"Eh, maksudnya?" tanyaku bingung.
"Kamu bisa belajar disiplin, tanggung jawab, kerjasama, solidaritas, keberanian dan juga kejujuran di sini," ujarnya dengan antusias.
"Untuk apa? Aku enggak butuh semua itu," balasku sinis.
"Kamu salah, Raka. Kamu butuh semua itu ... Kamu perlu semua itu untuk menjadi orang yang lebih baik," ucapnya tegas.
"Orang yang lebih baik? Apa peduliku, Â aku enggak butuh jadi orang yang lebih baik? Aku udah cukup baik dengan caraku sendiri," celotehku sombong.
"Kamu tidak baik, Raka. Kamu jauh jauh dari kata baik. Kamu harus sadar bahwa kamu sudah banyak membuat masalah di sekolah dan rumah. Kamu harus sadar bahwa kamu sudah menyakiti banyak orang dengan perilakumu," ucapnya serius.
"Aku enggak peduli. Aku enggak peduli sama sekolah atau rumah. Aku enggak peduli sama orang-orang yang kusakiti," ucapku dengan acuh tak acuh.
"Kamu harus peduli, Raka. Kamu harus peduli karena itu adalah bagian dari hidupmu. Kamu harus peduli karena itu adalah tanggung jawabmu sebagai manusia," katanya tegas.
"Tanggung jawab? Aku enggak mau tanggung jawab. Aku cuma mau bebas. Aku cuma mau hidup sesuka hatiku," celotehku membalas perkataannya.
"Kamu tidak bisa hidup sesuka hatimu, Raka. Kamu harus mengikuti aturan dan batasan. Kamu harus menghargai hak dan kewajiban. Kamu harus menghormati diri sendiri dan juga orang lain," balasnya sabar.
"Emang ada gunanya semua itu? Aku enggak merasa bahagia dengan semua itu. Aku merasa terkekang dan tertekan dengan semua itu," teriakku merasa frustasi.