Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Total Digital, Sepotong Kehidupan Manusia Pasca Pandemi

4 November 2020   08:45 Diperbarui: 30 November 2020   12:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh August de Richelieu dari Pexels

Hidup di masa pandemi memang banyak perubahan. Anda dan saya tentu sependapat banyak hal yang berpindah ketika pandemi melanda. Bekerja di mana saja, memasak makanan sendiri, menghindari kerumunan, berbelanja seperlunya, melakukan hobi-hobi baru, nonton streaming dari pagi hingga malam hari, atau mengikuti kelas-kelas online hanyalah sebagian kecil dari hal yang seolah dipaksa masuk ke dalam hidup kita.

Anda pasti bertanya-tanya, sebagaimana saya juga bertanya pada diri sendiri. Akankah situasi ini kembali ke sedia kala? Dapatkah kita kembali melakukan hal-hal yang pernah kita anggap normal sebelum pandemi?

Pada 1920-an, pasca flu Spanyol melanda, masyarakat kembali beraktivitas seperti sedia kala. Contohnya, kala itu, kembali ke kantor dan pergi ke pabrik untuk bekerja dan menyambung hidup adalah satu-satunya pilihan. 

Mau cari hiburan, manusia harus pergi ke gedung pertunjukan atau taman-taman di kota. Mau berbelanja bahan makanan dan pakaian, manusia harus tetap pergi ke pusat-pusat perbelanjaan. 

Faktanya, sejarah tak selalu berulang. Kadang, proses-proses tertentu adalah one-way ticket menuju kehidupan yang sama sekali baru. Irreversible, inevitable. 

Sekarang? Kondisi-kondisi itu sudah ketinggalan zaman. Selama kurun waktu dua puluh tahun ke belakang, kita sudah menyaksikan bangkitnya perekonomian digital dan teknologi yang memungkinkan kita melakukan hal-hal tadi, tanpa harus beranjak dari rumah, berdesak-desakan di transportasi umum, atau berjam-jam terjebak dalam kemacetan lalu lintas. 

Hari ini, kita hidup di era digital. Hampir semua hal terkoneksi. Dan perlu saya katakan, COVID-19 telah meruntuhkan hambatan terbesar dalam eskalasi digital, yakni human attitude.

Perusahaan dan Pekerja Sama-sama Berbenah

Tak dimungkiri, banyak orang yang terjebak dengan cara pandang dan perilaku lama dalam merespon teknologi. Beberapa dari kita masih ragu untuk melakukan pembayaran online melalui kartu kredit misalnya. 

Ada juga yang sangat anti terhadap kelas online. Beberapa yang lain juga tak mau membuat janji dengan dokter melalui platform. Namun, pandemi memporak-porandakan semua ini. 

Perilaku lama 'dipaksa' untuk berubah. Perubahan ini pun tak hanya terjadi pada manusia saja, melainkan juga pada perusahaan-perusahaan besar yang selama ini terjebak dalam cara pandang lama, yang seolah-olah enggan masuk ke dalam perilaku digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun