Dewasa ini Indonesia yang baru saja ulang tahun dengan usia 77th tepatnya dua belas hari lalu, dengan tagline "Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat" saya rasa kok malah semakin lecek saja warna merah putih ini.
Dari perkara pembunuhan anggota polisi dengan polisi, belum lagi ramainya timeline twitter ketika anggota DPR Kota Palembang memukul seorang wanita di SPBU cuma karena malas mengantre.
Saya pernah menulis bahwa Indonesia ini lagi sakit dan sakitnya kalau diibaratkan itu kanker stadium akhir di tulisan ini dua tahun silam.
Tagline Dirgahayu Indonesia ke-77 sudah bagus loh, "Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat". Masih di bulan Agustus padahal, semarak Kemerdekaan pun masih dapat dirasa, promo-promoan Agustusan juga masih belum habis. Bisa-bisanya ada kejadian Anggota Wakil Rakyat mukul rakyat.
Bendera semakin lecek, mau pulih lebih cepat bagaimana? Mau bangkit lebih kuat bagaimana?
Polisi badan keamanan paling tinggi yang harusnya memberi keamanan, perlindungan dan mengayomi kok dirasa jadi gak aman. Rakyat semakin sini semakin bingung, ngawurnya lamunan saya justru lama-lama Indonesia ini jadi Gotham dalam dunia nyata.
Wakil rakyat yang malas untuk antre di SPBU, mukul, itu saja sudah blunder menurut saya. Wakil rakyat ini kan adalah titipan ya, titipan dari rakyat. Orang-orang yang terpilih oleh kita sebagai rakyat kan, lah kok bisa mukul golongan yang memilih. Pada dasi, jas, dan juga saku baju, celana yang dipakai itu ada suara-suara rakyat loh.
Pulih lebih cepat? Wakil rakyatnya saja masih sakit parah kok, mau bangkit lebih kuat? Polisinya juga masih belum stabil kok.
Yang ada semakin lecek bendera merah putih. Ya, meskipun merah putih lecek saya tetap percaya dengan para zaim yang ada di sana.
Mencintai leceknya merah putih itu sudah panggilan hati, tenang saja itu sudah mutlak tertanam pada nurani rakyat kok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H