Waktu bergulir begitu cepat, sebentar lagi Zainudin akan masuk perguruan tinggi, berbagai ujian, cobaan dan rintangan telah dilaluinya dengan sabar, sayangnya, setiap manusia akan menghadapai kisahnya yang berbeda baik alur dan juga tokoh sampingan yang mungkin saja dapat mengubah alur ceritanya. Zainudin bertemu dengan seorang gadis nan cantik jelita, Maisyaroh, anak kepala desa, mereka bertemu di perpustakaan di pondok, saat itu, tanpa sengaja Zainudin menjatuhkan buku-buku yang dibawa oleh Maisyaroh, takdir memang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, di mana jalan hidup semua manusia sudah ditulis sebelum dilahirkan, Zainudin jatuh cinta pada pandangan pertamanya, dia lupa dengan tujuan hidupnya.
Perjumpaan menjadi perkenalan, lalu berubah menjadi sebuah kisah roman picisan, mereka berdua semakin dekat kemudian menyatakan cinta, Ayah Maisyaroh mendapatkan kabar dari orang-orang di sekitarnya kalau Maisyaroh menjalin hubungan dengan Zainudin, tentu saja berita itu membuat ayahnya Maisyaroh naik pitam, dia langsung menyuruh orang-orang suruhannya untuk membawa Zainudin kehadapannya.
"Kau ini siapa? Kau pikir, kau mampu menghidupi anak gadisku dengan ayat-ayat yang ada di kepala kau itu?" teriak ayahnya Maisyaroh saat Zainudin berada di hadapannya.
"Maafkan saya, Pak. Saya mencintai Maisyaroh," ucap Zainudin tegas.
"Hah... Cinta? Omong kosong," bentak ayahnya Maisyaroh.
"PLAK..." sebuah tamparan mendarat di pipi Zainudin, namun mata Zainudin tetap membara, "PLAK..." tamparan yang kedua juga mendarat dengan sangat keras.
Tamparan yang kedua itu membuat Zainudin tersadar, dia telah dibutakan oleh cinta, sejak saat itu dia sudah menetapkan di dalam hatinya, dia harus tetap berada pada jalan yang lurus, jalan yang sejak awal dia pilih, dia berjanji pada dirinya untuk pergi meninggalkan Maisyaroh.
***
Satu tahun berlalu, Zainudin mendapatkan beasiswa ke Mesir, dia sudah benar-benar lupa dengan Maisyaroh, yang ada dipikirannya saat itu hanya mengejar akhirat saja, dia ingin membuat ayah dan ibunya bangga di alam sana, hingga suatu ketika datang sepucuk surat dari temannya di pondok, sebuah berita yang mengabarkan bahwa Maisyaroh membutuhkan Zainudin, dia sakit, tidak mau makan, bahkan seperti orang yang sudah tidak waras.
Zainudin merasa iba dengan kondisi Maisyaroh, namun dia sudah menetapkan hati untuk tidak lagi mengejar Maisyaroh, apa pun yang terjadi, itu lah tekadnya.
Berbulan-bulan tidak ada kabar apa pun dari sahabatnya itu tentang Maisyaroh, meskipun diam-diam dia berusaha untuk mencari tahu kabar tentang Maisyaroh, akhirnya berita itu sampai juga melalui sepucuk surat dari sahabatnya di pondok setelah hampir setahun, sebuah kabar yang membuat darah Zainudin berdesir dan jantungnya hampir berhenti, Maisyaroh menggantung dirinya di dalam kamar dan meninggalkan sebuah surat.