Dalam situasi sulit dan tak menentu, cemas terhadap banyak hal, termasuk karir ke depan, adalah lumrah. Terutama bagi kaum muda usia 20an yang mulai masuk ke fase dewasa.
Elizabeth Sagran dalam bukunya yang berjudul The Rocket Years: How Your Twenties Launch the Rest of Your Life menjawab persoalan ini dari sudut pandang yang tak biasa. Menurutnya, ketakutan dan rasa cemas terhadap karir adalah hal yang wajar dan pasti dirasakan oleh setiap orang. Tak terkecuali remaja.
Ketika itu terjadi, remaja akan mendapatkan tekanan dari berbagai sisi, seperti keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosialnya. Pada satu titik, kondisi ini akan menimbulkan kemelut (chaos) dalam diri. Meski sulit dan berat, chaos ini adalah fase yang harus dilewati.
Di fase ini, seseorang akan merasa stuck, tak berdaya, penuh keraguan, merasa terlambat dan tertinggal, membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, hingga kesulitan untuk tidur di malam hari sambil gelisah dan bertanya-tanya "kapan harus resign dari pekerjaan saat ini?"
Namun, selain penuh dengan ketidakpastian, fase ini juga memiliki peluang. Liz Segran menuliskan,Â
"Your twenties will be an extended period of professional exploration."Â
Untuk mendapatkan dream job, pencarian atau eksplorasi harus dilakukan.
Hari ini, sebagian besar orang telah 'gonta-ganti' pekerjaan, berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, rata-rata sebanyak 12 kali di sepanjang karirnya. Dan itu terjadi di usia-usia 20 hingga 30an. Liz Segran menyebut orang-orang yang melakukan ini sebagai professional job-hopper.Â
Pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya ternyata cukup dianjurkan di usia muda. Ada cukup banyak manfaatnya, seperti menambah skill baru, peluang menambah penghasilan, kenalan dan networking, dan mendapatkan banyak pengalaman berharga.
Apakah ada kriteria, berapa lama seseorang harus bertahan di satu pekerjaan sebelum 'loncat' ke kesempatan yang baru?
"As long as you stay at each job for at least one or two years, it won't be a mark against you to jump around."