Ketika kita mengunjungi rumah makan, pasti selalu ada teh manis. Minuman ini selalu di jual oleh pedagang warung makan, baik kaki lima, warteg sampai restoran besar sealipun, dengan penyajian yang berbeda-beda. Akan tetapi ada satu hal yang sama, yaitu menggunakan gula pasir sebagai penambah rasa manis. Akan tatapi, sempatkan berfikiir, jika gula pasir diganti dengan gula lain?.
Dalam pandangan kita apa bila mendengar kata gula, pasti sebagian besar tertuju pada gula pasir, gula merah dll. Akan tetapi madu, pamanis, nasi, jagung, dan susu juga mengandung gula , walaupun tidak 100 %. Secara kimia, gula terdiri dari :
Sukrosa, contoh: gula pasir/gula putih
Glukosa, contoh: nasi, mie, es krim, permen, minuman sachet, botol dan soda
Dektrosa, contoh: gula jagung
Laktosa, contoh: susu sapi
Fruktosa, contoh: sirup jagung (gula buah), madu
Maltosa (gabungan glukosa dan fruktosa).
Gula pasir/ gula putih sebenarnya sangat berbahaya, karena pembuatan gula putih memakai unsur kimia untuk bahan pengkristal gula. Bahan pengkristal ini adalah unsur UREA. Prosesnya adalah ketika air tebu sudah dibersihkan, maka air tebu itu diberi berkarung-karung urea agar dapat mengkristal. Maka orang tersebut juga minum urea. Sifat urea ini adalah pengeras maka "pankreas" anda akan ikut mengeras. Dan tidak bisa bekerja sehingga timbul gula darah meninggi (diabet). Selain itu kadar glikemik gula pasir juga sangat tinggi sehingga beresiko besar menimbulkan diabetes.
Untuk mengukur tingkatan gula dalam makanan digunakan teori Glycemic Index (GI). Dimana Glycemix Index adalah angka pada suatu makanan yang menunjukkan seberapa cepat makanan itu meningkatkan gula darah setelah dikonsumsi. Makin rendah nilai GI, maka makin rendah kenaikan kadar gula darah yang berarti baik untuk kesehatan anda. Ada 3 tingkatan nilai GI dalam makanan
< 55 : Low GI