"Baiklah, Siska. Saya senang Anda akhirnya mau mengaku. Saya akan mencatat pengakuan Anda dan menyerahkannya kepada polisi. Saya harap Anda bisa menerima hukuman Anda dan menyesali perbuatan Anda." ucapku merasa puas dengan hasil interogasi ini.
Siska menggeleng, ia tidak mengatakan apa pun, ia menundukan kepalanya dan menggelengkannya.
"Mengapa, Siska? Apa yang masih mengganjal di hati Anda?"
"Saya tidak menyesal, Pak. Saya bahagia, Pak. Saya sudah membalas dendam atas kematian ibu saya. Saya sudah membuat Bambang Wijaya menderita seperti yang ia lakukan kepada ibu saya. Saya sudah membuat orang-orang yang berhubungan dengan dia ketakutan seperti yang saya rasakan. Saya sudah membuat hantu ibu saya bangga kepada saya." katanya dengan nada berbisik.
"Apa? Apa yang Anda katakan, Siska?" aku terkejut mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Saya akan kembali, Pak. Saya akan kembali ke kamar nomor 13. Saya akan bersatu dengan hantu ibu saya. Saya akan menjadi hantu wanita berambut panjang yang menyeramkan." Wanita itu tertawa, rambutnya tergerai menutupi setengah wajahnya, ia menatapku dengan tatapan yang menyeramkan.
-Tamat-
Iqbal Muchtar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H