"Ya, Barton. Masalah itu sudah jelas tertulis di surat itu."
"Tapi pikirkanlah, Watson. Apakah itu masuk akal? Apakah seorang anti-Semit yang membenci orang-orang Yahudi akan menggunakan simbol Yahudi untuk membunuh mereka? Apakah dia tidak akan lebih memilih simbol lain yang menunjukkan kebenciannya terhadap mereka?"
"Ah, saya mengerti maksud Anda, Barton. Anda benar. Itu tidak masuk akal sama sekali."
"Tepat sekali, Watson. Sebuah kontradiksi yang mencolok dalam surat ini, menunjukkan bahwa pelaku bukanlah seorang anti-Semit yang asli, tapi seseorang yang berpura-pura menjadi anti-Semit untuk menutupi motif sebenarnya."
"Lalu, apa motif pelaku sebenarnya, Barton?"
"Itu yang harus kita cari tahu, Watson. Tapi saya yakin bahwa motifnya bukanlah kebencian rasial atau agama, tapi sesuatu yang lebih pribadi dan spesifik."
"Apa itu, Barton?"
"Saya belum tahu pasti, Watson. Tapi saya punya beberapa teori."
"Apa saja teorinya?"
"Saya punya tiga teori utama, Watson. Pertama, mungkin pelaku adalah seorang psikopat yang suka membunuh orang-orang secara acak untuk kesenangan atau tantangan diri sendiri. Kedua, mungkin pelaku adalah seorang pembunuh bayaran yang disewa oleh seseorang untuk membunuh orang-orang tertentu dengan cara tertentu. Ketiga, mungkin pelaku adalah seorang yang memiliki dendam atau masalah pribadi dengan salah satu atau beberapa korban, dan membunuh mereka dengan cara yang sama untuk mengirimkan pesan atau membalas dendam. Mana yang paling mungkin menurut Anda, Watson?"
"Entahlah, tidak tahu, Barton. Semua teori itu terdengar mungkin. Tapi saya cenderung ke teori ketiga. Saya pikir ada sesuatu yang lebih dalam di balik kasus ini."