Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Ramadhan
Muhammad Iqbal Ramadhan Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin sunan kalijaga fakultas sosial dan humaniora prodi ilmu komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Piye Iki? :(

25 Desember 2013   13:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenernya ada  rasa penasaran dan sejuta pertanyaan yang menghantui kepala saya  ketika melihat foto senyum dari seorang mantan presiden yang punya julukan  ”The Smiling General” ini terpampang di mana-mana, difoto itu ditampilkan sosok dari mantan presiden R.I pak Harto sedang senyum dan mengangkat tangannya dengan ucapan “Piye kabare, Enak jamanku toh?”. Dugaan  saya foto-foto itu hanya bertahan sebentar, biasanya kan gitu, hal-hal yang seperti itu mudah sekali memudar,  akan tetapi ternyata dugaan saya salah !!! semakin hari semakin banyak foto-foto mantan presiden Indonesia di masa orde baru itu saya jumpai. Sekarang bukan hanya yang bentuknya stiker yang menempel di mobil saja, akan tetapi foto-foto pak Harto itu sudah melekat dibaju, tas jinjing , stiker ponsel dan topi. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat fenomenal karna menjelang pemilu 2014 yang akan datang, foto-foto pak Harto tersebut semakin banyak dan bergelempangan di mana-mana. Sebut saja sebuah daerah yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di jalan malioboro, di sana banyak sekali souvenir-souvenir yang menempalkan foto pak Harto. Sebenarnya ada apa dengan “piye kabare, enak jamanku toh?

Ada rasa aneh ketika foto pak Harto senyum yang  menggunakan bahasa Jawa “Piye kabare, enak jamanku toh?” ini terpampang bukan hanya diwilayah jawa saja, akan tetapi juga terpampang luar wilayah jawa. Waktu saya pulang ke Riau , saya sering menjumpai foto seperti itu di belakang bagian gerobak mobil.

Salah satu pemilik mobil yang saya jumpai itu tenyata sukunya adalah melayu.  Padahal yang punya mobil itu orang melayu, lah piye toh?? Kok  iso?? (bagai mana ya? Kok bisa?)

Penasaran  Saya coba tanya sama yang punya mobil itu, ternyata dia tahu artinya. Terus saya tanya lagi..ceritanya saya belum puas ni dengan jawaban dari si pemilik mobil. Saya tanya lagi ke bapaknya, kenapa bapak itu masang stiker pakharto itu rata-rata di mobil truk yang dia punya. Eh setelah agak lama berbincang-bincang, ngobrol-ngobrol, cerita-cerita sama bapakya rupa-rupanya bapak ini senang dengan kepemimpinan ala pak Harto. Lah kenapa begitu??.  Menurut bapak itu pada zaman Soeharto tidak ada rasa was-was saat berpergian dengan angkutan umum, darat, laut mau pun udara, baik pada siang hari hingga malam hari, bahkan sampai subuh. Ongkos bus, kereta api, angkutan pinggir kota sangat murah, terjangkau oleh masyarakat kalangan ekonomi lemah. Tindak kriminal pun sangat lemah Karena para penjahat, pelaku kriminal ditindak tegas. Setiap tahun, tidak ada perselisihan tentang penetapan: awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Ad'ha, semua golongan Islam serempak melaksanakan lebaran bersama. Tidak ada golongan Islam yang berani “ngeyel” dengan penetapan tersebut. Ohhh… ternyata gitu toh..
Menyinggung sedikit pembicaraan saya dengan salah satu pemilik dan perindu pak Harto tadi, maka timbul sedikit pertanyaan kok bisa ya gitu? Kok bisa zaman pak Harto jarang sekali orang yang “ngeyel” dibilangin? Dari hasil riset saya, Ternyata pak Harto itu orangnya anti kontroversi. Karna menurut pak Harto :“Kontroversi itu bisa menimbulkan dua kelompok, ada yang setuju dan ada pula yang tidak. Kedua pihak ini akan saling mempertahankan pendapatnya, bisa sampai gontok-gontokan. Nah disana muncul yang namanya pro dan kontra. Pro-kontra itu berbahaya, bisa mengganggu stabilitas nasional. Kalau stabilitas terganggu, kita tidak bisa membangun.”  Pantas saja pak Harto dijuluki sebagai bapak pembangunan.

Saya sebernya masih penasaran sekali dengan  foto-foto pak Harto senyum  dengan  tulisan bahasa Jawa yang jika di artikan maka artinya adalah “bagaimana kabarnya, masih enak zaman saya kan?
sebenarnya siapa insan  kreatif yang membuat hal demikian?? Apakah orang yang membuat itu
adalah insan yang memang benar-benar rindu dengan kepemimpinan dan masa-masa  pak Harto? Mungkin …..
atau apakah insan yang membuat itu adalah pendukung partai yang belambangkan pohon beringin? Bisa jadi…
tapi ya Wallahu a’lam…….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun