Mohon tunggu...
Iqbal Rupe
Iqbal Rupe Mohon Tunggu... Freelancer - Pedagang

Hobi nulis gak jelas

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Singa, Sang Penjelajah Teluk Waworada

11 Juni 2023   15:07 Diperbarui: 11 Juni 2023   15:54 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc. facebook:rappu.mareppo

Kala senja bergulir, ucapan salam memecah keheningan, menggelegar seperti kilatan petir. Saraf-sarafku terhenti, tak berdaya menelusuri aliran darah dan oksigen menuju otak. Tubuhku merespons dengan terbangun, mengarahkan langkah menuju pintu. 

Dua sosok muda berdiri di hadapan pagar setinggi 1,2 meter. AR dan AH, begitu mereka dipanggil. Wajah mereka tersungging senyum.
Dari pintu hingga pagar, terbentang jarak 15 meter. 

"Sungguh tidak sopan," gumam hatiku dalam diam.
"Sedang apa ente, bro?" tanya AH.
"Tadi tidur siang, bro," jawabku.
"begini, saya mau ajakin ente buat mancing, bro. Ente minta sampannya Singa itu broo, kan ente yang dekat sama dia itu, kebetulan, mereka akan keluar sore ini," ajaknya.
"Ini pemanfaatan sepertinya," curiga ku.

cara-cari ini mirip seperti strategi mawar atau melati, aksi penjarahan revolusi Bolshevik.
"Tapi biarlah," pikirku, melunakkan pikiran licik yang mulai melawan.

Berbagai peralatan mancing tersusun dalam ember: tasik, senter, umpan, kail, pemberat, dan lainnya. Meski bukanlah seperti para nelayan yang menjelajahi lautan dan samudera, sampan yang kami naiki berukuran 5x0,5 meter. Dilengkapi dengan kantir di sisi kiri dan kanan yang lebih panjang. Mesin ketinting menjadi andalan sampan ini. 

Ia diberi nama Singa, pemberian dari mertua AR. Ukurannya yang pas untuk kami bertiga. Singa mampu melaju dengan kecepatan 30 hingga 50 km per jam dengan konsumsi bensin sekitar 1 liter per 50 km. Ia memang irit dan mungkin itulah mengapa para nelayan lebih memilih mesin ketinting untuk melaut.

Tujuan kami kali ini adalah menuju Keci. Pukul 07.00 malam. Keci menyambut kami dengan kegelapan. Dalam kegelapan itu, AH berdiri tegap di depan sampan. Senter yang ia bawa tertinggal di Tuta Soro. Ponsel Nokia menjadi penggantinya. Ia memandang ke dalam air, menggunakan matanya, pendengaran atau indera mana yang sedang bekerja.

Dalam kegelapan, AH mengayuh sampan perlahan, mencari tempat yang tepat untuk melepas jangkar sampan. Bagi orang awam, tindakan ini mungkin terlihat mustahil dilakukan. Tapi tidak bagi AH, naluri tajamnya mampu membimbingnya. Jangkar sampan turun, tasik pun ikut terjun.

Tiba-tiba, AR meraih strike pertama. Pria yang penuh tingkah dan usil ini melengking di belakang sampan, sambil memperlihatkan ikan kerapu hitam sebesar lima jari.

Tasikku seketika meliuk-lukang ditarik oleh ikan. Dalam kegelisahan, ku tarik tasikku agar tidak terjerat di karang. Akhirnya, seekor ketambak berhasil tertangkap pada rel sampan.

Tak ketinggalan, AH pun tengah menarik ikan dari depan. Selama kurang lebih 30 menit, kami terus menarik berbagai jenis ikan karang tanpa henti. Ember berdiameter 20 cm hampir penuh dengan ikan-ikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun