Mohon tunggu...
Iqbal Prawira
Iqbal Prawira Mohon Tunggu... Buruh - Pemetik Teh

Pecinta Pangan Lokal dan teknologi Pangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar tentang Kerendahan Hati dan Menghormati Lawan dari Tim Semifina…

9 Juli 2014   14:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Partai semifinal piala dunia kali ini mempertemukan tim sepakbola yg secara historis memang kuat. Brazil, Jerman, Argentinan dan Belanda adalah negara penghasil pemain berbakat dan terkenal, Meskippun hny Belanda saja yg blm pernah mencicipi menJadi juara dunia.
Ada catatan menarik yg perlu dipelajari d ajang semifinal ini adalah ttg kerendahan Hati dari Tim yg bertanding. Kerendahan Hati itu tercermin dari komentar pemain,pelatiih, Hingga legenda da masing negara. Mereka saling memuji kekuatan lawannya tanpa basa basi, tulus, sportif, tanpa menganggapp remeh, dan ikhlas. Siapapaun tau bahwa tim yang berlaga d sm final merupakan tim hebat dan kuat.

Hal tersebut d ungkapkan oleh pelatih Brazil dan juga didukung oleh Pelatih Belanda dan Argentina. Pelatih jerman, meskipun timnya dipuji sbg tim kuat dan konsisten, menambahkan lagi bahwa sbg tim kuat, kita harus tetap "memijakkan kaki d tanah" dan terus berusaha keras bermain utk menang. Van Gaal pun mendorong anak asuhnya utk tetap sadar bahwa mereka blm mencapai Final dan sgl kemungkinan bisa terjadi. Mereka harus tetap fokus dan menghormati lawan. Tak jauh beda dengan pernyataan pelatih Argentina yg didukug oleh sang kapten.

Pertandingan Brazil VS Jerman juga tersaji bagaimana tim menerapkan kerendahan hati dalam menghormati lawan. Ketika Jerman unggul 1 gol terhadap Brazil, wajar jika pemain Jerman merayakannya dengan gembira. Hal yang menarik adalah ketika Jerman menggandakan keunggulannya dengan cepat pada babak pertama. Para pemain Jerman merayakannya golnya. Tidak secara berlebihan dan emosional. Hany sekedar pelukan selamat dan diirngi dengan senyum. Tim jerman mengetahui bahwa lawannya yag kuat,Tim brazil, sdg Pincang d tinggal oleh bintangnya. Sebuah pelajaran nyata ttg kerendahan hati menghormati lawan.

Di akhir pertandingan, kedua tim saling bejabat tangan hangat. Tim pemenang memberi motivasi dan dukungan kepada tim yang kalah. Tim pemenang tidak Jumawa, krn mereka sadar masih ada pertandingan berat dan tim lebih kuat yg menanti. Sedangakan Brazil, sbg tim yang kalah, tampak Legowo menerima kenyataan. Meraka sadar bahwa mereka bermain tidak solid. Mereka ikhlas dan pasrah menerima kekalahan. Hingga saat ini belum ada Rilis resmi yang menyatakan bahwa tim brazil berkoar "mereka kalah karena kecurangan." d akhir pertandingan justru tim Brazil membuat lingkaran dan saling memotivasi pemain utk tetap semangat berjuang utk laga perebutan tempat ketiga.

Kerendahan hati dan Saling menghormati lawan adalah tindakan ksatria. Piala dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun