"Karena saat itu permata sultan akan bersinar terang, cahayanya mampu menuntun kita menuju tempat persembunyiannya," dia menjelaskannya dengan sabar, "Dan juga karena saat itu para penjaga lebih lengah, mudah ditipu. Percayalah padaku, aku tahu apa yang aku lakukan."
Mendengar semua informasi yang aku butuhkan untuk bisa mencuri permata itu aku benar-benar tergiur. Aku mempersiapkan diriku dengan baik dan menunggu saatnya tiba. Kami sudah membuat janji untuk bertemu dengan wanita itu di dekat gerbang istana, lalu kami mulai melaksanakan rencana itu tepat di saat bulan bersinar terang. Kami menggunakan jalan masuk rahasia yang ada di bawah tanah, agar berhasil masuk ke dalam istana tanpa diketahui oleh siapa pun.
***
Di dalam istana, kami harus berhati-hati karena ada banyak rintangan yang harus kami hadapi. Kami harus melewati lorong-lorong gelap yang penuh dengan tikus dan laba-laba, ruangan-ruangan yang dipenuhi oleh patung-patung yang bisa hidup kapan saja lalu menyerang kami, tangga-tangga yang bisa berputar dan menjatuhkan kami ke dalam jurang, lalu ada pintu-pintu rahasia yang bisa membawa kami ke tempat lain, dan masih banyak jebakan-jebakan lainnya.
Kami juga harus menghindari penjaga-penjaga yang berjaga di setiap sudut istana. Kami harus menyamar sebagai pelayan atau tamu istana, atau menggunakan alat-alat kami untuk melumpuhkan atau mengelabui mereka. Beberapa kali kami nyaris tertangkap, tapi kami selalu bisa lolos dengan cara yang unik.
"Kita hampir sampai," Ia berbisik padaku, wajahnya terlihat senang, "Lihat, itu adalah ruangan tempat permata sultan disimpan. Kita hanya perlu melewati satu pintu lagi, lalu kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan."
"Bagus," balasku berbisik balik, "Aku sudah tidak sabar untuk melihat permata itu. Ayo, cepat!"
Kami berlari menuju pintu terakhir, lalu membukanya dengan sangat hati-hati. Di dalamnya, kami melihat sebuah ruangan yang megah dan sangat mewah, dengan hiasan -hiasan dinding yang berlapis emas dan juga permata. Di tengah-tengah ruangan itu, ada sebuah takhta yang sangat besar, indah dan megah.
Di atas takhta itu, terletak sebuah permata sultan yang terlihat sangat cantik dan juga menawan, seperti matahari di tengah gelapnya malam.
Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mengambilnya. Aku segera berlari menuju takhta itu lalu meraihnya dengan tanganku. Saat aku menyentuhnya, aku merasakan sebuah sensasi yang aneh, seolah-olah permata itu berbicara padaku. Aku mendengar sebuah suara yang mengatakan, "Selamat, Ali Si Licik. Kamu adalah orang pertama yang berhasil mencuri permata sultan. Tapi apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan? Apakah kamu tahu apa rahasia di balik permata ini?"
Aku bingung dengan suara itu. Aku menoleh ke arah wanita itu, yang juga tampak terkejut. Dia berkata padaku, "Ali, cepat lepaskan permata itu! Permata itu bukanlah permata biasa, tapi sebuah bom yang bisa meledakkan seluruh istana! Itu adalah misi rahasianya, untuk menghancurkan istana sultan dan membunuh semua orang di dalamnya!"