Di mana letak olahraga pada game?
Jawaban ini kadang sering banyak pihak yang mengeryitkan dahi. Saya mencontohkan itu semua mirip dengan olahraga balap atau pacuan kuda, benda (motor/mobil) dan hewan pacuan yang bekerja atau yang berkompetisi dan sang atlet "dianggap" hanya naik dan menungganginya. Akan tetapi balap tergolong olahraga.
Harus Anda ketahui bawah atlet balap (motor/mobil) dan joki  adalah atlet super terpilih. Mereka harus menjalani latihan yang super berat seperti ketahanan inti tubuh, keseimbangan, dan koordinasi. Bagaimana tidak, sang atlet harus tetap fit dalam melahap lap dan menjaga keseimbangan (bahkan mengurangi angka berkedip) saat membalap.
Mereka harus mengambil keputusan penting pada kecepatan tinggi yang andai saja telat bisa membahayakan nyawanya dan orang lain. Wajar bila atlet balap punya bayaran yang besar setara dengan olahraga populer kini.
Beralih ke game, hampir serupa dengan atlet balap karena mereka punya kemampuan khusus. Bukan hanya sebatas anak rental karena E-Sport saingannya punya jam yang cukup tinggi. Butuh skill, taktik, pengambilan keputusan, dan pastinya mental. Para atlet butuh koordinasi tangan dan mata yang cukup cepat serta pengambilan keputusan serba cepat andai ia atau timnya tersingkir. Hampir mirip dengan olahraga balap, hanya saja ia bermain di dunia maya dan pastinya nyawa tidak jadi ancaman seperti para pembalap.
Ada sejumlah game E-Sport yang dipertandingkan jenisnya. Mulai dari Fighting Games,First Person Shooter (FPS), Real-Time Strategy (RTS), Sport Games, dan Racing. Pada Asian Games 2018 ada sejumlah game ternama yang dimainkan sejumlah negara peserta. Mulai dari PES 2018, Heart Stone, Clash Royale, League Legends, StarCraft, dan AOV (Arena of Valon).
Dahulu game sering dianggap menghabiskan uang serta butuh perangkat mumpuni. Sebuah PC, konseol dan laptop gaming butuh biaya besar. Mulai dari grafis dan daya tahannya. Namun kini game dianggap investasi bagi mereka yang berkat. Bukan hanya sekedar saja tapi bisa ke level dunia.
Hadiah yang ditawarkan buat cabang E-Sport tidak main-main, yaitu miliaran rupiah. Belum lagi mengasah kemampuan serta semangat game sebagai hobi yang menghasilkan. Anggapan game pekerjaan yang sia-sia kini bukan isapan jempol belaka. Tetapi malah berkah tak terduga, siapa sih yang tidak senang dengan hobi dibayar. Jadi gamer adalah buktinya.
Sebagai perbandingan di tahun 2017 diadakan event tahunan The International 7 yaitu turnamen DOTA 2 (dimainkan secara kelompok). Rekor pemenang pun tidak main-main, total hadiah mencapai angka $37,7 juta (Rp492 miliar). Pemenang bisa membawa pulang uang sebesar $10,8 (Rp140 miliar).
Sedangkan hadiah E-Sport perorangan memang hadiahnya tidak sebesar game tersebut. Namun cukup menggiurkan. Pada sejumlah Turnamen PES atau FIFA League, pemenang dapat membawa pulang hadiah hingga $200 ribu (2,6 miliar). Tak heran nantinya pamor game bisa setara atlet olahraga terkemuka yang punya banyak penggemar. Dan bahkan punya basis fans yang tak kalah besar dan jadi cita-cita setiap anak di masa depan.
Bukan hanya sebatas E-Sport saja, sejumlah game mampu menghasilkan dari berbagai proses tanpa harus ikut kompetisi. Sejumlah misi yang dihadirkan seakan mampu menghasilkan pundi-pundi uang fantastis. Ada fitur trading yang sangat menguntung para pemainnya, sehingga bisa diuangkan dalam jumlah menggiurkan kelak.