Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Ramadhan
Muhammad Iqbal Ramadhan Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin sunan kalijaga fakultas sosial dan humaniora prodi ilmu komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Post Modern Era

17 Desember 2013   08:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 5312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Realitasnya, kita sekarang berada di zaman Post modern, apa itu Post Modern? Post modern adalah masa dimana, suatu hal dapat mudah sekali terganti dengan suatu hal yang baru jika hal tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hal yang yang lain.  Semua penilaian  hanya terdapat pada rasa. Dalam artian pada Post modern ini apa pun bisa menjadi seni. Perbedaan antara media dan realitas telah runtuh, masyarakat post modern sekarang hidup dalam sebuah 'realitas'  yang didefinisikan oleh gambar dan representasi .  Keadaan ini yang disebut sebagai keadaan hiper-realitas. Semua ide-ide tentang 'kebenaran' hanya berfungsi sebagai klaim.

Postmodernisme juga dikatakan mencerminkan perasaan masyarakat modern dengan rasa keterasingan, rasa tidak aman dan ketidakpastian mengenai identitasnya, sejarah, kemajuan dan kebenaran dalam dirinya.  tradisi seperti agama, keluargaaan mulai memudar.  dalam Post modern, hal-hal  tersebut lah menurut mayarakat post mdern yang membantu mengidentifikasikan diri dan pembentuk sikap.

Penulis pada postmodernisme (seperti Lyotard, Baudrillard dan Jameson) berpendapat bahwa perubahan ekonomi baru-baru ini diproduksi sebagai suatu 'bangunan rasa' tertentu atau 'logika budaya'. Masyarakat Post modern  adalah bagian dari masyarakat yang lebih visual, 'masyarakat tontonan'  karena masyarakat paotmodern didominani oleh televisi dan internet .

implikasi hanyalah bentuk dari realitas media, karena pengertian kita tentang realitas sekarang dikatakan benar-benar didominasi oleh gambar dari berbagai jenis media yang populer, bentuk-bentuk budaya tidak bisa lagi dijadikan sebagai 'cermin realitas', karena realitas itu sendiri digambarkan oleh iklan, film, video game , dan gambar televisi. Selain itu kapasitas pencitraan digital membuat kebenaran menjadi sebuah pengklaiman. Contohnya ketika kita berpikir tentang penggunaan Photoshop di majalah dan gambar iklan. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa iklan juga tidak lagi mencoba serius untuk meyakinkan kita tentang kualitas yang nyata pada produknya 'tapi, hanya menunjukkan kepada  kita kepalsuan tentang sebuah produk.

Media Postmodern disebut juga sebagai Hibriditas estetika -. Dikatakan bahwa semua perbedaan antara budaya  telah hilang, atau menjadi kabur dalam kata lain, pada era post modern, budaya yang ada sudah mulai memudar dan tidak menutup kemungkinan bahwa lama-kelamaan budaya tersebut akan hilang dan digantikan oleh budaya-budara baru. Serangan post modern tersedia melalui video dan teknologi komputer, hal ini dapat dilihat dari beberapa film-film  dan acara di televisi, internet dan lain-lain yang selalu memberikan contoh yang sangat baik dari proses post modern ini.

pada masa ini, aspek suatu gaya memberikan makna yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan fitur gaya dari yang lain. artinya, pada masa ini terdapat banyak sekali model-model gaya yang dapat dibedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainya. contohnya  kombinasi dari Doc Martens mengenai gaun musim panas yang dikenakan oleh gadis-gadis.

Di masa ini, sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang fiksi, terutama dalam film dan reality yang ditayangkan di TV atau majalah selebriti. Seperti yang ada dalam film The Matrix,Blade Runner atau film fiksi lainya . "Apakah itu manusia sungguhan atau buatan '?

Banyak hal yang dikatakan sebagai suatu ketidakpastian dan relativisme.

Budaya yang telah ada sejak lama, pada masa ini mudah sekali terkikis dengan budaya-budaya yang baru.

Postmodernis mengklaim bahwa di mana ketika kita terus-menerus tenggelam dalam media maka media tersebut adalah realitas yang baru untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun