Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Detektif Barton

26 Oktober 2023   08:34 Diperbarui: 26 Oktober 2023   08:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf mengganggu Anda, Tuan Barton," sapa wanita berambut pirang dengan suara gemetar. "Saya datang ke sini karena saya membutuhkan bantuan Anda," Ia menatapku, sorot matanya sayu, hanya ekspresi ketakutan yang dapat kuterka ketika menatapnya.

"Masuklah, Nyonya," sahutku dengan sopan. "Saya James Barton, dan ini teman saya, Dokter Watson. Silakan duduk dan ceritakan masalah Anda."

Wanita itu masuk ke dalam apartemenku, ia menghempaskan tubuhnya yang berbalut gaun berwarna putih di atas sofa, menghela nafas sejenak lalu mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari tasnya, dengan sedikit gemetar ia memberikannya padaku.

"Ini adalah surat yang saya terima pagi ini," katanya. "Saya tidak tahu siapa pengirimnya, tapi isinya sangat mengerikan. Saya takut saya akan menjadi korban pembunuhan berantai yang sedang terjadi di London." Wanita itu terlihat semakin pucat.

Perlahan-lahan aku membuka amplop itu, tanpa sedikit pun merasa curiga, lalu mengeluarkan selembar kertas putih. Di atasnya tertulis sebuah tulisan dengan tinta berwana merah:

Anda akan menjadi yang berikutnya. Bintang David akan menjadi tanda kematian Anda.

Aku memandang kertas itu dengan penuh pertanyaan di dalam otakku, memang belakangan ini kasus pembunuhan berantai sedang ramai di beritakan oleh semua orang di London, namun yang tersasa sangat janggal, lalu aku menoleh ke wanita itu.

"Siapa nama Anda, Nyonya?" tanyaku.

"Saya Sarah Cohen, Tuan Barton," jawab wanita berambut pirang itu. "Saya seorang guru di sekolah dasar di dekat sini."

"Apakah Anda Yahudi, Nyonya Cohen?" tanyaku lagi berusaha memastikan beberapa dugaan-dugaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun