Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menakar Peluang Bisnis Kedai Kopi di Banda Aceh

20 Oktober 2016   15:03 Diperbarui: 20 Oktober 2016   21:59 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Nasionalisme.co

Sebagai orang awam yang kurang paham akan enak atau tidak kedai kopi, mereka menggunakan indera visual dari jumlah pengunjung yang datang. Mereka yang datang pasti pelanggan setia dan sudah sangat lama duduk di kedai kopi tersebut. Andai kedai kopi itu sepi pengunjung pada jam-jam istirahat melepas penat setelah dibantai aktivitas sehari-hari. Apalagi letaknya yang sangat strategis, itu layak dipertanyakan usahanya. Terlihat aneh termasuk bagi pengunjung awam, pasti ada hal yang sesuatu hal yang membuat pengunjung tidak duduk di situ.

Lokasi strategis, Memberi peluang yang sangat besar akan usaha maju ke depan. Walaupun harus membeli atau menyewakan pertokoan dengan harga yang lumayan mahal, keuntungan yang didapatkan pasti besar mengingat magnet manusia yang lalu lalang dan singgah ke kedai kopi itu akan besar. Kesempatan ini tidak bisa disia-siakan apalagi punya tanah dan pertokoan di lokasi seperti itu. Tak perlu uang keluar untuk membeli atau menyewa toko, cukup mengembangkan dan membuat sesuatu unik dibandingkan usaha yang ada di sekitar. Insya Allah, usaha berjalan sukses.

Makanya lokasi jadi target utama bagi para pengembang yang sudah punya nama besar di bidang usaha kedai kopi untuk mengakusisi pertokoan ataupun tanah untuk menambah cabangnya. Masalah harga yang melambung sudah masuk ke dalam perhitungan rinci mereka.

Cita rasa, Lidah memang tak bisa bohong, apalagi lezatnya kopi beserta panganan khas Aceh yang menggugah selera para pengunjung. Kedai kopi yang punya andalan berupa kopi bercita rasa tinggi dengan biji-biji kopi pilihan dari daratan tinggi Gayo dan disaring oleh Barista nan handal. Menghasilkan kopi yang nikmat untuk oleh para pelanggan, siapa saja yang mencicipi pasti jatuh hati dengan cita rasanya. Faktor cita rasa kopi yang terkenal, menjadi nilai tambah untuk menu lain terasa spesial.

Implikasi peluang itu berjalan berdampingan, menu lainnya menjadi daya tarik. Serta memungkinkan penjual (selain kopi) bisa berupa penjual Mie Aceh, martabak telur, nasi goreng dan sebagainya itu kecipratan rezeki.

Pelanggan setia, Mengapa kedai kopi kampung tetap ramai walau banyak berkembang kedai kopi konsep modern?

Karena mereka punya pelanggan setia yang sudah duduk di situ sejak lama. Saya rasa pelanggan setia menjadi alasan kuat tak perlu sesuatu yang mengikuti zaman. Tak harus di pertokoan mewah berkonsep unik dan ber-Wi-Fi ngebut. Malahan banyak kedai kampung berbentuk sangat sederhana, sempit, masih berlantaikan semen kasar dan beratap seng tua, namun pelanggannya sangat setia untuk datang, umumnya masyarakat sekitar. Ini menyimpulkan bahwa modernitas tak mampu mengubah kesetiaan.

Kata-kata favorit di kedai kopi langganan berupa: Bang... seperti biasa (merujuk pesanan yang diinginkan ngopi pelanggan setiap)

Selain itu faktor dekat rumah jadi alasan tak perlu pergi jauh-jauh. Tak harus menyalakan kendaraan, melawan macet dan bayar parkir. Cukup jalan kaki dan berpakaian biasa sudah bisa merasakan suguhan kedai kampung. Hiburan papan catur, koran hangat hari itu, dan kursi malas adalah ciri khas kedai kopi kampung yang tak pernah lekang digerus zaman. Alangkah nikmatnya duduk di “kursi malas” sambil membuka lembar demi lembar koran ditemani segelas kopi.

Pelayanan optimal, Menurut saya kedai kopi favorit harus punya pelayanan nomor 1 agar mampu bersaing dengan kedai kopi lain. Setiap pelanggan yang datang pasti ingin segera dilayani atas pesanannya. Kekecewaan datang saat dahaga dan perut keroncongan ditambah meja yang diduduki masih dipenuhi gelas-gelas sisa pengunjung sebelumnya. Saat pelayan dipanggil ia seperti mengacuhkan pelanggan.

Hmm.. ini sepertinya dia ngga mau duit dari pelanggan dan pelayanannya minus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun