"Apakah Anda pernah melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan tentang aktivitasnya di hotel ini?" Aku mengeluarkan sebuah buku kecil untuk mencatat poin penting dari percakapan ini.
"Jujur saja, Pak. Bambang Wijaya bukanlah tamu yang baik. Ia sering membuat masalah dan menimbulkan keributan. Ia juga suka membawa wanita-wanita cantik ke kamarnya." jawab manager itu dengan nada agak sedikit pelan seperti berbisik.
"Wanita-wanita cantik? Apakah Anda tahu siapa mereka?" Aku mengerutkan keningku.
"Saya tidak tahu pasti, Pak. Tapi saya menduga mereka adalah wanita panggilan yang ia sewa dari luar hotel."
"Apakah Anda pernah melihat wajah atau nama salah satu dari mereka?" tanyaku segera.
"Saya tidak ingat, Pak. Tapi saya bisa memberikan Anda daftar tamu yang pernah menginap bersama Bambang Wijaya di kamar nomor 13."
"Terima kasih, Pak. Itu sangat membantu. Sekarang, saya ingin bertanya tentang kamar nomor 13 itu sendiri. Apakah ada sesuatu yang istimewa atau aneh tentang kamar itu?"
"Kamar nomor 13 adalah salah satu kamar terbaik di hotel kami. Ia memiliki fasilitas lengkap dan pemandangan indah. Tapi ada satu hal yang membuat kamar itu berbeda dari kamar lainnya." ucapnya agak berbisik.
"Apa itu, Pak?" aku penasaran.
"Kamar nomor 13 adalah kamar yang angker, Pak." Ia terlihat ketakutan.
"Angker? Bagaimana maksud Anda?"