Hidup di Jakarta memang harus benar-benar sabar, "Woi, bikin macet aja," teriak seorang pengendara motor dengan penuh emosi.
Radit tepat tenang mengendarai mobilnya pelan, ia memberikan lampu seinnya ke arah kanan, karena ia ingin menjemput Nayla, setiap akhir pekan memang begitu jalanan di Jakarta, para pengendara motor seperti orang yang sedang kesurupan ketika menjelang Magrib.
"Terima kasih, Pak," ucap Radit sambil memberikan uang Rp.2.000 pada pak Ogah yang membantunya memutar balik menuju kantor Nayla. Ia segera parkir lalu menelepon Nayla.
"Nay, aku udah di depan nih," kata Radit dari balik telepon genggamnya.
"Oke," balasnya. Selang beberapa menit terlihat Nayla jalan bergegas menghampiri mobil Radit yang sedang terpakir.
"Sayang," ucap Radit ketika Nayla membuka pintu depan.
"Beb," balasnya, ia segera masuk kedalam mobil, meminta tangan Radit diciumnya punggung tangan itu lalu ia mencium kening Radit, Radit pun melakukan hal yang sama, begitulah aktifitas keseharian mereka sebelum berangkat atau pulang kerja.
"Makan di luar apa masak aja di rumah?" tanya Radit.
"Pulang aja deh, aku capek banget seharian ini," pinta Nayla.
Radit segera keluar dari gedung kantornya Nayla melesat menuju rumah.