Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Detektif Barton

26 Oktober 2023   08:34 Diperbarui: 26 Oktober 2023   08:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengatakan hal itu dengan tenang, aku segera melempar kertas itu ke lantai, dan berlari ke wastafel untuk mencuci tanganku. Watson dan Nyonya Cohen terperanjat mendengar penjelasanku, mereka segera menyusul berlari di belakangku.

"Barton, apakah teori Anda benar?" tanya Watson dengan wajah panik. "Apakah Anda yakin surat itu beracun?"

"Ya, Watson. Saya yakin sekali. Saya merasakan sensasi terbakar di jari-jari saya saat menyentuh surat itu. Saya juga melihat ada bintik-bintik merah di kulit saya. Itu adalah tanda-tanda keracunan."

"Tuhan, Barton. Apakah Anda baik-baik saja? Apakah Anda perlu dokter?"

"Tidak, Watson. Saya tidak perlu dokter. Saya sudah minum antidot yang selalu saya bawa di saku saya. Itu akan menetralkan racun dalam darah saya."

"Lalu, bagaimana Anda bisa tahu bahwa surat itu beracun, Barton? Apa yang membuat Anda curiga?"

"Saya curiga karena ada sesuatu yang tidak cocok dalam surat itu, Watson. Sesuatu yang bertentangan dengan motif pelaku."

"Apa itu, Barton?"

"Bintang David, Watson. Bintang David."

"Apa maksud Anda?"

"Lihatlah, Watson. Surat ini ditujukan kepada Nyonya Cohen, seorang wanita Yahudi yang mungkin menjadi korban pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang anti-Semit. Surat ini mengancam bahwa dia akan dibunuh dengan tanda bintang David di tubuhnya, seperti korban-korban sebelumnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun