ikhlas kita membantu anak bandel itu supaya dia menjadi baik dan bisa dalam pelajaran. Dan sejauh mana dikatakan kita telah berusaha membantu anak didik kita yang tidak bisa dalam pelajaran kalau kita sudah begitu mudah menyerah  ditengah jalan karena putus asa, kecewa, dan kesal kepada mereka. Berbicara mengajar ikhlas maka kembali lagi berbicara sejauh mana kita mau menghadiri tubuh dan jiwa kita untuk membantu anak didik kita yang tidak tahu. Tidak ada anak yang bodoh. Tidak ada anak yang tidak bisa diajarkan. Yang penting Anda tidak memakai alasan saja untuk melepastugaskan ini semua. Hanya dibutuhkan keikhlasan Anda saja dalam mengajar. Itu saja kok.

Karena itu pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal karena gurunya tidak ikhlas dalam mengajar. Setuju tidak dengan kalimat itu? Kalau Anda sebagai guru akan kembali bertanyan. “Emang sejauh mana bapak-bapak/ibu-ibu tahu bagaimana kami mengajar? Kan faktor berhasil atau tidaknya suatu anak kan bukan hanya dari guru.” Mungkin kalian benar, kami sebagai orang luar tidak tahu menahu apa yang ibu atau bapak-bapak ajarkan di dalam kelas tapi kami sebagai orang luar kan melihat hasil akhir. Hasil akhir selama ini juga mengindikasikan bahwa guru sendiri tidak mampu mengajar dan ditambah mereka tidak mendalami apa yang mereka ajarkan dan tidak tumbuh rasa ikhlas bagaimana seharusnya mengajar dengan baik.

Mengajar ikhlas maka Anda seperti melakukan satu kegiatan tapi mendapatkan 2 keuntungan. Keuntungan di dunia Anda mendapatkan gaji setiap bulannya, atau mungkin sekolah Anda memberikan Anda intensif atau bonus-bonus lainnya. Keuntungan kedua adalah Anda mendapatkan reward atau pahala yang tidak terbandingkan dari Allah. Dan Anda semakin menjadi pribadi  hebat, tahan banting, super teacher yang mampu mengajar dimanapun kondisi siswa dan tempat Anda mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun