Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Balada Sebuah Kejujuran

27 November 2023   08:08 Diperbarui: 27 November 2023   08:16 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari pexel.com

Di hamparan horison, matahari perlahan meredup, melukis langit dengan gradasi warna yang lembut, dari oranye yang gemerlap berangsur memudar menjadi ungu pekat yang sangat dalam. Saat waktu beranjak, bintang-bintang pun menari indah satu per satu, menghiasi langit dengan kilauan cahaya yang memikat.

Tuts keyboard dari laptop, masih terus kuhantam dengan jari-jariku, menghasilkan serangkaian melodi tanpa nada yang menggetarkan ruangan ini, sementara kepulan asap pekat dari balutan sentuhan kretek menyelimuti sekeliling, membuatku hanyut dalam harmoni asap dan nada yang menyatu, menciptakan dunia yang tak terbatas di antara imajinasi dan aroma yang menguar.

“Bang, udah jam satu, masih aja nulis?” tanya istriku yang terjaga di tengah lelapnya.

“Besok harus naik cetak, Dek.” Aku hanya membalas tanpa menatapnya. Aku tidak ingin terusik ketika aliran deras imajinasiku sedang membanjiri endorfin di dalam otakku.

“Abang laper gak? Mau aku buatin camilan?”

“Enggak,” ucapku, aku masih tidak menantapnya.

Aku kembali meneruskan kegiatanku yang ditemani oleh simphoni dari binatang malam.

***

“Bang … Bang …” Istriku menggoyang-goyangkan tubuhku membangunkanku. “Bang, dari tadi alarmnya bunyi,” lanjutnya. Langusng kusambar ponselku, sudah pukul 5:10, kepalaku masih pening karena hampir semalaman aku mengejar tulisan yang sedang dikejar tengat waktu, aku harus segera mandi lalu bergegas ke kantor, meskipun dalam kondisi setengah sempoyongan.

“Bang, sarapan dulu,” teriak istriku dari dapur ketika ia melihatku sudah rapi dan siap untuk berangkat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun